tag:blogger.com,1999:blog-85828302865730782392024-03-22T09:08:09.362+07:00NAMA DAN BIOGRAFINama dan Biografi Tokoh DuniaRR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.comBlogger70125tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-66037599104572440052015-01-18T02:08:00.000+07:002015-01-18T02:08:13.139+07:00Nama Dan Biografi Pangeran Antasari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-pangeran-antasari.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Biografi Pangeran Antasari" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixl8apiIjk0R9pueuXf_jQkXzOntj6F7UzowyWf_D-okqPh8PpoJ4YtjDkdmiebEESu0Aq97A5VV7eO76sCW9EHa4UQtlNkWRCODLMkErJCpRgnzvhZrfDNkVpN4eriM3Lt-yClLuwjx_G/s1600/Pangeran_Antasari_1.JPG" height="200" width="155" /></a></div>
Pangeran Antasari (Sultan Banjar) lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797(Arya Ajisaka, <i>Mengenal Pahlawan Indonesia</i>) atau 1809 (Sudarmanto, J. B. 2007. <i>Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia</i>. p. 159) – meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun, seorang Pahlawan Nasional Indonesia.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja (Basuni, Ahmad .1986. <i>Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan</i>. p. 57).<br />
<a name='more'></a></div>
<br />
<b>Silsilah</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati.( Artha, Artum, 1971. <i>Pangeran Antasari Gusti Inu Kartapati</i>) Ibu <b>Pangeran Antasari</b> adalah <b>Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman</b>. Ayah <b>Pangeran Antasari</b> adalah <b>Pangeran Masohut</b> (Mas'ud) bin Pangeran Amir. <b>Pangeran Amir</b> adalah anak <b>Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah</b> yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, <b>Pangeran Nata</b>, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai <b>Sultan Tahmidullah II</b> (Sudrajat, A Suryana, 2006. <i>Tapak-tapak pejuang: dari reformis ke revisionis</i>. p. 19; Kamandoko, Gamal, 2006. <i>Kisah 124 pahlawan & pejuang Nusantara</i>. p. 54) Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri. Pangeran Antasari m empunyai adik perempuan yang bernama Ratu Antasari alias Ratu Sultan Abdul Rahman yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.</div>
<br />
<b>Pewaris Kerajaan Banjar</b><br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-pangeran-antasari.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Biografi Pangeran Antasari" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYfDFBUEmvQUphAoaeTRwJSpICOIuls4qfG0Jv64ZgFRS73P90_fVA0KVRc6iVzgbpqAIrhsM3r3g65gER3I82uOX5Fp6X7ojERPvh3U8U0uYvlqOg_G_6MVNL3QuRha_tiSz2Bk1baSKp/s1600/Pangeran+Antasari.jpg" height="200" width="178" /></a></div>
<b>Pangeran Antasari</b> tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari (<i>SEJARAH Untuk SMP dan MTs</i> Penerbit Grasindo). Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan: <i>“<b>Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!</b>”</i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi (Arya Ajisaka, 2004. <i>op. cit</i>). Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.</div>
<br />
<b>Perlawanan terhadap Belanda</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu (<i>Sejarah Indonesia Modern 1200–2008</i>. Penerbit Serambi).</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.<br />
<br />
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.</div>
<div style="text-align: justify;">
...<b><i>dengan tegas kami terangkan kepada tuan:</i> </b><i><b>Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka</b> (kemerdekaan)</i>...</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini (Shaleh, Mohamad Idwar; Sri Sutjiatiningsih, 1993. <i>Pangeran Antasari</i>. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:</div>
<ol style="text-align: left;">
<li>Antasari dengan anak-anaknya</li>
<li>Demang Lehman </li>
<li>Amin Oellah</li>
<li>Soero Patty dengan anak-anaknya</li>
<li>Kiai Djaya Lalana </li>
<li>Goseti Kassan dengan anak-anaknya</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Meninggal dunia
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan (<i>100 Pahlawan Nusantara: Mengenal Dan Meneladani Para Pahlawan Melalui Kisah Perjuangan Mereka Dalam Mewujudkan Dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia</i>. Agro Media. p. 6). Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Muhammad Seman.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-pangeran-antasari.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Makam Pangeran Antasari" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxrH-GXpCkcBfOL1dZWNC2bbolbPdbax6Brdd7TgJwjAKSu2kJvlcLAHQsTY2kI2UXDmxeR5jzHPTpzuzio1m3NOXJL0U4qZ76GnN4IngvS1i0ahHW9ERTjENfy9dlqS99nTey7gulXBZ1/s1600/Makam_Pangeran_Antasari.jpg" /></a></div>
Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai <b>Pahlawan Nasional</b> dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968 (Pahlawan Indonesia. Niaga Swadaya. p. 12).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-pangeran-antasari.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Uang Bergambar Antasari" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYM2PGsF_YJJTaoz9zZek0JlH8q2H3WVYNIk1fDvGb04tU-OfuwlZqx-7cMQ-8mFvSH20xOsBqUrUhTbQamCSgpZTbfyJlKefaAImj_LXRIONkEigyPXES17OwIKuzbquDtDPtTTHLqHaK/s1600/uang+Rp+2000.jpg" height="162" width="177" /></a></div>
Nama <b>Antasari</b> diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan <b>Pangeran Antasari</b> kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000</div>
<br />
<b>Referensi</b><br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Abdul Qodir Jaelani. <i>Perang Sabil Versus Perang Salib</i>, Penerbit Yayasan Pengkajian Islam Madinah al-Munawarah 1420 H/ 1999 M.</li>
<li>M. Gazali Usman, <i>Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam</i>, Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press, 1994.</li>
<li><i>Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler</i>. Galangpress Group. ISBN 6028620106.ISBN 978-602-8620-10-9</li>
<li>Arya Ajisaka, <i>Mengenal Pahlawan Indonesia, Kawan Pustaka</i>, 2004, ISBN 979-3034-70-X, 9789793034706</li>
<li><i>Wahana IPS Ilmu Pengetahuan Sosial. Yudhistira Ghalia Indonesia</i>. ISBN 9797467139.ISBN 978-979-746-713-5</li>
<li>Sudarmanto, J. B. (2007). <i>Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia</i>. Grasindo. ISBN 9797597164.ISBN 978-979-759-716-0</li>
<li>Helius Sjamsuddin; <i>Antasari</i>, Balai Pustaka, 1982</li>
<li>Iskandar, Salman. <i>99 Tokoh Muslim Indonesia</i>. PT Mizan Publika. ISBN 9797526828.ISBN 978-979-752-682-5</li>
<li>Basuni, Ahmad (1986). <i>Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan</i>. Bina Ilmu.</li>
<li>Artha, Artum (1971). <i>Pangeran Antasari Gusti Inu Kartapati</i>.</li>
<li>Sudrajat, A Suryana (2006). <i>Tapak-tapak pejuang: dari reformis ke revisionis</i> (Seri khazanah kearifan). Erlangga. hlm. 19. ISBN 9797816109.ISBN 978-979-781-610-0</li>
<li>Kamandoko, Gamal (2006). <i>Kisah 124 pahlawan & pejuang Nusantara</i>. Pustaka Widyatama. ISBN 9796610906.ISBN 978-979-661-090-7</li>
<li><i>SEJARAH Untuk SMP dan MTs</i> Penerbit Grasindo ISBN 979025198X, 9789790251984</li>
<li><i>Sejarah Indonesia Modern 1200–2008</i>. Penerbit Serambi. ISBN 9790241151.ISBN 978-979-024-115-2</li>
<li>Shaleh, Mohamad Idwar; Sri Sutjiatiningsih (1993). <i>Pangeran Antasari</i>. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.</li>
<li><i>100 Pahlawan Nusantara: Mengenal Dan Meneladani Para Pahlawan Melalui Kisah Perjuangan Mereka Dalam Mewujudkan Dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia</i>. AgroMedia. ISBN 6028526347.ISBN 978-602-8526-34-0</li>
<li><i>IPS</i> : Jilid 5. ESIS. hlm. 70. ISBN 9797346013.ISBN 978-979-734-601-0</li>
<li><i>Pahlawan Indonesia</i>. Niaga Swadaya. ISBN 979-1481-60-1.ISBN 978-979-1481-60-1
</li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-51076646149437892282015-01-10T23:29:00.001+07:002015-01-10T23:34:02.822+07:00Nama Dan Biografi Wahid Hasjim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-wahid-hasyim.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Biografi Abdul Wahid Hasyim" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx9u2sR5MLzbKqj8MTQNY5JqxVsKlf8YRm_Uic1eoxnRb5-1HP4HUynl3C6GX47rXReYe5KzwOqu4jsN6LH3h0MN1KTNTKwjWdG_jssJbmGn5oMSIkj8x_yI5Fn8yNxcwYF9B5sNAdUw9F/s1600/Wahid+Wasyim+1.jpg" height="200" width="181" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-wahid-hasyim.html"><b>Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim</b></a> lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914. Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Sebagai ayah dari presiden keempat Indonesia, <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Kiyai-Haji-Abdur-Rahman-Wahid.html">Abdurrahman Wahid</a>. Beliau adalah putera kelima dari pasangan <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-hasyim-asy-ari.html">K. H. Hasyim Asy’ari</a> dengan Nyai Nafiqah binti K. Ilyas. Abdul Wahid sangatlah cerdas. Pada saat kanak-kanak, sudah pandai membaca al-Quran dan khatam al-Quran ketika berusia tujuh tahun. Selain mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, juga belajar di Madrasah Salafiyah di Pesantren Tebuireng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-wahid-hasyim.html">Abdul Wahid</a> tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah pemerintah kolonial. Meskipun begitu, pada usia 15 tahun, sudah mengenal huruf latin dan menguasai bahasa Inggris dan Belanda. Saat berusia 18 tahun, berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama. Di tanah suci, ia belajar selama dua tahun. Sepulang dari Mekkah, banyak menerima tawaran untuk aktif di perhimpunan atau organisasi pergerakan. Pada tahun 1938, ia memutuskan untuk bergabung bersama Nahdlatul Ulama, ia menjadi pengurus NU ranting Cukir. Beberapa waktu kemudian, dipercaya menjadi ketua NU Jombang. Pada tahun 1940, HBNO mengesahkan Departemen Ma’arif (Pendidikan) untuk dipimpin olehnya. Inilah awal keterlibatan <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-wahid-hasyim.html">Abdul Wahid Hasyim</a> dalam kepengurusan NU di tingkat pusat (PBNU). </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Meskipun dikenal sebagai pemimpin nasional yang berpikiran maju, K. H. Abdul Wahid Hasyim tetap memiliki sifat tawadhu. Hal itu, bisa dilihat ketika berbicara dengan sang ayah, K. H. Hasyim Asy’ari. Ia selalu berbicara dengan bahasa kromo inggil (Jawa halus). Padahal, ayahnya mengajak bicara dalam bahasa Arab. Salah satu kegemarannya adalah berkirim surat. Surat-surat itu umumnya berisi pandangan politik, arah perjuangan, dan cita-cita. Segalanya ditulis dalam bahasa menarik, mudah dimengerti, dan dibumbui dengan humor segar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.Terlahir Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914, Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum. Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun ayahandanya, hadratush syaikh Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasjim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karier politiknya terus menanjak dengan cepat. Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman). Banyak kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Jepang masuk ke Indonesia, K. H. Wahid Hasyim ditunjuk menjadi Ketua Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Selain mengadakan pergerakan politik melalui Masyumi, ia juga mengembangkan pendidikan di kalangan umat Islam. Pada tahun 1944, ia mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta. Ia juga merintis pembentukan Hizbullah sebagai sayap “militer” yang membantu perjuangan umat Islam dalam merebut kemerdekaan. Perhatiannya pada dunia pendidikan sangat besar. Saat menjadi Menteri Agama pada 1950, ia mengeluarkan peraturan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kini menjadi IAIN (UIN). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karier Wahid Hasyim dalam pentas politik nasional terus melejit. Saat Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), ia menjadi salah satu anggota termuda dari 62 anggota. Ia juga merupakan tokoh termuda dari sembilan tokoh nasional yang menandatangani Piagam Djakarta, sebuah piagam yang melahirkan proklamasi dan konstitusi negara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila sebagai pengganti dari "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasjim. Wahid dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kabinet yang dibentuk Presiden Soekarno pada September 1945, ia ditunjuk menjadi Menteri Negara. Demikian juga dalam Kabinet Syahrir pada 1946. Ketika KNIP dibentuk, ia menjadi anggota mewakili Masyumi dan meningkat menjadi anggota BPKNIP tahun 1946. Setelah berdirinya RIS, dalam Kabinet Hatta tahun 1950, ia diangkat menjadi Menteri Agama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari Sabtu 18 April 1953, <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-wahid-hasyim.html">K. H. Wahid Hasyim</a> bermaksud pergi ke Sumedang untuk menghadiri rapat NU. Ia ditemani puteranya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di daerah Cimindi, jalan antara Cimahi dan Bandung, cuaca hujan dengan kabut yang mengganggu pandangan. Terjadilah kecelakaan maut itu. Mobilnya selip, sopir tak mampu menguasai mobil hingga membentur bak belakang truk. Karena kerasnya tabrakan, tubuh KH Wahid Hasyim terlempar keluar. Pertolongan datang sangat terlambat. Ambulans baru datang pukul 16.00 WIB, sekitar tiga jam setelah kecelakaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-wahid-hasyim.html">KH Wahid Hasyim</a> dibawa ke rumah sakit. Sayang, nyawanya tak tertolong. Keesokan harinya dia meninggal, dalam usia 39 tahun. Jenazahnya dimakamkan di PesantrenTebuireng, Jombang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Kiyai-Haji-Abdur-Rahman-Wahid.html">Gus Dur</a> kecil selamat dari kecelakaan itu. Kelak Gus Dur menjadi <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Kiyai-Haji-Abdur-Rahman-Wahid.html">Presiden Indonesia</a> ke empat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Referensi: </div>
<ol style="text-align: left;">
<li>nu.or.id. </li>
<li>merdeka.com: <i>Peristiwa Kecelakaan Maut dan Kematian Ulama Besar K.H. Wahid Hasyim</i>. </li>
<li>id.wikipedia/<i>wahid_hasyim</i>.</li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-21522716639645723292015-01-10T22:06:00.001+07:002015-01-10T22:22:35.880+07:00Nama Dan Biografi K.H. Ahmad Dahlan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-ahmad-dahlan.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Biografi K.H. Ahmad Dahlan" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZuJyiyPe3ZEjx6qRRPyM5S99NtTUM4HaA5mgmU00Hyrq5mBUzVTiPmeor43i5n4qMgy4ejLQXHl5DqFYkomd1xPUlbZRpXDycGTc8FLitQnbR_DcUSUx7lArad2DGMb1d7mbCXorqMvP0/s1600/Ahmad+Dahlan.jpg" height="320" width="238" /></a></div>
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991). Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Yunus Salam, 1968: 6).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi <a href="https://www.blogger.com/">Ahmad Dahlan</a>. <br />
<a name='more'></a>Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-hasyim-asy-ari.html">KH. Hasyim Asyari</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut dimaksudkan agar terus bejalan walau pemimpinnya meninggal dunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut (Lihat: Mubarok, Aceng Husni 2010 dan lihat "Satu Abad Muhammadiyah: Mengkaji Ulang Arah Pembaharuan", Dawam Rahardjo, dkk). Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman. Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, diantaranya ialah Ikhwanul-Muslimin. Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya(Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Haedar Nashir, 2010). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan mereformasi sistem pendidikan dengan merespon ilmu pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. metode Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu - sekarang dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W. Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH. Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961. </div>
<br />
<b>Referensi</b> :<br />
<ol style="text-align: left;">
<li style="text-align: justify;">Dawam Rahardjo, dkk., "<i>Satu Abad Muhammadiyah: Mengkaji Ulang Arah Pembaharuan</i>".</li>
<li>http://id.wikipedia.org/wiki/<i>Ahmad_Dahlan</i>.</li>
<li style="text-align: justify;">Kutojo, Sutrisno, Mardanas Safwan (1991). <i>K.H. Ahmad Dahlan : riwayat hidup dan perjuangannya</i>. Bandung: Angkasa. </li>
<li style="text-align: justify;">Salam, Yunus (1968). <i>Riwayat Hidup KHA. Dahlan. Amal dan perjuangannya</i>. Jakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah. </li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-44392574518264610572015-01-10T19:59:00.002+07:002015-01-10T22:16:22.727+07:00Nama Dan Biografi K.H. Hasyim Asy’ari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;">
1. <b>BIODATA</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-hasyim-asy-ari.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Biografi K.H. Hasyim Asy'ari" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2q5LWhP8weTfblPmW9n-yAABPmHdEGZuYwMTQWSQYCHrUo4qrc916JCVBcFcb7nE0oD1mMdReJ1hXy-F5dxpS3spa-_vFyJ8fxo3WVK9QbKlTUIroKEphDslIQWHZGT2VsKTKBpPsnkLO/s1600/Hasyim+Asy'ari.jpg" height="320" width="312" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
Nama: K.H.Hasjim Asy'arie </div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat dan Tanggal Lahir: Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ,10 April 1875(24 Dzulqaidah 1287H) </div>
<div style="text-align: justify;">
Meninggal: di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1947 </div>
<div style="text-align: left;">
Dikenal karena: Pendiri Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional </div>
<div style="text-align: left;">
Gelar: Hadratusy Syaikh </div>
<div style="text-align: left;">
Pengganti: K.H. A. Wahab Hasbullah </div>
<div style="text-align: left;">
Agama: Islam </div>
<div style="text-align: left;">
<b>Pasangan</b>: Nyai Nafiqoh, Nyai Masruroh </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Anak</b>: Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad Ya’kub, Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie - bagian belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari (lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah salah seorang <b>Pahlawan Nasional</b> Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan "<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-hasyim-asy-ari.html">Hadratus Syeikh</a>" yang berarti maha guru.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
2. <b>RIWAYAT KELUARGA</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara (Khuluq, L. 2000, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, LKiS. hal. 18). Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Silsilah Nasab
Merunut kepada silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) KH Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan lanjutan sebagai berikut: </div>
<ol style="text-align: left;">
<li>Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) </li>
<li>Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Pajang) </li>
<li>Abdul Halim (Pangeran Benawa) </li>
<li>Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda) </li>
<li>Abdul Halim </li>
<li>Abdul Wahid </li>
<li>Abu Sarwan </li>
<li>KH. Asy’ari (Jombang) </li>
<li>KH. Hasyim Asy’ari (Jombang) </li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Menurut catatan nasab Sa’adah BaAlawi Hadramaut, silsilah dari Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut: </div>
<ol style="text-align: left;">
<li>Husain bin Ali </li>
<li>Ali Zainal Abidin </li>
<li>Muhammad al-Baqir </li>
<li>Ja’far ash-Shadiq</li>
<li>Ali al-Uraidhi </li>
<li>Muhammad an-Naqib </li>
<li>Isa ar-Rumi </li>
<li>Ahmad al-Muhajir </li>
<li>Ubaidullah </li>
<li>Alwi Awwal </li>
<li>Muhammad Sahibus Saumiah </li>
<li>Alwi ats-Tsani </li>
<li>Ali Khali’ Qasam </li>
<li>Muhammad Shahib </li>
<li>Mirbath
Alwi </li>
<li>Ammi al-Faqih </li>
<li>Abdul Malik (Ahmad Khan) </li>
<li>Abdullah (al-Azhamat) Khan </li>
<li>Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan) </li>
<li>Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar) </li>
<li>Maulana Ishaq
dan</li>
<li>‘Ainul Yaqin (Sunan Giri)</li>
</ol>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedang menurut silsilah garis keturunan ibu, K.H. Hasjim Asy'ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng). Berikut silsilah berdasarkan K.H. Hasjim Asy'ari berdasarkan garis keturanan ibu:
Hasjim Asy'ari putra Halimah putri Layyinah putri Sihah Putra Abdul Jabar putra Ahmad putra Pangeran Sambo putra Pengeran Benowo putra Joko Tingkir (Mas Karebet) putra Prabu Brawijaya V (Lembupeteng) ( Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj'ari, hal. 55 atau lihat Khuluq, L. 2000, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy'ari, LKiS. hal. 17 ).</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
3. <b>PENDIDIKAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan KH Cholil Bangkalan.
KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.
Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima Sahih Bukhari (Arifin, <i>Kepemimpinan Kiai</i>, hal. 72; lihat juga Anam, <i>Pertumbuhan</i>, hal. 60), Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Silsilah Keilmuan</b> </div>
<ol style="text-align: left;">
<li>KH Muhammad Saleh Darat, Semarang </li>
<li>KH Cholil Bangkalan </li>
<li>Kyai Ya’qub, Sidoarjo </li>
<li>Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau </li>
<li>Syaikh Mahfudz At-Tarmasi </li>
<li>Syaikh Ahmad Amin Al Aththar </li>
<li>Syaikh Ibrahim Arab </li>
<li>Syaikh Said Yamani </li>
<li>Syaikh Rahmaullah </li>
<li>Syaikh Sholeh Bafadlal </li>
<li>Sayyid Abbas Al Maliki </li>
<li>Sayyid Alwi bin Ahmad As Segaf </li>
<li>Sayyid Husain Al Habsyi </li>
<li>Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani </li>
<li>Sayyid Abdullah al-Zawawi </li>
<li>Sayyid Ahmad bin Hasan al-Atthas </li>
<li>Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Memperoleh ijazah dari Habib Abdullah bin Ali Al Haddad (Zamaksari, Tradisi Pesantren. hal. 95).</div>
<br />
<div style="text-align: left;">
<b>Penerus Beliau
(Murid)</b>:</div>
<div style="text-align: justify;">
Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim dan setelah lulus dari pesantren Tebuireng, Jombang, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas, antara lain:</div>
<ol style="text-align: left;">
<li>KH Abdul Wahab Hasbullah, Pesantren Tambak Beras, Jombang </li>
<li>KH Bisri Syansuri, Pesantren Denanyar, Jombang </li>
<li>KH R As’ad Syamsul Arifin </li>
<li>KH Wahid Hasyim (anaknya) </li>
<li>KH Achmad Shiddiq </li>
<li>Syekh Sa’dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India) </li>
<li>Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Makkah) </li>
<li>Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria) </li>
<li>KH R Asnawi (Kudus) </li>
<li>KH Dahlan (Kudus) </li>
<li>KH Shaleh (Tayu) </li>
</ol>
<div style="text-align: left;">
<b>Keturunan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut disampaikan silsilah keturunan beliau sampai dengan tingkat cucu</div>
<div style="text-align: justify;">
Nyai Khodijah, istri pertama yang merupakan putri dari Kyai Ya’qub, Sidoarjo. Meninggal dunia sewaktu Kyai Hasyim Asy’ari menuntut ilmu di Mekkah </div>
<div style="text-align: justify;">
Nyai Nafiqoh, istri kedua, setelah istri pertama wafat, yaitu putri dari Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun.
Putra-putri dari Nyai Nafiqoh
(1) Hannah
(2) Khoiriyah
(3) Aisyah
(4) Azzah
(5) Abdul Wahid atau sering juga dipanggil sebagai Wahid Hasyim
(6) Abdul Hakim (Abdul Kholik)
(7) Abdul Karim
(8) Ubaidillah
(9) Mashuroh
(10) Muhammad Yusuf</div>
<div style="text-align: justify;">
Nyai Masruroh, istri ketiga, setelah istri kedua wafat, yaitu putri dari Kyai Hasan, pengasuh pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu:
(1) Abdul Qodir
(2) Fatimah
(3) Khotijah
(4) Muhammad Ya’kub</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
4. <b>JASA DAN KARYA K.H. HASYIM ASY’ARI</b></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Jasa Bagi Ahlussunnah wal Jamaah</b>:</div>
<div style="text-align: justify;">
Komite Hijaz, sebagai Benteng Islam Tradisional
Sejarah Nahdlatul Ulama dan Kebangsaan serta Komite Hijaz
Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syaikh ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-hasyim-asy-ari.html">Hasyim</a> juga menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-ahmad-dahlan.html">Kyai Ahmad Dahlan</a>, pendiri Muhammadiyah, berguru.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, antara <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-hasyim-asy-ari.html">KH Hasyim Asy’ari</a> dan <a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2015/01/nama-dan-biografi-kh-ahmad-dahlan.html">KH Ahmad Dahlan</a> sebenarnya tunggal guru.
Yang perlu ditekankan, saat Hasyim belajar di Mekkah, Muhammad Abduh sedang giat-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Dan sebagaimana diketahui, buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Termasuk Hasyim tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang sebenarnya bukan berasal dari Islam. Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh merumuskan doktrin-doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan agar supaya Islam dapat memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan alasan inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat. Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran Abduh, walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang mengembangkan ide-ide Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak demikian dengan Hasyim. Ia sebenarnya juga menerima ide-ide Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak pikiran Abduh agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab. Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak mungkin untuk memahami maksud yang sebenarnya dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang tergabung dalam sistem mazhab. Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, demikian tulis Dhofier.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal tarekat, Hasyim tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan bertentangan dengan ajaran Islam. Hanya, ia berpesan agar ummat Islam berhati-hati bila memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan pendapat antara golongan bermazhab yang diwakili kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam, untuk dibawa ke Konggres Ummat Islam di Mekkah.
Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya tempat-tempat penting, mulai makam Rasulullah sampai para sahabat) kelompok ini kemudian membentuk Komite Hijaz. Komite yang dipelopori KH Abdul Wahab Hasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada penguasa Arab Saudi. Atas restu Kyai Hasyim, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah NU berdiri posisi kelompok tradisional kian kuat. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kyai Hasyim diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam masalah keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik.
Pada masa itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud, berencana menjadikan madzhab Salafi-Wahabi sebagai madzhab resmi Negara. Dia juga berencana menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, karena dianggap bid’ah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Indonesia, rencana tersebut mendapat sambutan hangat kalangan modernis seperti Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang menghormati keberagaman, menolak dengan alasan itu adalah pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban itu. Akibatnya, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan tersebut.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Didorong oleh semangat untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta rasa kepedulian terhadap pelestarian warisan peradaban, maka Kyai Hasyim bersama para pengasuh pesantren lainnya, membuat delegasi yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang diketuai KH Abdul Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya. Pada saat yang hampir bersamaan, datang pula tantangan dari berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga saat ini umat Islam bebas melaksanakan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Mendirikan Nahdlatul Ulama
Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin mengembangkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang dimintai persetujuannya, meminta waktu untuk mengerjakan salat istikharah, menohon petunjuk dari Allah.
Dinanti-nanti sekian lama, petunjuk itu belum datang juga. Kyai Hasyim sangat gelisah. Dalam hati kecilnya ingin berjumpa dengan gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif, Bangkalan.
Sementara nun jauh di Bangkalan sana, Kyai Khalil telah mengetahui apa yang dialami Kyai Hasyim.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Kholil lalu mengutus salah satu orang santrinya yang bernama As’ad Syamsul Arifin (kelak KH R As’ad Syamsul Arifin menjadi pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah Situbondo), untuk menyampaikan sebuah tasbih kepada Kyai Hasyim di Tebuireng. Pemuda As’ad juga dipesani agar setiba di Tebuireng membacakan surat Thaha ayat 23 kepada Kyai Hasyim.
Ketika Kyai Hasyim menerima kedatangan As’ad, dan mendengar ayat tersebut, hatinya langsung bergentar. ”Keinginanku untuk membentuk jamiyah agaknya akan tercapai,” ujarnya lirih sambil meneteskan airmata.
Waktu terus berjalan, akan tetapi pendirian organisasi itu belum juga terealisasi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu tahun kemudian (1925), pemuda As’ad kembali datang menemui Hadratus Syaikh. ”Kyai, saya diutus oleh Kyai Kholil untuk menyampaikan tasbih ini,” ujar pemuda Asad sambil menunjukkan tasbih yang dikalungkan Kyai Kholil di lehernya. Tangan As’ad belum pernah menyentuh tasbih sersebut, meskipun perjalanan antara Bangkalan menuju Tebuireng sangatlah jauh dan banyak rintangan. Bahkan ia rela tidak mandi selama dalam perjalanan, sebab khawatir tangannya menyentuh tasbih.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia memiliki prinsip, ”kalung ini yang menaruh adalah Kyai, maka yang boleh melepasnya juga harus Kyai”. Inilah salah satu sikap ketaatan santri kepada sang guru.
”Kyai Kholil juga meminta untuk mengamalkan wirid Ya Jabbar, Ya Qahhar setiap waktu,” tambah As’ad.
Kehadiran As’ad yang kedua ini membuat hati Kyai Hasyim semakin mantap. Hadratus Syaikh menangkap isyarat bahwa gurunya tidak keberatan jika ia bersama kawan-kawannya mendirikan organisai/jam’iyah. Inilah jawaban yang dinanti-nantinya melalui shalat istikharah. Sayangnya, sebelum keinginan itu terwujud, Kyai Kholil sudah meninggal dunia terlebih dahulu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama. Kyai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah ini menjadi organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia, bahkan di Asia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana diketahui, saat itu (bahkan hingga kini) dalam dunia Islam terdapat pertentangan faham, antara faham pembaharuan yang dilancarkan Muhammad Abduh dari Mesir dengan faham bermadzhab yang menerima praktek tarekat. Ide reformasi Muhammad Abduh antara lain bertujuan memurnikan kembali ajaran Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang bukan berasal dari Islam, mereformasi pendidikan Islam di tingkat universitas, dan mengkaji serta merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan modern.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan ini Abduh melancarakan ide agar umat Islam terlepas dari pola pemikiran madzhab dan meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.
Semangat Abduh juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, kebanyakan di kawasan Sumatera yang dibawa oleh para mahasiswa yang belajar di Mekkah. Sedangkan di Jawa dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah (berdiri tahun 1912).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Hasyim pada prinsipnya menerima ide Muhammad Abduh untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, akan tetapi menolak melepaskan diri dari keterikatan madzhab. Sebab dalam pandangannya, umat Islam sangat sulit memahami maksud Al Quran atau Hadits tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama madzhab. Pemikiran yang tegas dari Kyai Hasyim ini memperoleh dukungan para Kyai di seluruh tanah Jawa dan Madura. Kyai Hasyim yang saat itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini.
Pada saat pendirian organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya KH Wahid Hasyim, diangkat sebagai pimpinannya (periode tahun 1937-1942). </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Mendirikan Pesantren Tebuireng</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1870. Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana beliau membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) sebagai tempat tinggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai. Kyai Hasyim mengajar dan salat berjamaah di tratak bagian depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.
Setelah dua tahun membangun pesantren Tebuireng, Jombang, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah. Saat itu perjuangan mereka sudah menampakkan hasil yang menggembirakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Hasyim kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yaitu: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhir dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
5. <b>PERJUANGAN</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Peran Beliau dalam Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan dan Penjajahan Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama</b>, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua</b>, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sempat juga Kyai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, karena sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu.
Masa awal perjuangan Kyai Hasyim di Tebuireng bersamaan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia. Pasukan Kompeni ini tidak segan-segan membunuh penduduk yang dianggap menentang undang-undang penjajah. Pesantren Tebuireng, Jombang pun tak luput dari sasaran represif Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun dia tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap Kyai Hasyim dengan tuduhan pembunuhan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, mampu menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis. Akhirnya beliau dilepaskan dari jeratan hukum.
Belum puas dengan cara adu domba, Belanda kemudian mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk memporak-porandakan pesantren yang baru berdiri 10-an tahun itu. Akibatnya, hampir seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung hingga masa-masa revolusi fisik Tahun 1940an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, dekat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure, kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang. Pendudukan Dai Nippon menandai datangnya masa baru bagi kalangan Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif kepada Islam, Jepang menggabungkan antara kebijakan represi dan kooptasi, sebagai upaya untuk memperoleh dukungan para pemimpin Muslim.
Salah satu perlakuan represif Jepang adalah penahanan terhadap Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya. Ini dilakukan karena </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Hasyim menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami). Aktivitas ini juga wajib dilakukan oleh seluruh warga di wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan tentara Jepang.
Kyai Hasyim menolak aturan tersebut. Sebab hanya Allah lah yang wajib disembah, bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan akhirnya ke penjara Bubutan, Surabaya. Karena kesetiaan dan keyakinan bahwa Hadratus Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak dapat digerakkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap kegiatan belajar-mengajar di Pesantren Tebuireng, Jombang vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, harus mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kyai Hasyim dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para Kyai dan santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat usaha dari KH Wahid Hasyim dan KH Abdul Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa (Surabaya) dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Hasyim bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut. Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945 yang bersejarah itu. Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan membawa senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 7 Nopember 1945—tiga hari sebelum meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya—umat Islam membentuk partai politik bernama Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi). Pembentukan Masyumi merupakan salah satu langkah konsolidasi umat Islam dari berbagai faham. Kyai Hasyim diangkat sebagai Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama periode tahun 1945-1947.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
6. <b>KARYA DAN PEMIKIRAN</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
K.H. Hasjim Asy'ari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak dari pemikirannya, setidaknya ada empat kitab karangannya yang mendasar dan menggambarkan pemikirannya; kitab-kitab tersebut antara lain: </div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah)</li>
<li>Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW) </li>
<li>Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar)</li>
<li>Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan) { Misrawi, Zuhairi. Hadratussaikh Hasyim Asy'ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, Kompas Media Nusantara, 2010, Hal. 17 }. </li>
</ol>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
7. <b>KISAH TELADAN</b> </div>
<div style="text-align: left;">
<b>Kesan Akhlak dan Kecerdasan:</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Cholil Bangkalan, gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer dipanggil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kyai Hasyim juga KH Cholil Bangkalan adalah kemuliaan akhlak. Keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, KH Cholil Bangkalan. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH R As’ad Syamsul Arifin, KH Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Shiddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Mengambil Cincin Gurunya dari Lubang WC</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu rahasia seorang murid bisa berhasil mendapatkan ilmu dari gurunya adalah taat dan hormat kepada gurunya. Guru adalah orang yang punya ilmu. Sedangkan murid adalah orang yang mendapatkan ilmu dari sang guru. Seorang murid harus berbakti kepada gurunya. Dia tidak boleh membantah apalagi menentang perintah sang guru (kecuali jika gurunya mengajarkan ajaran yang tercela dan bertentangan dengan syariat Islam maka sang murid wajib tidak menurutinya). Kalau titah guru baii, murid tidak boleh membantahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah yang dilakukan Kyai Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul ‘Ulama). Beliau nyantri kepada KH Cholil Bangkalan, Bangkalan. Di pondok milik Kyai Kholil, Kyai Hasyim dididik akhlaknya. Saban hari, Kyai Hasyim disuruh gurunya angon (merawat) sapi dan kambing. Kyai Hasyim disuruh membersihkan kandang dan mencari rumput. Ilmu yang diberikan Kyai Kholil kepada muridnya itu memang bukan ilmu teoretis, melainkan ilmu pragmatis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung penerapan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai murid, Kyai Hasyim tidak pernah ngersulo (mengeluh) disuruh gurunya angon sapi dan kambing. Beliau terima titah gurunya itu sebagai khidmat (penghormatan) kepada guru. Beliau sadar bahwa ilmu dari gunya akan berhasil diperoleh apabila sang guru ridlo kepada muridnya. Inilah yang dicari Kyai Hasyim, yakni keridoan guru. Beliau tidak hanya berhadap ilmu teoretis dari Kyai Kholil tapi lebih dari itu, yang diinginkan adalah berkah dari KH Cholil Bangkalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau anak santri sekarang dimodel seperti ini, mungkin tidak tahan dan langsung keluar dari pondok. Anak santri sekarang kan lebih mengutamakan mencari ilmu teoretis. Mencari ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu nahwu shorof, dan sebagainya. Sementara ilmu “akhlak” terapannya kurang diperhatikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari, seperti biasa Kyai Hasyim setelah memasukkan sapi dan kambing ke kandangnya, Kyai Hasyim langsung mandi dan sholat Ashar. Sebelum sempat mandi, Kyai Hasyim melihat gurunya, Kyai Kholil termenung sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati sang guru. Maka diberanikanlah oleh Kyai Hasyim untuk bertanya kepada Kyai Kholil. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa gerangan wahai guru kok kelihatan sedih,” tanya Kyai Hasyim kepada KH Cholil Bangkalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
” Bagaimana tidak sedih, wahai muridku. Cincin pemberian istriku jatuh di kamar mandi. Lalu masuk ke lubang pembuangan akhir (septictank),” jawab Kyai Kholil dengan nada sedih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar jawaban sang guru, Kyai Hasyim segera meminta ijin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh itu dan diijini. Langsung saja Kyai Hasyim masuk ke kamar mandi dan membongkar septictank (kakus). Bisa dibayangkan, namanya kakus dalamnya bagaimana dan isinya apa saja. Namun Kyai Hasyim karena hormat dan sayangnya kepada guru tidak pikir panjang. Beliau langsung masuk ke septictank itu dan dikeluarkan isinya. Setelah dikuras seluruhnya, dan badan Kyai Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin milik gurunya berhasil ditemukan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Betapa riangnya sang guru melihat muridnya telah berhasil mencarikan cincinnya itu. Sampai terucap doa: “Aku ridho padamu wahai Hasyim, Kudoakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu”. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah doa yang keluar dari KH Cholil Bangkalan. Karena yang berdoa seorang wali, ya mustajab. Tiada yang memungkiri bahwa di kemudian hari, Kyai Hasyim menjadi ulama besar. Mengapa bisa begitu? Disamping karena Kyai Hasyim adalah pribadi pilihan, beliau mendapat “berkah” dari gurunya karena gurunya ridho kepadanya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Referensi: </div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj'ari, hal. 55. </li>
<li>Anam, Pertumbuhan, hal. 60. </li>
<li>Arifin, Kepemimpinan Kiai, hal. 72. </li>
<li>id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy’ari. </li>
<li>Khuluq, L. 2000, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, LKiS. hal. 18. </li>
<li>kumpulanbiografiulama.wordpress.com: Biografi KH Hasyim Asy’ari Pendiri NU Tebuireng Jombang. </li>
<li>Misrawi, Zuhairi. Hadratussaikh Hasyim Asy'ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, Kompas Media Nusantara, 2010, Hal. 17</li>
<li>Zamaksari, Tradisi Pesantren. hal. 95
</li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-79768787251416647742014-11-30T19:27:00.000+07:002014-11-30T19:27:48.586+07:00Nama dan Biografi Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia Ketujuh)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/11/nama-dan-biografi-joko-widodo-Presiden-RI.html" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/11/nama-dan-biografi-joko-widodo-Presiden-RI.html" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFGTCea5VO5Ss93n9dhnkBwtHW1cmp3cO24XXbSeyyn5oAmkkEKJOufy0NJ1uF65SoAX2sy9W6zfWAicWQKUeZBGnVfXwoEwbwE9nx_ils8FP7-yEvqP-gE1Z-pMMlmAmjgFzEauq2AQao/s1600/jokowi.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
A. <b>Biodata Jokowi - Joko Widodo</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Populer : Jokowi</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Lengkap : Ir. Joko Widodo</div>
<div style="text-align: justify;">
Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961</div>
<div style="text-align: justify;">
Istri : Ny. Hj. Iriana Joko Widodo</div>
<div style="text-align: justify;">
Anak: Gibran Rakabumi Raka, Kahiyang Ayu, Kaesang Pangarep</div>
<div style="text-align: justify;">
Agama : Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat Pendidikan :</div>
<div style="text-align: justify;">
- SDN 111 Tirtoyoso Solo, SMPN 1 Solo, SMAN 6 Solo</div>
<div style="text-align: justify;">
- Almamater : Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985 </div>
<div style="text-align: justify;">
Pekerjaan : Pengusaha, Eksportir Mebel, Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Indonesia ke-7</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. <b>Biografi</b>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ir. H. Joko Widodo yang lahir di Surakarta, 21 Juni 1961 lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi adalah pengusaha mebel dan Beliau merupakan Walikota Surakarta (Solo) selama dua kali masa bakti 2005-2015. Dalam masa jabatannya, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. Ketika itu, dia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tahun 2012 ini, Beliau bersama dengan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (Ahok) menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dan selanjutnya menjadi Presiden Indonesia bersama wakilnya Jusuf Kalla.</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br />
Jokowi kecil sempat merasakan pahitnya kehidupan saat rumahnya tergusur. Rumah petak sekaligus tempat usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa travel. Sang bunda menuturkan bahwa Jokowi kecil adalah sosok pendiam, namun pandai bergaul. Banyak yang mengenal Jokowi sebagai orang yang selalu mengalah, untuk menghindari pertengkaran. Sikap tersebut diwarisi </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jokowi dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan makna ikhlas dan bertanggung jawab.
Jokowi selalu berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat yang lain memamerkan sepeda ontel terbaru. Menurut Jokowi kala itu, sekolah tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga berjalan kaki pun tidak menjadi masalah. Bakti kepada orangtua ditunjukkan Jokowi tak hanya lewat sikap, namun juga sejumlah prestasi. Saat menjadi Walikota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta, orang-orang yang mengenalnya tidak pernah menyangka perjalanan hidup Joko kecil. Sosok jokowi sangat dicintai rakyatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anak tukang kayu itu pun, kini menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Setelah Beliau lulus dari SMA kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada lulus tahun 1985, dirinya merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Ia kembali ke Solo dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, CV. Roda Jati. Pada tahun 1998 dirinya memulai berbisnis sendiri bermodal dari pengalaman yang pernah ia miliki. Dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi berhasil mengembangkan bisnisnya dan menjadi seorang eksportir mebel. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
C. <b>Menjadi Walikota</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 2005 Jokowi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo dengan partai politik PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya. Banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini bahkan hingga saat Beliau pun terpilih menjadi Walikota Solo. Selama kepemimpinannya, Solo banyak mengalami kemajuan karena banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
D. <b>Menjadi Gubernur DKI Jakarta</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa-masa singkat kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta Ir. H. Joko Widodo kembali menjadi sorotan dan perhatian masyarakat Indonesia. Beberapa perubahan yang ia lakukan membuat nama beliau semakin mendapatkan tempat di hati warga ibu kota. Namun meskipun masa jabatan Jokowi belum habis, Megawati telah memberikan mandat kepada beliau untuk maju sebagai Calon Presiden 2014. Karena PDIP yakin berkat popularitas serta beliau terus menjadi sorotan media hal tersebut akan membuat sosok dan semakin di kenal oleh masyarakat indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
E. <b>Menjadi Presiden R.I. Ke 7</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pemilu legislatif 9 April 2014, maka secara resmi Joko Widodo maju sebagai Calon Presiden dengan di dampingi H. M Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Dan pada pemilu atau pemilihan umum 2014 ini beliau berhasil mengungguli pasangan Prabowo – Hatta Rajasa untuk menduduki jabatan Presiden R.I. yang akan dilepaskan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menjabat sebagai Presiden Indonesia selama 2 periode.
Pada tanggal 20-Oktober-2014 Presiden RI ke- 7 yang memiliki nama lengkap Joko Widodo resmi dilantik
</div>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-65061333231520937512014-09-19T22:08:00.000+07:002014-11-30T18:43:36.926+07:00Nama dan Biografi Ummu Habibah binti Sufyan (wafat 44 th / 664 M )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
Nama Lengkap: Ramlah binti Shakhar bin Harb bin Unayyah bin Abdi Syams. <br />
Tempat dan Tahun Lahir: Mekkah, 13 (tiga belas) tahun sebelum kerasulan Muhammad Shalalahu ‘Alaihi Wasallam. <br />
Ayahnya dikenal dengan sebutan: Abu Sufyan. <br />
Ibunya bernama: Shafiyyah binti Abil Ashi bin Umayyah bin Abdi Syams, yang merupakan bibi dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu sahabat Rasulullah SAW. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;">
<b>Biografi</b><br />
Dalam perjalanan hidupnya, Ummu Habibah banyak mengalami penderitaan dan cobaan yang berat. Setelah memeluk Islam, dia bersama suaminya hijrah ke Habasyah. Di sana, ternyata suaminya murtad dari agama Islam dan beralih memeluk Nasrani. Suaminya kecanduan minuman keras, dan meninggal tidak dalam agama Islam. Dalam kesunyian hidupnya, Ummu Habibah selalu diliputi kesedihan dan kebimbangan karena dia tidak dapat berkumpul dengan keluarganya sendiri di Mekah maupun keluarga suaminya karena mereka sudah menjauhkannya. Apakah dia harus tinggal dan hidup di negeri asing sampai wafat?
<a name='more'></a><br />
<br />
Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesedihan terus-menerus. Ketika mendengar penderitaan Ummu Habibah, hati Rasulullah sangat tergerak sehingga beliau menikahinya dan Ummu Habibah tidak lagi berada dalam kesedihan yang berkepanjangan. Hal itu sesuai dengan firman Allah bahwa: Nabi itu lebih utama daripada orang lain yang beriman, dan istri-istri beliau adalah ibu bagi orang yang beriman. <br />
<br />
Keistimewaan Ummu Habibah di antara istri-istri Nabi lainnya adalah kedudukannya sebagai putri seorang pemimpin kaum musyrik Mekah yang memelopori pernentangan terhadap dakwah Rasulullah dan kaum muslimin, yaitu Abu Sufyan.<br />
<ol>
<li><b><i>Masa Kecil dan Nasab Pertumbuhannya</i></b><br />
Ummu Habibah dilahirkan tiga belas tahun sebelum kerasulan Muhammad Shalalahu ‘Alaihi Wasallam dengan nama Ramlah binti Shakhar bin Harb bin Unayyah bin Abdi Syams. Ayahnya dikenal dengan sebutan Abu Sufyan. Ibunya bernama Shafiyyah binti Abil Ashi bin Umayyah bin Abdi Syams, yang merupakan bibi sahabat Rasulullah, yaitu Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Sejak kecil Ummu Habibah terkenal memiliki kepribadian yang kuat, kefasihan dalam berbicara, sangat cerdas, dan sangat cantik. </li>
<br />
<li><b><i>Pernikahan, Hijrah, dan Penderitaannya</i></b><br />
Ketika usia Ramlah sudah cukup untuk menikah, Ubaidillah bin Jahsy mempersunting- nya, dan Abu Sufyan pun menikahkan mereka. Ubaidillah terkenal sebagai pemuda yang teguh memegang agama Ibrahirn ‘alaihissalam. Dia berusaha menjauhi minuman keras dan judi, serta berjanji untuk memerangi agama berhala. Ramlah sadar bahwa dirinya telah menikah dengan seseorang yang bukan penyembah berhala, tidak seperti kaumnya yang membuat dan menyembah patung-patung. Di dalam hatinya terbesit keinginan untuk mengikuti suaminya memeluk agama Ibrahim ‘alaihissalam.
Sementara itu, di Mekah mulai tersebar berita bahwa Muhammad datang membawa agama baru, yaitu agama Samawi yang berbeda dengan agama orang Quraisy pada umumnya. Mendengar kabar itu, hati Ubaidillah tergugah, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama baru itu. Dia pun mengajak istrinya, Ramlah, untuk memeluk Islam bersamanya.
Mendengar misi Muhammad berhasil dan maju pesat, orang-orang Quraisy menyatakan perang terhadap kaum muslimin sehingga Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah. Di antara mereka terdapat Ramlah dan suaminya, Ubaidillah bin Jahsy. Setelah beberapa lama mereka menanggung penderitaan berupa penganiayaan, pengasingan, bahkan pengusiran dan keluarga yang terus mendesak agar mereka kembali kepada agama nenek moyang. Ketika itu Ramlah tengah mengandung bayinya yang pertama. Setibanya di Habasyah, bayi Ramlah lahir yang kemudian diberi nama Habibah. Dari nama bayi inilah kemudian nama Ramlah berubah menjadi Ummu Habibah. <br /><br />
Selama mereka di Habasyah terdengar kabar bahwa kaum muslimin di Mekah semakin kuat dan jumlahnya bertambah sehingga mereka menetapkan untuk kembali ke negeri asal mereka. Sementara itu, Ummu Habibah dan suaminya memilih untuk menetap di Habasyah. Di tengah perjalanan, rombongan kaum muslimin yang akan kembali ke Mekah mendengar kabar bahwa keadaan di Mekah masih gawat dan orang-orang musyrik semakin meningkatkan tekanan dan boikot terhadap kaum muslimin. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Habasyah. <br /><br />
Beberapa tahun tinggal di Habasyah, kaum muslimin sangat mengharapkan kesedihan akan cepat berlalu dan barisan kaum muslimin menjadi kuat, namun kesedihan belum habis. Kondisi itulah yang menyebabkan Ubaidillah memiliki keyakinan bahwa kaum muslimin tidak akan pernah kuat. Tampaknya dia sudah putus asa sehingga sedikit demi sedikit hatinya mulai condong pada agama Nasrani, agama orang Habasyah. <br /><br />
Ummu Habibah mengatakan bahwa dia memimpikan sesuatu, “Aku melihat suamiku berubah menjadi manusia paling jelek bentuknya. Aku terkejut dan berkata, ‘Demi Allah, keadaannya telah berubah.’ Pagi harinya Ubaidillah berkata, ‘Wahai Ummu Habibah, aku melihat tidak ada agama yang lebih baik daripada agama Nasrani, dan aku telah menyatakan diri untuk memeluknya. Setelah aku memeluk agama Muhammad, aku akan memeluk agama Nasrani.’ Aku berkata, ‘Sungguhkah hal itu baik bagimu?’ Kemudian aku ceritakan kepadanya tentang mimpi yang aku lihat, namun dia tidak mempedulikannya. Akhirnya dia terus-menerus meminum minuman keras sehingga merenggut nyawanya.” <br /><br />
Demikianlah, Ubaidillah keluar dari agama Islam yang telah dia pertaruhkan dengan hijrah ke Habasyah, dengan menanggung derita, meninggalkan kampung halaman bersama istri dan anaknya yang masih kecil. Ubaidillah pun berusaha mengajak istrinya untuk keluar dari Islam, namun usahanya sia-sia karena Ummu Habibah tetap kokoh dalam Islam dan mempertahankannya hingga suaminya meninggal. Ummu Habibah merasa terasing di tengah kaum muslimin karena merasa malu atas kemurtadan suaminya. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali kembali ke Mekah, padahal orang tuanya, Abu Sufyan, sedang gencar menyerang Nabi dan kaum muslimin. Dalam keadaan seperti itu, Ummu Habibah merasa rumahnya tidak aman lagi baginya, sementara keluarga suaminya telah meninggalkan rumah mereka karena telah bergabung dengan Rasulullah. Akhirnya, dia kembali ke Habasyah dengan tanggungan derita yang berkepanjangan dan menanti takdir dari Allah. </li>
<br />
<li><b><i>Menjadi Ummul-Mukminin</i></b><br />
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam selalu memantau keadaan umat Islam, tidak saja yang berada di Mekah dan Madinah, tetapi juga yang di Habasyah. Ketika memantau Habasyahlah beliau mendengar kisah tentang Ummu Habibah yang ditinggalkan Ubaidillah dengan derita yang ditanggungnya selama ini. Hati beliau terketuk dan berniat menikahinya. <br /><br />
Ummu Habibah menceritakan mimpi dan kehidupannya yang suram. Dia berkata, “Dalam tidurku aku melihat seseorang menjumpaiku dan memanggilku dengan sebutan Ummul-Mukminin. Aku terkejut. Kemudian aku mentakwilkan bahwa Rasulullah akan menikahiku.” Dia melanjutkan, “Hal itu aku lihat setelah masa iddahku habis. Tanpa aku sadari seorang utusan Najasyi mendatangiku dan meminta izin, dia adalah Abrahah, seorang budak wanita yang bertugas mencuci dan memberi harum-haruman pada pakaian raja. Dia berkata, ‘Raja berkata kepadamu, ‘Rasulullah mengirimku surat agar aku mengawinkan kamu dengan beliau.” Aku menjawab, ‘Allah memberimu kabar gembira dengan membawa kebaikan.’ Dia berkata lagi, ‘Raja menyuruhmu menunjuk seorang wali yang hendak mengawinkanmu’. Aku menunjuk Khalid bin Said bin Ash sebagai waliku, kemudian aku memberi Abrahah dua gelang perak, gelang kaki yang ada di kakiku, dan cincin perak yang ada di jari kakiku atas kegembiraanku karena kabar yang dibawanya.” Ummu Habibah kembali dan Habasyah bersama Syarahbil bin Hasanah dengan membawa hadiah-hadiah dari Najasyi, Raja Habasyah. <br /><br />
Berita pernikahan Ummu Habibah dengan Rasulullah merupakan pukulan keras bagi Abu Sufyan. Tentang hal itu, Ibnu Abbas meriwayatkan firman Allah, “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. …“ (QS. Al-Mumtahanah: 7). Ayat ini turun ketika Nabi Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. menikahi Ummu Habibah binti Abi Sufyan. </li>
<br />
<li><b><i>Hidup bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam</i></b><br />
Rasululullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus Amru bin Umayyah ke Habasyah dengan membawa dua tugas, yaitu mengabari kaum Muhajirin untuk kembali ke negeri mereka (Madinah) karena posisi kaum muslimin sudah kuat serta untuk meminang Ummu Habibah untuk Rasulullah. Di tengah perjalanan kembali ke Madinah mereka mendengar berita kemenangan kaum muslimin atas kaum Yahudi di Khaibar. Kegembiraan itu pun mereka rasakan di Madinah karena saudara mereka telah kembali dari Habasyah. Rasulullah menyambut mereka yang kembali dengan suka cita, terlebih dengan kedatangan Ummu Habibah. Beliau mengajak Ummu Habibah ke dalam rumah, yang ketika itu bersamaan juga dengan pernikahan beliau dengan Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab, putri salah seorang pimpinan Yahudi Khaibar yang ditawan tentara Islam. Ketika itu Nabi membebaskan dan menikahinya. Istri-istri Rasulullah lainnya menyambut kedatangan Ummu Habibah dengan hangat dan rasa hormat, berbeda dengan penyambutan mereka terhadap Shafiyyah. <br /><br />
Perjalanan hidup Ummu Habibah di tengah keluarga Rasulullah tidak banyak menimbulkan konflik antar istri atau mengundang amarah beliau. Selain itu, belum juga ada riwayat yang mengisahkan tingkah laku Ummu Habibah yang menunjukkan rasa cemburu. </li>
<br />
<li><b><i>Posisi yang Sulit</i></b><br />
Telah kita sebutkan di atas tentang posisi Ummu Habibah yang istimewa di antara istri-istri Rasulullah. Ayahnya adalah seorang pemimpin kaum musyrik ketika Ummu Habibah mendapat cahaya keimanan, dan dia menghadapi kesulitan ketika harus menjelaskan keyakinan itu kepada orang tuanya. <br /><br />
Orang-orang Quraisy mengingkari perjanjian yang telah mereka tanda-tangani di Hudaibiyah bersama Rasulullah. Mereka menyerang dan membantai Bani Qazaah yang telah terikat perjanjian perlindungan dengan kaum muslimin. Untuk mengantisipasi hal itu, Rasulullah berinisiatif menyerbu Mekah yang di dalamnya tinggal Abu Sufyan dan keluarga Ummu Habibah. Orang-orang Quraisy Mekah sudah mengira bahwa kaum muslimin akan menyerang mereka sebagai balasan atas pembantaian atas Bani Qazaah yang mereka lakukan. Mereka sudah mengetahui kekuatan pasukan kaum muslimin sehingga mereka memilih jalan damai. Diutuslah Abu Sufyan yang dikenal dengan kemampuan dan kepintarannya dalam berdiplomasi untuk berdamai dengan Rasulullah. <br /><br />
Sesampainya di Madinah, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah, tetapi terlebih dahulu menemui Ummu Habibah dan berusaha memperalat putrinya itu untuk kepentingannya. Betapa terkejutnya Ummu Habibah ketika melihat ayahnya berada di dekatnya setelah sekian tahun tidak berjumpa karena dia hijrah ke Habasyah. Di sinilah tampak keteguhan iman dan cinta Ummu Habibah kepada Rasulullah. Abu Sufyan menyadari keheranan dan kebingungan putrinya, sehingga dia tidak berbicara. Akhirnya Abu Sufyan masuk ke kamar dan duduk di atas tikar. Melihat itu, Ummu Habibah segera melipat tikar (kasur) sehingga tidak diduduki oleh Abu Sufyan. Abu Sufyan sangat kecewa melihat sikap putrinya, kemudian berkata, “Apakah kau melipat tikar itu agar aku tidak duduk di atasnya atau menyingkirkannya dariku?” Ummu Habibah menjawab, “Tikar ini adalah alas duduk Rasulullah, sedangkan engkau adalah orang musyrik yang najis. Aku tidak suka engkau duduk di atasnya.” Setelah itu Abu Sufyan pulang dengan merasakan pukulan berat yang tidak diduga dari putrinya. Dia merasa bahwa usahanya untuk menggagalkan serangan kaum muslimin ke Mekah telah gagal. Ummu Habibah telah menyadari apa yang akan terjadi. Dia yakin akan tiba saatnya pasukan muslim menyerbu Mekah yang di dalamnya terdapat keluarganya, namun yang dia ingat hanya Rasulullah. Dia mendoakan kaum muslimin agar memperoleh kemenangan. <br /><br />
Allah mengizinkan kaum muslimin untuk membebaskan Mekah. Rasulullah bersama ribuan tentara Islam memasuki Mekah. Abu Sufyan merasa dirinya sudah terkepung puluhan ribu tentara. Dia merasa bahwa telah tiba saatnya kaum muslimin membalas sikapnya yang selama ini menganiaya dan menindas mereka. Rasulullah sangat kasihan dan mengajaknya memeluk Islam. Abu Sufyan menerima ajakan tersebut dan menyatakan keislamannya dengan kerendahan diri. Abbas, paman Rasulullah, meminta beliau menghormati Abu Sufyan agar dirinya merasa tersanjung atas kebesarannya. Abbas berkata, “Sesungguhnya Abu Sufyan itu seorang yang sangat suka disanjung.” Di sini tampaklah kepandaian dan kebijakan Rasulullah. Beliau menjawab, “Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, dia akan selamat. Barang siapa yang menutup pintu rumahnya, dia pun akan selamat. Dan barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, dia akan selamat.” Begitulah Rasulullah menghormati kebesaran seseorang, dan Allah telah memberi jalan keluar yang baik untuk menghilangkan kesedihan Ummu Habibah dengan keislaman ayahnya. </li>
<br />
<li><b><i>Akhir sebuah Perjalanan</i></b><br />
Setelah Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. wafat, Ummu Habibah hidup menyendiri di rumahnya hanya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam kejadian fitnah besar atas kematian Utsman bin Affan, dia tidak berpihak kepada siapa pun. Bahkan ketika saudaranya, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, berkuasa, sedikit pun dia tidak berusaha mengambil kesempatan untuk menduduki posisi tertentu. Dia juga tidak pernah menyindir Ali bin Abi Thalib lewat sepatah kata pun ketika bermusuhan dengan saudaranya itu. Dia pun banyak meriwayatkan hadits Nabi yang kemudian diriwayatkan kembali oleh para sahabat. Di antara hadits yang diriwayatkannya adalah: “Aku mendengar Rasulullah bersabda. <br /><br />
“Barang siapa yang shalat sebanyak dua belas rakaat sehari semalam, niscaya Allah akan membangun baginya rumah di surga.’ Ummu Habibah berkata, “Sungguh aku tidakpernah meninggalkannya setelab aku mendengar dari Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam.” (HR. Muslim). <br /><br />
Ummu Habibah wafat pada tahun ke-44 hijrah dalam usia tujuh puluh tahun. Jenazahnya dikuburkan di Baqi’ bersama istri-istri Rasulullah yang lain. Semoga Allah memberinya kehormatan di sisi-Nya dan menempatkannya di tempat yang layak penuh berkah. Amin. </li>
</ol>
</li>
</ol>
<b>Referensi</b>:
<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li>Ghufron Hasan (Penerjemah), Istri Rasulullah, Contoh dan Teladan, penerbit Gema Insani Press, Cet. Ketiga, Jumadil Akhir 1420H
</li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-73359032746830304992014-08-28T12:42:00.000+07:002014-09-20T09:15:01.057+07:00Nama dan Biografi Mariyah al-Qibtiyah (Wafat-16H/637 M)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
Nama lengkap: Mariyah binti Syama’un .
Lahir: di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn.
Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan ibunya adalah penganut agarna Masehi Romawi. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b><br />
Seorang wanita asal Mesir yang dihadiahkan oleh Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah tahun 7 H. Setelah dimerdekakan lalu dinikahi oleh Rasulullah dan mendapat seorang putra bernama Ibrahim. Sepeninggal Rasulullah dia dibiayai oleh Abu Bakar kemudian Umar dan meninggal pada masa kekhalifahan Umar. <br /><br />
Seperti halnya Sayyidah Raihanah binti Zaid, Mariyah al-Qibtiyah adalah budak Rasulullah yang kemudian beliau bebaskan dan beliau nikahi. Rasulullah memperlakukan Mariyah sebagaimana beliau memperlakukan istri-istri beliau yang lainnya. Abu Bakar dan Umar pun memperlakukan Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukminin. Dia adalah istri Rasulullah satu-satunya yang melahirkan seorang putra, Ibrahim, setelah Khadijah.<a name='more'></a><br />
<ol>
<li><b><i>Dari Mesir ke Yastrib</i></b><br />
Tentang nasab Mariyah, tidak banyak yang diketahui selain nama ayahnya. Nama lengkapnya adalah Mariyah binti Syama’un dan dilahirkan di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan ibunya adalah penganut agarna Masehi Romawi. Setelah dewasa, bersama saudara perempuannya, Sirin, Mariyah dipekerjakan pada Raja Muqauqis.<br /><br />
Rasulullah mengirim surat kepada Muqauqis melalui Hatib bin Baltaah, menyeru raja agar memeluk Islam. Raja Muqauqis menerima Hatib dengan hangat, namun dengan ramah dia menolak memeluk Islam, justru dia mengirimkan Mariyah, Sirin, dan seorang budak bernama Maburi, serta hadiah-hadiah hasil kerajinan dari Mesir untuk Rasulullah. Di tengah perjalanan Hatib merasakan kesedihan hati Mariyah karena harus meninggalkan kampung halamannya. Hatib menghibur mereka dengan menceritakan Rasulullah dan Islam, kemudian mengajak mereka memeluk Islam. Mereka pun menerima ajakan tersebut.<br /><br />
Rasulullah telah menerima kabar penolakan Muqauqis dan hadiahnya, dan betapa terkejutnya Rasulullah terhadap budak pemberian Muqauqis itu. Beliau mengambil Mariyah untuk dirinya dan menyerahkan Sirin kepada penyairnya, Hasan bin Tsabit. Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah rnasjid. </li>
<br />
<li><b><i>Ibrahim bin Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam</i></b><br />
Allah menghendaki Mariyah al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia. <br /><br />
Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi, Ibrahim Alaihissalam. Lalu beliau memerdekakan Mariyah sepenuhnya. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan gembira. <br /><br />
Akan tetapi, di kalangan istri Rasul lainnya api cemburu tengah membakar, suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan pada kaum wanita. Rasa cemburu semakin tampak bersamaan dengan terbongkarnya rahasia pertemuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Mariyah di rumah Hafshah sedangkan Hafshah tidak berada di rumahnya. Hal ini menyebabkan Hafshah marah. Atas kemarahan Hafshah itu Rasulullah mengharamkan Mariyah atas diri beliau. Kaitannya dengan hal itu, Allah telah menegur lewat firman-Nya: <br /><br />
<i>“Hai Muhammad, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“</i> (QS. At-Tahriim:1) <br /><br />
Aisyah mengungkapkan rasa cemburunya kepada Mariyah, “Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya. Ketika pertama kali datang, Rasulullah menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu’man al-Anshari, lalu dia menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam. Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah memindahkannya ke kamar atas, tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu. Sungguh itu lebih menyakitkan bagi kami.” Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun.” <br /><br />
Beberapa orang dari kalangan golongan munafik menuduh Mariyah telah melahirkan anak hasil perbuatan serong dengan Maburi, budak yang menemaninya dari Mesir dan kemudian menjadi pelayan bagi Mariyah. Akan tetapi, Allah membukakan kebenaran untuk diri Mariyah setelah Ali Radhiyallahu ‘anhu menemui Maburi dengan pedang terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya adalah laki-laki yang telah dikebiri oleh raja. <br /><br />
Pada usianya yang kesembilan belas bulan, Ibrahim jatuh sakit sehingga meresahkan kedua orang tuanya. Mariyah bersama Sirin senantiasa menunggui Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan perasaan sedih Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Mariyah. Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.” <br /><br />
Tanpa beliau sadari, air mata telah bercucuran. Ketika Ibrahim meninggal dunia, beliau kembali bersabda, <br />
<i>“Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan penintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka Allah.”</i><br /><br />
Demikianlah keadaan Nabi ketika menghadapi kematian putranya. Walaupun tengah berada dalam kesedihan, beliau tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika menghadapi cobaan besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengurus sendiri jenazah anaknya kemudian beliau menguburkannya di Baqi’. </li>
<br />
<li><b><i>Saat Wafatnya</i></b><br />
Setelah Rasulullah wafat, Mariyah hidup menyendiri dan menujukan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Dia wafat lima tahun setelah wafatnya Rasulullah, yaitu pada tahun ke-16 hijrah, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah sendiri yang menyalati jenazah Sayyidah Mariyah al-Qibtiyah, kemudian dikebumikan di Baqi’. Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia dan penuh berkah. Amin. .</li>
</ol>
</li>
</ol>
<b>Referensi</b>:
<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li>Ghufron Hasan (Penerjemah), Istri Rasulullah, Contoh dan Teladan, penerbit Gema Insani Press, Cet. Ketiga, Jumadil Akhir 1420H </li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-62620345761715026982014-08-28T11:42:00.001+07:002014-08-28T12:35:31.095+07:00Nama dan Biografi Maimunah Binti al-Harits (Wafat 50 H)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
Nama Lengkap: Barrah binti al-Harits bin Hazm bin Bujair bin Hazm bin Rabiah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah. <br />
Lahir: 6 (enam) tahun sebelum masa kenabian Muhammad SAW. <br />
Ibunya bernama: Hindun binti Aus bin Zubai bin Harits bin Hamathah bin Jarsy. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b><br />
Maimunah binti al-Harits al-Hilaliyah adalah istri Nabi yang sangat mencintai beliau dengan tulus selama mengarungi bahtera numah tangga bersama. Dialah satu-satunya wanita yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya kepada kepada Rasulullah ketika keluarganya hidup dalam kebiasaan jahiliyah. Allah telah menurunkan ayat yang berhubungan dengan dirinya: <br /><br />
<i>“.. dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukminin…”</i> (QS. Al-Ahzab:50). <br /><br />
Ayat di atas merupakan kesaksian Allah terhadap ke ikhlasan Maimunah kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana mungkin Rasulullah menolak wanita yang dengan suka rela menyerahkan dirinya. Hal itu menunjukkan kadar ketakwaan dan keimanan Maimunah. Selain itu, wanita itu berasal dari keturunan yang baik. Kakak kandungnya, Ummul-Fadhal, adalah istri Abbas bin Abdul-Muththalib (paman Nabi) dan wanita yang pertama kali memeluk Islam setelah Khadijah. Saudara perempuan seibunya adalah Zainab binti Khuzaimah (istri Nabi Shallallahu alaihi wasallam.), Asma binti Umais (istri Ja’far bin Abu Thalib), dan Salma binti Umais (istri Hamzah bin Abdul-Muththalib). <a name='more'></a><br />
<ol>
<li><b><i>Nasab, Masa Pertumbuhan, dan Pernikahan</i></b><br />
Nama lengkap Maimunah adalah Barrah binti al-Harits bin Hazm bin Bujair bin Hazm bin Rabiah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah. Ibunya bernama Hindun binti Aus bin Zubai bin Harits bin Hamathah bin Jarsy. <br /><br />
Dalam keluarganya, Maimunah termasuk dalam tiga bersaudara yang memeluk Islam. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah, “Al-Mu’minah adalah tiga bersaudara, yaitu Maimunah, Ummu-Fadhal, dan Asma’.” Maimunah dilahirkan enam tahun sebelum masa kenabian, sehingga dia mengetahui saat-saat orang-orang hijrah ke Madinah. Dia banyak terpengaruh oleh peristiwa hijrah tersebut, dan juga banyak dipengaruhi kakak perempuannya, Ummul-Fadhal, yang telah lebih dahulu memeluk Islam, namun dia menyembunyikan keislamannya karena merasa bahwa lingkungannya tidak mendukung. <br /><br />
Tentang suaminya, banyak riwayat yang memperselisihkannya, namun ada juga kesepakatan mereka tentang asal-usul suaminya yang berasal dan keluarga Abdul-Uzza (Abu Lahab). Sebagian besar riwayat mengatakan bahwa nama suaminya adalah Abu Rahm bin Abdul-Uzza, seorang muysrik yang mati dalam keadaan syirik. Suaminya meninggalkan Maimunah sebagai janda pada usia 26 tahun. </li>
<br />
<li><b><i>Kekokohan Iman</i></b><br />
Setelah suaminya meninggal, dengan leluasa Maimunah dapat menyatakan keimanan dan kecintaannya kepada Rasulullah. Sehingga dengan suka rela dia menyerahkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Hisyam dalam Al-Ishabah-nya Ibnu Hajar dari referensi az-Zuhri. <br /><br />
Tentang penyerahan Maimunah kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam ini telah dinyatakan dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab:50. Maimunah tinggal bersama saudara perempuannya, Ummul Fadhal, istri Abbas bin Abdul Muththalib. Suatu ketika, kepada kakaknya, Maimunah menyatakan niat penyerahan dirinya kepada Rasulullah. Ummul-Fadhl menyampaikan berita itu kepada suaminya sehingga Abbas pun mengabarkannya kepada Rasulullah. Rasulullah mengutus seseorang kepada Abbas untuk meminang Maimunah. Betapa gembiranya perasaan Maimunah setelah mengetahui kesediaan Rasulullah menikahi dirinya. </li>
<br />
<li><b><i>Mimpi yang Menjadi Kenyataan</i></b><br />
Pada tahun berikutnya, setelah perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah bersama kaum muslimin memasuki Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah. Sesuai dengan isi perjanjian Hudaibiyah, Nabi diizinkan untuk menetap di sana selama riga hari, namun orang-orang Quraisy menolak permintaan Nabi dan kaum muslimin untuk berdiam di sana lebih dari tiga hari. Kesempatan itu digunakan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam Untuk melangsungkan pernikahan dengan Maimunah. Setelah pernikahan itu, beliau dan kaum muslimin meninggalkan Mekah. <br /><br />
Maimunah mulai memasuki kehidupan rumah tangga Rasulullah dan beliau menempatkannya di kamar tersendiri. Maimunah memperlakukan istri-istri beliau yang lain dengan baik dan penuh hormat dengan tujuan mendapatkan kerelaan hati beliau semata. <br /><br />
Tentang Maimunah, Aisyah menggambarkannya sebagai berikut. “Demi Allah, Maimunah adalah wanita yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturahmi di antara kami.” Dia dikenal dengan kezuhudannya, ketakwaannya, dan sikapnya yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Riwayat-riwayat pun menceritakan penguasaan ilmunya yang luas. </li>
<br />
<li><b><i>Saat Wafatnya</i></b><br />
Pada masa pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bertepatan dengan perjalanan kembali dari haji, di suatu tempat dekat Saraf, Maimunah merasa ajalnya menjelang tiba. Ketika itu dia berusia delapan puluh tahun, bertepatan dengan tahun ke-61 hijriah. Dia dimakamkan di tempat itu juga sebagaimana wasiat yang dia sampaikan. Menurut sebagian riwayat, dia adalah istri Nabi yang terakhir meninggal. Semoga Allah memberi tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.</li>
</ol>
</li>
</ol>
<b>Referensi</b>:
<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li>Ghufron Hasan (Penerjemah), Istri Rasulullah, Contoh dan Teladan, penerbit Gema Insani Press, Cet. Ketiga, Jumadil Akhir 1420H </li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-76398493715805991422014-08-27T21:10:00.000+07:002014-08-27T21:32:17.611+07:00Nama dan Biografi Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab ( wafat 50 H)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">
<b>Biodata</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama lengkap: Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab bin Sa’yah bin Amir bin Ubaid bin Kaab bin al-Khazraj bin Habib bin Nadhir bin al-Kham bin Yakhum dari keturunan Harun bin Imran. <br />
Tahun lahir: 11 tahun sebelum Hijrah atau 2 tahun setelah kenabian Rasulallah SAW. <br />
Nama Ibu: Barrah binti Samaual dari Bani Quraidhah. <br />
Ayahnya adalah seorang pemimpin Bani Nadhir. </div>
</li>
<br />
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Biografi</b><br />
Sejak kecil dia menyukai ilmu pengetahuan dan rajin mempelajari sejarah dan kepercayaan bangsanya. Dari kitab suci Taurat dia membaca bahwa akan datang seorang nabi dari jazirah Arab yang akan menjadi penutup semua nabi. Pikirannya tercurah pada masalah kenabian tersebut, terutama setelah Muhammad muncul di Mekah Dia sangat heran ketika kaumnya tidak mempercayai berita besar tersebut, padahal sudah jelas tertulis di dalam kitab mereka. Demikian juga ayahnya, Huyay bin Akhtab, yang sangat gigih menyulut permusuhan terhadap kaum muslimin. <br />
<br />
Sifat dusta, tipu muslihat, dan pengecut ayahnya sudah tampak di mata Shafiyyah dalam banyak peristiwa. Di antara yang menjadi perhatian Shafiyyah adalah sikap Huyay terhadap kaumnya sendiri, Yahudi Bani Quraizhah. Ketika itu, Huyay berjanji untuk mendukung dan memberikan pertolongan kepada mereka jika mereka melepaskan perjanjian tidak mengkhianati kaum muslimin (Perjanjian Hudaibiyah). Akan tetapi, ketika kaum Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut, Huyay melepaskan tanggung jawab dan tidak menghiraukan mereka lagi. Hal lain adalah sikapnya terhadap orang-orang Quraisy Mekah. Huyay pergi ke Mekah untuk menghasut kaum Quraisy agar memerangi kaum muslimin, dan mereka menyuruhnya mengakui bahwa agama mereka (Quraisy) lebih mulia daripada agama Muhammad, dan tuhan mereka lebih baik daripada tuhan Muhammad.<br />
<a name='more'></a></div>
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b><i>Masa Pernikahannya</i></b><br />
Sayyidah Shafiyyah bin Huyay Radhiyallahu ‘anha telah dua kali menikah sebelum dengan Rasulullah. Suami pertamanya bernama Salam bin Musykam, salah seorang pemimpin Bani Quraizhah, namun rumah tangga mereka tidak berlangsung lama. Suami keduanya bernama Kinanah bin Rabi’ bin Abil Hafiq, yang juga salah seorang pemimpin Bani Quraizhah yang diusir Rasulullah dan kemudian menetap di Khaibar. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b><i>Penaklukan Khaibar dan Penawanannya</i></b><br />
Perang Khandaq telah membuka tabir pengkhianatan kaum Yahudi terhadap perjanjian yang telah mereka sepakati dengan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam segera menyadari ancaman yang akan menimpa kaum muslimin dengan berpindahnya kaum Yahudi ke Khaibar kemudian membentuk pertahanan yang kuat untuk persiapan menyerang kaum muslimin. <br /><br />
Setelah perjanjian Hudaibiyah disepakati untuk menghentikan permusuhan selama sepuluh tahun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam merencanakan penyerangan terhadap kaum Yahudi, tepatnya pada bulan Muharam tahun ketujuh hijriah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin tentara Islam untuk menaklukkan Khaibar, benteng terkuat dan terakhir kaum Yahudi. Perang berlangsung dahsyat hingga beberapa hari lamanya, dan akhirnya kemenangan ada di tangan umat Islam. Benteng-benteng mereka berhasil dihancurkan, harta benda mereka menjadi harta rampasan perang, dan kaum wanitanya pun menjadi tawanan perang. Di antara tawanan perang itu terdapat Shafiyyah, putri pemimpin Yahudi yang ditinggal mati suaminya. <br /><br />
Bilal membawa Shafiyyah dan putri pamannya menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di sepanjang jalan yang dilaluinya terlihat mayat-mayat tentara kaumnya yang dibunuh. Hati Shafiyyah sangat sedih melihat keadaan itu, apalagi jika mengingat bahwa dirinya menjadi tawanan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memahami kesedihan yang dialaminya, kemudian beliau bersabda kepada Bilal, <i>“Sudah hilangkah rasa kasih sayang dihatimu, wahai Bilal, sehingga engkau tega membawa dua orang wanita ini melewati mayat-mayat suami mereka?”</i> Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memilih Shafiyyah sebagai istri setelah terlebih dahulu menawarkan Islam kepadanya dan kemudian diterimanya. <br /><br />
Seperti telah dikaji di atas, Shafiyyah telah banyak memikirkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sejak dia belum mengetahui kerasulan beliau. Keyakinannya bertambah besar setelah dia mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Anas Radhiayallahu ‘anhu berkata, <i>“Rasulullah ketika hendak menikahi Shafiyyah binti Huyay bertanya kepadanya, ‘Adakah sesuatu yang engkau ketahui tentang diriku?’</i> Dia menjawab, <i>‘Ya Rasulullah, aku sudah mengharapkanmu sejak aku masih musyrik, dan memikirkan seandainya Allah mengabulkan keinginanku itu ketika aku sudah memeluk Islam”.</i> Ungkapan Shafiyyah tersebut menunjukkan rasa percayanya kepada Rasulullah dan rindunya terhadap Islam. <br /><br />
Bukti-bukti yang jelas tentang keimanan Shafiyyah dapat terlihat ketika dia memimpikan sesuatu dalarn tidurnya kemudian dia ceritakan mimpi itu kepada suaminya. Mengetahui takwil dan mimpi itu, suaminya marah dan menampar wajah Shafiyyah sehingga berbekas di wajahnya. Rasulullah melihat bekas di wajah Shafiyyah dan bertanya, <i>“Apa ini?”</i> Dia menjawab, <i>“Ya Rasul, suatu malam aku bermimpi melihat bulan muncul di Yastrib, kemudian jatuh di kamarku. Lalu aku ceritakan mimpi itu kepada suamiku, Kinanah. Dia berkata, ‘Apakah engkau suka menjadi pengikut raja yang datang dari Madinah?’ Kemudian dia menampar wajahku.”</i></li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b><i>Menjadi Ummul-Mukminin</i></b><br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Shafiyyah dan kebebasannya menjadi mahar perkawinan dengannya. Pernikahan beliau dengan Shafiyyah didasari beberapa landasan. Shafiyyah telah memilih Islam serta menikah dengan Rasulullah ketika beliau memberinya pilihan antara memeluk Islam dan menikah dengan beliau atau tetap dengan agamanya dan dibebaskan sepenuhnya. Ternyata Shafiyyah memilih untuk tetap bersama Nabi, Selain itu, Shafiyyah adalah putri pemimpin Yahudi yang sangat membahayakan kaum muslimin, di samping itu, juga karena kecintaannya kepada Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. <br /><br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menghormati Shafiyyah sebagaimana hormatnya beliau terhadap istri-istri yang lain. Akan tetapi, istri-istri beliau menyambut kedatangan Shafiyyah dengan wajah sinis karena dia adalah orang Yahudi, di samping juga karena kecantikannya yang menawan. Akibat sikap mereka, Rasulullah pernah tidak tidur dengan Zainab binti Jahsy karena kata-kata yang dia lontarkan tentang Shafiyyah. Aisyah bertutur tentang peristiwa tersebut, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tengah dalam perjalanan. Tiba-tiba unta Shafiyyah sakit, sementara unta Zainab berlebih. Rasulullah berkata kepada Zainab, ‘Unta tunggangan Shafiyyah sakit, maukah engkau memberikan salah satu dari untamu?’ Zainab menjawab, ‘Akankah aku memberi kepada seorang perempuan Yahudi?’ Akhirnya, beliau meninggalkan Zainab pada bulan Dzulhijjah dan Muharam. Artinya, beliau tidak mendatangi Zainab selama tiga bulan. Zainab berkata, ‘Sehingga aku putus asa dan aku mengalihkan tempat tidurku.” Aisyah mengatakan lagi, “Suatu siang aku melihat bayangan Rasulullah datang. Ketika itu Shafiyyah mendengar obrolan Hafshah dan Aisyah tentang dirinya dan mengungkit-ungkit asal-usul dirinya. Betapa sedih perasannya. Lalu dia mengadu kepada Rasulullah sambil menangis. Rasulullah menghiburnya, ‘Mengapa tidak engkau katakan, bagaimana kalian berdua lebih baik dariku, suamiku Muhammad, ayahku Harun, dan pamanku Musa.” Di dalam hadits riwayat Tirmidzi juga disebutkan, “Ketika Shafiyyah mendengar Hafshah berkata, ‘Perempuan Yahudi!’ dia menangis, kemudian Rasulullah menghampirinya dan berkata, ‘Mengapa engkau menangis?’ Dia menjawab, ‘Hafshah binti Umar mengejekku bahwa aku wanita Yahudiah.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Engkau adalah anak nabi, pamanmu adalah nabi, dan kini engkau berada di bawah perlindungan nabi. Apa lagi yang dia banggakan kepadamu?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata kepada Hafshah, ‘Bertakwalah engkau kepada Allah, Hafshah!” <br /><br />
Salah satu bukti cinta Shafiyyah kepada Nabi terdapat pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Saad dalam Thabaqat-nya tentang istri-istri Nabi yang berkumpul menjelang beliau wafat. Shafiyyah berkata, “Demi Allah, ya Nabi, aku ingin apa yang engkau derita juga menjadi deritaku.” Istri-istri Rasulullah memberikan isyarat satu sama lain. Melihat hal yang demikian, beliau berkata, “Berkumurlah!” Dengan terkejut mereka bertanya, “Dari apa?” Beliau menjawab, “Dari isyarat mata kalian terhadapnya. Demi Allah, dia adalah benar.” <br /><br />
Setelah Rasulullah wafat, Shafiyyah merasa sangat terasing di tengah kaum muslimin karena mereka selalu menganggapnya berasal dari Yahudi, tetapi dia tetap komitmen terhadap Islam dan mendukung perjuangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika terjadi fitnah besar atas kematian Utsman bin Affan, dia berada di barisan Utsman. Selain itu, dia pun banyak meriwayatkan hadits Nabi. </li>
</ol>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Saat Wafatnya</b><br />
Dia wafat pada masa kekhalifahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Marwan bin Hakam menshalatinya, kemudian menguburkannya di Baqi’. Semoga Allah memberinya tempat yang lapang dan mulia di sisiNya. Amin. </li>
<br />
<b>Referensi</b>:
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li style="text-align: justify;">Ghufron Hasan (Penerjemah), Istri Rasulullah, Contoh dan Teladan, penerbit Gema Insani Press, Cet. Ketiga, Jumadil Akhir 1420H </li>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Sa’ad, Thabaqah Qubra. </li>
</ol>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-45360703176914492262014-08-27T17:09:00.001+07:002014-08-27T17:09:39.574+07:00Nama dan Biografi Juwairiyah binti al-Harits bin Abi Dhiraar ( wafat 56 th )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
Nama lengkap: Juwairiyah binti al-Harits bin Abi Dhiraar bin Habib bin Aid bin Malik bin Judzaimah bin Musthaliq bin Khuzaah. <br />
Nama Sebelum Menikah dengan Nabi SAW: Burrah. <br />
Tahun Lahir: Tahun 14 Sebelum Hijrah. <br />
Nama Ayah: al-Harits, seorang pemimpin kaumnya yang masih musyrik dan menyembah berhala sebelum memeluk Islam. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b><br />
Telah kita ketahui bahwa setiap istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam itu memiliki suatu kelebihan. Demikian juga halnya dengan Juwairiyah yang telah membawa berkah besar bagi kaumnya, Bani al-Musthaliq. Bagaimana tidak, setelah dia memeluk Islam, Bani al-Musthaliq mengikrarkan diri menjadi pengikut Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini pernah diungkapkan Aisyah, <i>“Aku tidak mengetahui jika ada seorang wanita yang lebih banyak berkahnya terhadap kaumnya daripada Juwairiyah”.</i><br /><br />
Juwairiyah adalah putri seorang pemimpin Bani al-Musthaliq yang bernama al-Harits bin Abi Dhiraar yang sangat memusuhi Islam. Rasulullah memerangi mereka sehingga banyak kalangan mereka yang terbunuh dan wanita-wanitanya menjadi tawanan perang. Di antara tawanan tersebut terdapat Juwairiyah yang kemudian memeluk Islam, dan keislamannya itu merupakan awal kebaikan bagi kaumnya. <a name='more'></a><br /><br />
<ol>
<li><b><i>Kelahiran dan Masa Pertumbuhannya</i></b><br />
Juwairiyah dilahirkan empat belas tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Semula namanya adalah Burrah, yang kemudian diganti menjadi Juwairiyah. Nama lengkapnya adalah Juwairiyah binti al-Harits bin Abi Dhiraar bin Habib bin Aid bin Malik bin Judzaimah bin Musthaliq bin Khuzaah. Ayahnya, al-Harits, adalah pemimpin kaumnya yang masih musyrik dan menyembah berhala sehingga Juwairiyah dibesarkan dalam kondisi keluarga seperti itu. Tentunya dia memiliki sifat dan kehormatan sebagai keluarga seorang pemimpin. Dia adalah gadis cantik yang paling luas ilmunya dan paling baik budi pekertinya di antara kaumnya. Kemudian dia menikah dengan seorang pemuda yang bernama Musafi’ bin Shafwan. </li>
<br />
<li><b><i>Berada dalam Tawanan Rasulullah</i></b><br />
Di bawah komando al-Harits bin Abi Dhiraar, orang-orang munafik berniat menghancurkan kaum muslimin. Al-Harits sudah mengetahui kekalahan orang-orang Quraisy yang berturut-turut oleh kaum muslimin. Al-Harits beranggapan, jika pasukannya berhasil mengalahkan kaum muslimin, mereka dapat menjadi penguasa suku-suku Arab setelah kekuasaan bangsa Quraisy. Al-Harits menghasut pengikutnya untuk memerangi Rasulullah dan kaum muslimin. Akan tetapi, kabar tentang persiapan penyerangan tersebut terdengar oleh Rasulullah, sehingga beliau berinisiatif untuk mendahului menyerang mereka. Dalam penyerangan tersebut, Aisyah Radhiyallahu ‘anha turut bersama Rasulullah, yang kemudian meriwayatkan pertemuan Rasulullah dengan Juwairiyah setelah dia menjadi tawanan. Perang antara pasukan kaum muslimin dengan Bani al-Musthaliq pun pecah, dan akhirnya dimenangkan oleh pasukan muslim. Pemimpin mereka, al-Harist, melarikan diri, dan putrinya, Juwairiyah, tertawan di tangan Tsabit bin Qais al-Anshari. Juwairiyah mendatangi Rasulullah dan mengadukan kehinaan dan kemalangan yang menimpanya, terutama tentang suaminya yang terbunuh dalam peperangan. <br /><br />
Tentang Juwairiyah, Aisyah mengemukakan cerita sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Saad dalam Thabaqatnya, “Rasulullah menawan wanita-wanita Bani Musthaliq, kemudian beliau menyisihkan seperlima dari antara mereka dan membagikannya kepada kaum muslimin. Bagi penunggang kuda mendapat dua bagian, dan lelaki yang lain mendapat satu bagian. Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari. Sebelumnya, Juwairiyah menikah dengan anak pamannya, yaitu Musafi bin Shafwan bin Malik bin Juzaimah, yang tewas dalam pertempuran melawan kaum muslimin. Ketika Rasulullah tengah berkumpul denganku, Juwairiyah datang menanyakan tentang penjanjian pembebasannya. Aku sangat membencinya ketika dia menemui beliau. Kemudian dia benkata, <i>‘Ya Rasulullah, aku Juwairiyah binti al-Harits, pemimpin kaumnya. Sekarang ini aku tengah berada dalam kekuasaan Tsabit bin Qais. Dia membebaniku dengan sembilan keping emas, padahal aku sangat menginginkan kebebasanku’.</i> Beliau bertanya, <i>‘Apakah engkau menginginkan sesuatu yang lebih dari itu?’</i> Dia balik bertanya, <i>‘Apakah gerangan itu?’</i> Beliau menjawab, <i>‘Aku penuhi permintaanmu dalam membayar sembilan keping emas dan aku akan menikahimu’.</i> Dia menjawab, <i>‘Baiklah, ya Rasulullah!”</i> Beliau bersabda, <i>‘Aku akan melaksanakannya’.</i> Lalu tersebarlah kabar itu, dan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, <i>‘Ipar-ipar Rasulullah tidak layak menjadi budak-budak’. Mereka membebaskan tawanan Bani al-Musthaliq yang jumlahnya hingga seratus keluarga karena perkawinan Juwairiyah dengan Rasulullah. Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih banyak memiliki berkah daripada Juwairiyah”.</i><br /><br />
Selain itu, Aisyah sangat memperhatikan kecantikan Juwairiyah, dan itulah di antaranya yang menyebabkan Rasulullah menawarkan untuk menikahinya. Aisyah sangat cemburu dengan keadaan seperti itu. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berbuat baik kepada Juwairiyah bukan semata karena wajahnya yang cantik, melainkan karena rasa belas kasih beliau kepadanya. Juwairiyah adalah wanita yang ditinggal mati suaminya dan saat itu dia telah menjadi tawanan rampasan perang kaum muslimin. <br /><br />
Mendengar putrinya berada dalam tawanan kaum muslimin, al-Harits bin Abi Dhiraar mengumpulkan puluhan unta dan dibawanya ke Madinah untuk menebus putrinya. Sebelum sampai di Madinah dia berpendapat untuk tidak membawa seluruh untanya, namun dia hanya membawa dua ekor unta yang terbaik, yang kemudian dibawa ke al-Haqiq di bawah pengawasan para pengawalnya. Lalu dia pergi ke Madinah dan menemui Rasulullah di masjid. Terdapat dua riwayat yang menerangkan pertemuan al-Harits dengan Rasulullah. Dalam riwayat pertama, seperti yang diungkapkan Ibnu Saad dalam Thabaqat-nya, dikatakan bahwa Rasulullah menyerahkan keputusan kepada Juwairiyah. <br /><br />
Juwairiyah berkata, <i>“Aku telah memilih Rasulullah ..”</i> Ayahnya berkata, <i>“Demi Allah, kau telah menghinakan kami”</i> Dalam riwayat kedua seperti yang disebutkan Ibnu Hisyam bahwa al-Harits menemui Rasulullah dan berkata, <i>“Ya Muhammad, engkau telah menawan putriku. Ini adalah tebusan untuk kebebasannya”.</i> Rasulullah menjawab, <i>“Di manakah kedua unta yang engkau sembunyikan di al-Haqiq? Di tempat anu dan anu?”</i> Al-Harits menjawab, <i>“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan engkau adalah utusanNya. Tiada yang mengetahui hal itu selain Allah”.</i> Al-Harits memeluk Islam dan diikuti sebagian kaumnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meminang Juwairiyah dengan mas kawin 400 dirham. </li>
<br />
<li><b><i>Berada di Rumah Rasulullah</i></b><br />
Ketika Juwairiyah menikah dengan Rasulullah, beliau mengubah namanya, yang asalnya Burrah menjadi Juwairiyah, sebagaimana disebutkan dalam Thabaqat-nya Ibnu Saad, <i>“Nama Juwairiyah binti al-Harits merupakan perubahan dari Burrah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggantinya menjadi Juwairiyah, karena khawatir disebut bahwa beliau keluar dari rumah burrah”.</i><br /><br />
Juwairiyah telah memeluk Islam dan keimanan di hatinya telah kuat. Semata-mata dia mengikhlaskan diri untuk Allah dan Rasul-Nya. Ibnu Abbas banyak meriwayatkan shalat dan ibadahnya, di antaranya, “Ketika itu Rasulullah hendak melakukan shalat fajar dan keluar dari tempatnya. Setelah shalat fajar dan duduk hingga matahani meninggi, beliau pulang, sementara Juwairiyah tetap dalam shalatnya. Juwairiah berkata, <i>‘Aku tetap giat shalat setelahmu, ya Rasulullah’.</i> Nabi bersabda, <i>‘Aku akan mengatakan sebuah kalimat setelahmu. Jika engkau kerjakan, niscaya akan lebih berat dalam timbangan, ‘Maha Suci Allah, sebanyak yang Dia ciptakan. Maha Suci Allah Penghias Arsy-Nya. Maha Suci Allah, unsur seluruh kalimat-Nya”.</i><br /><br />
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia, Juwairiyah mengasingkan diri serta memperbanyak ibadah dan bersedekah di jalan Allah dengan harta yang diterimanya dari Baitul-Mal. Ketika terjadi fitnah besar berkaitan dengan Aisyah, dia banyak berdiam diri, tidak berpihak ke mana pun. </li>
</ol>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Saat Wafatnya</b><br />
Juwairiyah wafat pada masa kekhalifahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pada usianya yang keenam puluh. Dia dikuburkan di Baqi’, bersebelahan dengan kuburan istri-istri Rasulullah yang lain. Semoga Allah rela kepadanya dan kepada semua istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Semoga Allah memberikan kemuliaan kepadanya di akhirat dan ditempatkan bersama hamba-hamba yang shalih. Amin. </div>
<br />
<b>Referensi</b>:
<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li>Ghufron Hasan (Penterjemah), Istri Rasulullah, Contoh dan Teladan, penerbit Gema Insani Press, Cet. Ketiga, Jumadil Akhir 1420H </li>
<li>Ibnu Sa’ad, Thabaqah Qubra. </li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-33996238253325024082014-08-27T15:34:00.002+07:002014-08-27T15:34:27.909+07:00Nama dan Biografi Zainab binti Khuzayma (wafat 1H)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
Nama Lengkap: Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al-Hilaliyah. <br />
Tanggal Lahir: Tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti, namun ada riwayat yang rnenyebutkan bahwa dia lahir sebelum tahun ketiga belas kenabian. <br />
Nama Ibu: Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b><br />
Dapat dikatakan bahwa pengetahuan kita tentang Zainab binti Khuzaimah r.a. sangatlah terbatas karena dia telah wafat ketika Rasulullah saw. masih hidup. <br />
Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah yang dikenal dengan kebaikan, kedermawanan, dan sifat santunnya terhadap orang miskin. Dia adalah istri Rasul kedua yang wafat setelah Khadijah r.a.. Untuk memuliakan dan mengagungkannya, Rasulullah mengurus mayat Zainab dengan tangan beliau sendiri. <br /><br />
<ol>
<li><i><b>Nasab dan Masa Pertumbuhannya</b></i><br />
Nama lengkap Zainab adalah Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al-Hilaliyah. Ibunya bemama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah.<br /><br />
Berdasarkan asal-usul keturunannya, dia termasuk keluarga yang dihormati dan disegani. Tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti, namun ada riwayat yang rnenyebutkan bahwa dia lahir sebelum tahun ketiga belas kenabian. Sebelum memeluk Islam dia sudah dikenal dengan gelar Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin) sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Thabaqat ibnu Saad bahwa Zainab binti Khuzaimali bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al-Hilaliyah adalah Ummul-Masakin. Gclar tersebut disandangnya sejak masa jahiliah.<a name='more'></a> Ath-Thabary, dalam kitab As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin pun di terangkan bahwa Rasulullah saw. menikahinya sebelum beliau menikah dengan Maimunah r.a., dan ketika itu dia sudah dikenal dengan sebutan Ummul-Masakin sejak zaman jahiliah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa Zainab binti Khuzaimah terkenal dengan sifat kemurah-hatiannya, kedermawanannya, dan sifat santunnya terhadap orang-orang miskin yang dia utamakan daripada kepada dirinya sendiri. Sifat tersebut sudah tertanarn dalam dirinya sejak memeluk Islam walaupun pada saat itu dia belum mengetahui bahwa orang-orang yang baik, penyantun, dan penderma akan memperoleh pahala di sisi Allah. </li>
<br />
<li><i><b>Keislaman dan Pernikahannya</b></i><br />
Zainab binti Khuzaimah r.a. termasuk kelompok orang yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan wanita. Yang mendorongnya masuk Islam adalah akal dan pikirannya yang baik, menolak syirik dan penyembahan berhala dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan jahiliah. <br /><br />
Para perawi berbeda pendapat tentang nama-nama suami pertama dan kedua sebelum dia menikah dengan Rasulullah. Sebagian perawi mengatakan bahwa suami pertama Zainab adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib, yang kemudian menceraikannya. Dia menikah lagi dengan Ubaidah bin Harits, namun dia terbunuh pada Perang Badar atau Perang Uhud. Sebagian perawi mengatakan bahwa suami keduanya adalah Abdullah bin Jahsy. Sebenarnya masih banyak perawi yang mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Akan tetapi, dari berbagai pendapat itu, pendapat yang paling kuat adalah riwayat yang mengatakan bahwa suami pertamanya adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib. Karena Zainab tidak dapat melahirkan (mandul), Thufail menceraikannya ketika mereka hijrah ke Madinah. Untuk mernuliakan Zainab, Ubaidah bin Harits (saudara laki-laki Thufail) menikahi Zainab. Sebagaimana kita ketahui, Ubaidah bin Harits adalah salah seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul-Muththalib dan Ali bin Abi Thalib. Mereka bertiga ikut melawan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, dan akhirnya Ubaidah mati syahid dalam perang tersebut. <br /><br />
Setelah Ubaidah wafat, tidak ada riwayat yang menjelaskan tentang kehidupannya hingga Rasulullah saw. menikahinya. Rasulullah menikahi Zainab karena beliau ingin melindungi dan meringankan beban kehidupan yang dialaminya. Hati beliau menjadi luluh melihat Zainab hidup menjanda, sementara sejak kecil dia sudah dikenal dengan kelemah- lembutannya terhadap orang-orang miskin. Scbagai Rasul yang membawa rahmat bagi alam semesta, beliau rela mendahulukan kepentingan kaum muslimin, termasuk kepentingan Zainab. Beiau senantiasa memohon kepada Allah agar hidup miskin dan mati dalam keadaan miskin dan dikumpulkan di Padang Mahsyar bersama orangorang miskin. <br /><br />
Meskipun Nabi saw. mengingkari beberapa nama atau julukan yang dikenal pada zaman jahiliah, tetapi beiau tidak mengingkari julukan “ummul-masakin” yang disandang oleh Zainab binti Khuzaimah. <br /><br />
Selain dikenal sebagai wanita yang welas asih, Zainab juga dikenal sebagai isteri Rasulullah saw. yang senang meringankan beban saudara-saudaranya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Atha bin Yasir yang mengisahkan, bahwa Zainab mempunyai seorang budak hitam dari Habasyah. Ia sangat menyayangi budak itu, hingga budak dari Habasyah itu tidak diperlakukan layaknya seorang budak, Zainab malah memperlakukan layaknya seorang kerabat dekat. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah saw. pernah menyatakan pujian kepada Ummul Mukminin Zainab binti Khuzaimah r.a. dengan sabdanya, Ia benar-benar menjadi ibunda bagi orang-orang miskin, karena selalu memberikan makan dan bersedekah kepada mereka.</li>
<br />
<li><i><b>Menjadi Ummul-Mukminin</b></i><br />
Tidak diketahui dengan pasti masuknya Zainab binti Khuzaimah ke dalam rumah tangga Nabi saw., apakah sebelum Perang Uhud atau sesudahnya. Yang jelas, Rasulullah saw. menikahinya karena kasih sayang terhadap umamya walaupun wajah Zainab tidak begitu cantik dan tidak seorang pun dari kalangan sahabat yang bersedia menikahinya. Tentang lamanya Zainab berada dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah pun banyak tendapat perbedaan. Salah satu pendapat mengatakan bahwa Zainab memasuki rumah tangga Rasulullah selama tiga bulan, dan pendapat lain delapan bulan. Akan tetapi, yang pasti, prosesnya sangat singkat kanena Zainab meninggal semasa Rasulullah hidup. Di dalam kitab sirah pun tidak dijelaskan penyebab kematiannya. Zainab meninggal pada usia relatif muda, kurang dari tiga puluh tahun, dan Rasulullah yang menyalatinya. Allahu A’lam.</li>
</ol>
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Zainab binti Khuzaimah r.a. dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.</div>
<br />
<b>Referensi</b>:
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li style="text-align: justify;">Ghufron Hasan (Penterjemah), Istri Rasulullah, Contoh dan Teladan, penerbit Gema Insani Press, Cet. Ketiga, Jumadil Akhir 1420H </li>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Sa’ad, Thabaqah Qubra. </li>
<li style="text-align: justify;">Ath-Thabary, As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin.</li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-56447135726544640282014-08-27T13:09:00.000+07:002014-08-27T13:26:38.445+07:00Nama dan Biografi Hafshah binti Umar bin Khaththab r.a. (wafat usia 47 th )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
Nama Lengkap: Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Naf’al bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Rajah bin Adi bin Luay dari suku Arab Adawiyah. <br />
Nama Ibu: Zainab binti Madh’un bin Hubaib bin Wahab bin Hudzafah, saudara perempuan Utsman bin Madh’un. <br />
Tempat dan Tahun Lahir: Makkah, pada tahun ketika Rasullullah memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah Ka’bah dibangun kembali setelah roboh karena banjir.</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><div>
<b>Biografi</b><br />
Hafshah binti Umar bin Khaththab adalah putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah dan kaum muslimin. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Pernikahan Rasulullah dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasih beliau kepada mukminah yang telah menjanda setelah ditinggalkan suaminya, Khunais bin Hudzafah as-Sahami, yang berjihad di jalan Allah, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur dalam Perang Badar. Setelah suami anaknya meninggal, dengan perasaan sedih, Umar menghadap Rasulullah untuk mengabarkan nasib anaknya yang menjanda. Ketika itu Hafshah berusia delapan belas tahun. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah memberinya kabar gembira dengan mengatakan bahwa beliau bersedia menikahi Hafshah. <br />
<a name='more'></a></div>
<br />
Jika kita menyebut nama Hafshah, ingatan kita akan tertuju pada jasa-jasanya yang besar terhadap kaum muslimin saat itu. Dialah istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Nasab dan Masa Petumbuhannya</b><br />
Nama lengkap Hafshah adalah Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Naf’al bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Rajah bin Adi bin Luay dari suku Arab Adawiyah. Ibunya adalah Zainab binti Madh’un bin Hubaib bin Wahab bin Hudzafah, saudara perempuan Utsman bin Madh’un. Hafshah dilahirkan pada tahun yang sangat terkenal dalam sejarah orang Quraisy, yaitu ketika Rasullullah memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah Ka’bah dibangun kembali setelah roboh karena banjir. Pada tahun itu juga dilahirkan Fathimah az-Zahra, putri bungsu Rasulullah dari empat putri, dan kelahirannya disambut gembira oleh beliau. Beberapa hari setelah Fathimah lahir, lahirlah Hafshah binti Umar bin Khaththab. Mendengar bahwa yang lahir adalah bayi wanita, Umar sangat berang dan resah, sebagaimana kebiasaan bapak-bapak Arab Quraisy ketika mendengar berita kelahiran anak perempuannya. Waktu itu mereka menganggap bahwa kelahiran anak perempuan telah membawa aib bagi keluarga. Padahal jika saja ketika itu Umar tahu bahwa kelahiran anak perempuannya akan membawa keberuntungan, tentu Umar akan menjadi orang yang paling bahagia, karena anak yang dinamai Hafshah itu kelak menjadi istri Rasulullah. Di dalam Thabaqat, Ibnu Saad berkata, “Muhammad bin Umar berkata bahwa Muhammad bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari kakeknya, Umar mengatakan, ‘Hafshah dilahirkan pada saat orang Quraisy membangun Ka’bah, lima tahun sebelum Nabi diutus menjadi Rasul.” <br /><br />
Sayyidah Hafshah Radhiyallahu ‘anha dibesarkan dengan mewarisi sifat ayahnya, Umar bin Khaththab. Dalam soal keberanian, dia berbeda dengan wanita lain, kepribadiannya kuat dan ucapannya tegas. Aisyah melukiskan bahwa sifat Hafshah sama dengan ayahnya. Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah adalah kepandaiannya dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum perempuan. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Memeluk Islam</b><br />
Hafshah tidak termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam, karena ketika awal-awal penyebaran Islam, ayahnya, Umar bin Khaththab, masih menjadi musuh utama umat Islam hingga suatu hari Umar tertarik untuk masuk Islam. Ketika suatu waktu Umar mengetahui keislaman saudara perempuannya, Fathimah dan suaminya Said bin Zaid, dia sangat marah dan berniat menyiksa mereka. Sesampainya di rumah saudara perempuannya, Umar mendengar bacaan Al-Qur’an yang mengalun dari dalam rumah, dan memuncaklah amarahnya ketika dia memasuki rumah tersebut. Tanpa ampun dia menampar mereka hingga darah mengucur dari kening keduanya. Akan tetapi, hal yang tidak terduga terjadi, hati Umar tersentuh ketika meihat darah mengucur dari dahi adiknya, kemudian diambilnyalah Al Qur’an yang ada pada mereka. Ketika selintas dia membaca awal surat Thaha, terjadilah keajaiban. Hati Umar mulai diterangi cahaya kebenaran dan keimanan. Allah telah mengabulkan doa Nabi yang mengharapkan agar Allah membuka hati salah seorang dari dua Umar kepada Islam. Yang dimaksud Rasulullah dengan dua Umar adalah Amr bin Hisyam atau lebih dikenal dengan Abu Jahl dan Umar bin Khaththab. <br /><br />
Setelah kejadian itu, dari rumah adiknya dia segera menuju Rasulullah dan menyatakan keislaman di hadapan beliau, Umar bin Khaththab bagaikan bintang yang mulai menerangi dunia Islam serta mulai mengibarkan bendera jihad dan dakwah hingga beberapa tahun setelah Rasulullah wafat. Setelah menyatakan keislaman, Umar bin Khaththab segera menemui sanak keluarganya untuk mengajak mereka memeluk Islam. Seluruh anggota keluarga menerima ajakan Umar, termasuk di dalamnya Hafshah yang ketika itu baru berusia sepuluh tahun. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Menikah dan Hijrah ke Madinah</b><br />
Keislaman Umar membawa keberuntungan yang sangat besar bagi kaum muslimin dalam menghadapi kekejaman kaum Quraisy. Kabar keislaman Umar ini memotivasi para muhajirin yang berada di Habasyah untuk kembali ke tanah asal mereka setelah sekian lama ditinggalkan. Di antara mereka yang kembali itu terdapat seorang pemuda bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahami. Pemuda itu sangat mencintai Rasulullah sebagaimana dia pun mencintai keluarga dan kampung halamannya. Dia hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan diri dan agamanya. Setibanya di Mekah, dia segera mengunjungi Umar bin Khaththab, dan di sana dia melihat Hafshah. Dia meminta Umar untuk menikahkan dirinya dengan Hafshah, dan Umar pun merestuinya. Pernikahan antara mujahid dan mukminah mulia pun berlangsung. Rumah tangga mereka sangat berbahagia karena dilandasi keimanan dan ketakwaan. <br /><br />
Ketika Allah menerangi penduduk Yatsrib sehingga memeluk Islam, Rasulullah menemukan sandaran baru yang dapat membantu kaum muslimin. Karena itulah beliau mengizinkan kaum muslimin hijrah ke Yatsrib untuk menjaga akidah mereka sekaligus menjaga mereka dari penyiksaan dan kezaliman kaum Quraisy. Dalam hijrah ini, Hafshah dan suaminya ikut serta ke Yatsrib. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Cobaan dan Ganjaran</b><br />
Setelah kaum muslimin berada di Madinah dan Rasulullah berhasil menyatukan mereka dalam satu barisan yang kuat, tiba saatnya bagi mereka untuk menghadapi orang musyrik yang telah memusuhi dan mengambil hak mereka. Selain itu, perintah Allah untuk berperang menghadapi orang musyrik sudah tiba. <br /><br />
Peperangan pertama antara umat Islam dan kaum musyrik Quraisy adalah Perang Badar. Dalam peperangan ini, Allah telah menunjukkan kemenangan bagi hamba- hamba-Nya yang ikhlas sekalipun jumlah mereka masih sedikit. Khunais termasuk salah seorang anggota pasukan muslimin, dan dia mengalami luka yang cukup parah sekembalinya dari peperangan tersebut. Hafshah senantiasa berada di sisinya dan mengobati luka yang dideritanya, namun Allah berkehendak memanggil Khunais sebagai syahid dalam peperangan pertama melawan kebatilan dan kezaliman, sehingga Hafshah menjadi janda. Ketika itu usia Hafshah baru delapan belas tahun, namun Hafshah telah memiliki kesabaran atas cobaan yang menimpanya. <br /><br />
Umar sangat sedih karena anaknya telah menjadi janda pada usia yang sangat muda, sehingga dalam hatinya terbetik niat untuk menikahkan Hafshah dengan seorang muslim yang saleh agar hatinya kembali tenang. Untuk itu dia pergi ke rumah Abu Bakar dan merninta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi, Abu Bakar diam, tidak menjawab sedikit pun. Kemudian Umar menemui Utsman bin Affan dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi, pada saat itu Utsman masih berada dalam kesedihan karena istrinya, Ruqayah binti Muhammad, baru meninggal. Utsman pun menolak permintaan Umar. Menghadapi sikap dua sahabatnya, Umar sangat kecewa, dan dia bertambah sedih karena memikirkan nasib putrinya. Kemudian dia menemui Rasulullah dengan maksud mengadukan sikap kedua sahabatnya. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah bersabda, “Hafshah akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Utsman dan Abu Bakar. Utsman pun akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah.” Semula Umar tidak memahami maksud ucapan Rasulullah, tetapi karena kecerdasan akalnya, dia kemudian memahami bahwa Rasulullah yang akan meminang putrinya. <br /><br />
Umar merasa sangat terhormat mendengar niat Rasulullah untuk menikahi putrinya, dan kegembiraan tampak pada wajahnya. Umar langsung menemui Abu Bakar untuk mengutarakan maksud Rasulullah Abu Bakar berkata, “Aku tidak bermaksud menolakmu dengan ucapanku tadi, karena aku tahu bahwa Rasulullah telah menyebut-nyebut nama Hafshah, namun aku tidak mungkin membuka rahasia beliau kepadamu. Seandainya Rasulullah membiarkannya, tentu akulah yang akan menikahi Hafshah.” Umar baru memahami mengapa Abu Bakar menolak menikahi putrinya. Sedangkan sikap Utsman hanya karena sedih atas meninggalnya Ruqayah dan dia bermaksud menyunting saudaranya, Ummu Kultsum, sehingga nasabnya dapat terus bersambung dengan Rasulullah. Setelah Utsman menikah dengan Ummu Kultsum, dia dijuluki dzunnuraini (pemilik dua cahaya). Pernikahan Rasulullah dengan Hafshah lebih dianggap sebagai penghargaan beliau terhadap Umar, di samping juga karena Hafshah adalah seorang janda seorang mujahid dan muhajir, Khunais bin Hudzafah as-Sahami. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Berada di Rumah Rasulullah</b><br />
Di rumah Rasulullah, Hafshah menempati kamar khusus, sama dengan Saudah binti Zam’ah dan Aisyah binti Abu Bakar. Secara manusiawi, Aisyah sangat mencemburui Hafshah karena mereka sebaya, lain halnya Saudah binti Zum’ah yang menganggap Hafshah sebagai wanita mulia putri Umar bin Khaththab, sahabat Rasulullah yang terhormat. <br /><br />
Umar memahami bagaimana tingginya kedudukan Aisyah di hati Rasulullah. Dia pun mengetahui bahwa orang yang menyebabkan kemarahan Aisyah sama halnya dengan menyebabkan kemarahan Rasulullah, dan yang ridha terhadap Aisyah berarti ridha terhadap Rasulullah. Karena itu Umar berpesan kepada putrinya agar berusaha dekat dengan Aisyah dan mencintainya. Selain itu, Umar meminta agar Hafshah menjaga tindak-tanduknya sehingga di antara mereka berdua tidak terjadi perselisihan. Akan tetapi, memang sangat manusiawi jika di antara mereka masih saja terjadi kesalahpahaman yang bersumber dari rasa cemburu. Dengan lapang dada Rasulullah mendamaikan mereka tanpa menimbulkan kesedihan di antara istri – istrinya. Salah satu contoh adalah kejadian ketika Hafshah melihat Mariyah al-Qibtiyah datang rnenemui Nabi dalam suatu urusan. Mariyah berada jauh dari masjid, dan Rasulullah menyuruhnya masuk ke dalam rumah Hafshah yang ketika itu sedang pergi ke rumah ayahnya, dia melihat tabir kamar tidurnya tertutup, sementara Rasulullah dan Mariyah berada di dalamnya. Melihat kejadian itu, amarah Hafshah meledak. Hafshah menangis penuh amarah. Rasulullah berusaha membujuk dan meredakan amarah Hafshah, bahkan beliau bersumpah mengharamkan Mariyah baginya kalau Mariyah tidak meminta maaf pada Hafshah, dan Nabi meminta agar Hafshah merahasiakan kejadian tersebut. <br /><br />
Merupakan hal yang wajar jika istri-istri Rasulullah merasa cemburu terhadap Mariyah, karena dialah satu-satunya wanita yang melahirkan putra Rasulullah setelah Siti Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Kejadian itu segera menyebar, padahal Rasulullah telah memerintahkan untuk menutupi rahasia tersebut. Berita itu akhirnya diketahui oleh Rasulullah sehingga beliau sangat marah. Sebagian riwayat mengatakan bahwa setelah kejadian tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menceraikan Hafshah, namun beberapa saat kemudian beliau merujuknya kembali karena melihat ayah Hafshah, Umar, sangat resah. Sementara riwayat lain menyebutkan bahwa Rasulullah bermaksud menceraikan Hafshah, tetapi Jibril mendatangi beliau dengan maksud memerintahkan beliau untuk mempertahankan Hafshah sebagai istrinya karena dia adalah wanita yang berpendirian teguh. Rasulullah pun mempertahankan Hafshah sebagai istrinya, terlebih karena tersebut Hafshah sangat menyesali perbuatannya dengan membuka rahasia dan memurkakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. <br /><br />
Umar bin Khaththab mengingatkan putrinya agar tidak lagi membangkitkan amarah Rasulullah dan senantiasa menaati serta mencari keridhaan beliau. Umar bin Khaththab meletakkan keridhaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada tempat terpenting yang harus dilakukan oleh Hafshah. Pada dasarnya, Rasulullah menikahi Hafshah karena memandang keberadaan Umar dan merasa kasihan terhadap Hafshah yang ditinggalkan suaminya. Allah menurunkan ayat berikut ini sebagai antisipasi atas isu-isu yang tersebar. <br /><br />
<i>“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang telah Allah menghalalkannya bagimu,- kamu mencari kesenangan hati istri -istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dan sumpahmu; dan Allah adalah pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dan istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberiitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya, ‘Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?’ Nabi menjawab, ‘Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang haik; dan selain dan itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda, dan yang perawan”.</i> (Qs. At-Tahrim:1-5) </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Cobaan Besar</b><br />
Hafshah senantiasa bertanya kepada Rasulullah dalam berbagai masalah, dan hal itu menyebabkan marahnya Umar kepada Hafshah, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memperlakukan Hafshah dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Beliau bersabda, “Berwasiatlah engkau kepada kaum wanita dengan baik.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah marah besar kepada istri-istrinya ketika mereka meminta tambahan nafkah sehingga secepatnya Umar mendatangi rumah Rasulullah. Umar melihat istri-istri Rasulullah murung dan sedih, sepertinya telah terjadi perselisihan antara mereka dengan Rasulullah. Secara khusus Umar memanggil putrinya, Hafshah, dan mengingatkannya untuk menjauhi perilaku yang dapat membangkitkan amarah beliau dan menyadari bahwa beliau tidak memiliki banyak harta untuk diberikan kepada mereka. Karena marahnya, Rasulullah bersumpah untuk tidak berkumpul dengan istri-istri beliau selama sebulan hingga mereka menyadari kesalahannya, atau menceraikan mereka jika mereka tidak menyadari kesalahan. Kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman: <br /><br />
<i>“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, jika kalian menghendaki kehidupan dunia dan segala perhiasannya, maka kemarilah, aku akan memenuhi keinginanmu itu dan aku akan menceraikanmu secara baik-baik. Dan jika kalian menginginkan (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di kampung akhirat, sesungguhnya Allah akan menyediakan bagi hamba-hamba yang baik di antara kalian pahala yang besar“.</i> (QS. Al-Ahzab) <br /><br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjauhi istri-istrinya selama sebulan di dalam sebuah kamar yang disebut khazanah, dan seorang budak bernama Rabah duduk di depan pintu kamar. <br /><br />
Setelah kejadian itu tersebarlah kabar yang meresahkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceraikan istri-istri beliau. Yang paling merasakan keresahan adalah Umar bin Khaththab, sehingga dia segera menemui putrinya yang sedang menangis. Umar berkata, “Sepertinya Rasulullah telah menceraikanmu.” Dengan terisak Hafshah menjawab, “Aku tidak tahu.” Umar berkata, “Beliau telah menceraikanmu sekali dan merujukmu lagi karena aku. Jika beliau menceraikanmu sekali lagi, aku tidak akan berbicara dengan mu selama-lamanya.” Hafshah menangis dan menyesali kelalaiannya terhadap suami dan ayahnya. Setelah beberapa hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyendiri, belum ada seorang pun yang dapat memastikan apakah beliau menceraikan istri-istri beliau atau tidak. Karena tidak sabar, Umar mendatangi khazanah untuk menemui Rasulullah yang sedang menyendiri. Sekarang ini Umar menemui Rasulullah bukan karena anaknya, melainkan karena cintanya kepada beliau dan merasa sangat sedih melihat keadaan beliau, di samping memang ingin memastikan isu yang tersebar. Dia merasa putrinyalah yang menjadi penyebab kesedihan beliau. Umar pun meminta penjelasan dari beliau walaupun di sisi lain dia sangat yakin bahwa beliau tidak akan menceraikan istri – istri beliau. Dan memang benar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan menceraikan istri-istri beliau sehingga Umar meminta izin untuk mengumumkan kabar gembira itu kepada kaum muslimin. Umar pergi ke masjid dan mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menceraikan istri-istri beliau. Kaum muslimin menyambut gembira kabar tersebut, dan tentu yang lebih gembira lagi adalah istri-istri beliau. <br /><br />
Setelah genap sebulan Rasulullah menjauhi istri-istrinya, beliau kembali kepada mereka. Beliau melihat penyesalan tergambar dari wajah mereka. Mereka kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk lebih meyakinkan lagi, beliau mengumumkan penyesalan mereka kepada kaum muslimin. Hafshah dapat dikatakan sebagai istri Rasul yang paling menyesal sehingga dia mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati dan menjadikannya sebagai tebusan bagi Rasulullah. Hafshah memperbanyak ibadah, terutama puasa dan shalat malam. Kebiasaan itu berlanjut hingga setelah Rasulullah wafat. Bahkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, dia mengikuti perkembangan penaklukan-penaklukan besar, baik di bagian timur maupun barat. <br /><br />
Hafshah merasa sangat kehilangan ketika ayahnya meninggal di tangan Abu Lu’luah. Dia hidup hingga masa kekhalifahan Utsman, yang ketika itu terjadi fitnah besar antar muslimin yang menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman hingga masa pembai’atan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ketika itu, Hafshah berada pada kubu Aisyah sebagaimana yang diungkapkannya, “Pendapatku adalah sebagaimana pendapat Aisyah.” Akan tetapi, dia tidak termasuk ke dalam golongan orang yang menyatakan diri berba’iat kepada Ali bin Abi Thalib karena saudaranya, Abdullah bin Umar, memintanya agar berdiam di rumah dan tidak keluar untuk menyatakan ba’iat. <br /><br />
Tentang wafatnya Hafshah, sebagian riwayat mengatakan bahwa Sayyidah Hafshah wafat pada tahun ke empat puluh tujuh pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Dia dikuburkan di Baqi’, bersebelahan dengan kuburan istri-istri Nabi yang lain. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pemilik Mushaf yang Pertama</b><br />
Karya besar Hafshah bagi Islam adalah terkumpulnya Al-Qur’an di tangannya setelah mengalami penghapusan karena dialah satu-satunya istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang pandai membaca dan menulis. Pada masa Rasul, Al-Qur’an terjaga di dalam dada dan dihafal oleh para sahabat untuk kemudian dituliskan pada pelepah kurma atau lembaran-lembaran yang tidak terkumpul dalam satu kitab khusus. <br /><br />
Pada masa khalifah Abu Bakar, para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam peperangan Riddah (peperangan melawan kaum murtad). Kondisi seperti itu mendorong Umar bin Khaththab untuk mendesak Abu Bakar agar mengumpulkan Al-Qur’an yang tercecer. Awalnya Abu Bakar merasa khawatir kalau mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu kitab itu merupakan sesuatu yang mengada-ada karena pada zaman Rasul hal itu tidak pernah dilakukan. Akan tetapi, atas desakan Umar, Abu bakar akhirnya memerintah Hafshah untuk mengumpulkan Al-Qur’an, sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Qur’an itu berada di rumah Hafshah hingga dia meninggal. <br /><br />
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Hafshah Radhiyallahu ‘anha dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin. </li>
</ol>
Referensi:
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Sa’ad, Thabaqah Qubra. </li>
<li style="text-align: justify;">ahlulhadiits.wordpress.com</li>
</ol>
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-10581951700924880812014-07-20T22:48:00.001+07:002014-07-23T02:15:12.980+07:00Nama dan Biografi Susilo Bambang Yudhoyono<ol style="text-align: justify;">
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-susilo-bambang-yudhoyono.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Photo_SBY" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBGvuWfNmeCoZQi-5yf9tNvB8jYMmCPLMaJcZQuLYX0tuuCy2f5GWp-oUi1Wi9aRGI7REEIIQ0I6GQKn4iojfJYZSNIGcI66zKJgcAfKQTS9qNATNnFfBZshqlv_icEiCXIsVLbM2kKIgT/s1600/SusiloBambangYudhoyono.jpg" height="200" title="Photo_SBY" width="155" /></a></div>
Nama : Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono<br />
Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949<br />
Agama : Islam<br />
Jabatan : Presiden Republik Indonesia ke-6<br />
Istri : Kristiani Herawati, putri ketiga (Alm) Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo<br />
Anak : Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono<br />
Ayah : Letnan Satu (Peltu) R. Soekotji<br />
Ibu : Sitti Habibah<br />
Alamat : Jl. Alternatif Cibubur Puri Cikeas Indah No. 2 Desa Nagrag Kec. Gunung Putri Bogor 16967</li>
<br />
<li><b>Pendidikan</b><br /><ol>
<li>
Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973</li>
<li>
American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976</li>
<li>
Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976</li>
<li>
Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983</li>
<li>
On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983</li>
<li>
Jungle Warfare School, Panama, 1983</li>
<li>
Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984</li>
<li>
Kursus Komando Batalyon, 1985</li>
<li>
Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989</li>
<li>
Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, AS</li>
<li>
Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS</li>
<li>
Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.<a name='more'></a> </li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Penghargaan</b> : <br /><ol>
<li>
Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973) </li>
<li>
Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973</li>
<li>
Satya Lencana Seroja, 1976</li>
<li>
Honorour Graduated IOAC, USA, 1983</li>
<li>
Satya Lencana Dwija Sista, 1985</li>
<li>
Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989</li>
<li>
Dosen Terbaik Seskoad, 1989</li>
<li>
Satya Lencana Santi Dharma, 1996</li>
<li>
Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996</li>
<li>
Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996</li>
<li>
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998</li>
<li>
Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998</li>
<li>
Wing Penerbang TNI-AU, 1998</li>
<li>
Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998</li>
<li>
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999</li>
<li>
Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999</li>
<li>
Bintang Dharma, 1999</li>
<li>
Bintang Maha Putera Utama, 1999</li>
<li>
Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003</li>
<li>
Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005</li>
<li>
Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei</li>
<li>
Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006</li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Biografi</b><br />
Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono GCB AC (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004. Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua. <br /><br />
Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orangtuanya dan populer dengan panggilan "SBY", melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945. <br /><br />
Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965. <br /><br />
Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana II. <br /><br />
Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1978) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1980). <br /><br />
Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat. </li>
<br />
<li><b>Karier militer</b><br />
Tahun 1973, ia lulus dari Akademi Militer Indonesia (Akabri: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai murid lulusan terbaik dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan intelek. Periode 1974-1976, ia memulai karier di Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad. Pada tahun 1976, ia belajar di Airborne School dan US Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat. <br /><br />
Kariernya berlanjut pada periode 1976-1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981, Paban Muda Sops SUAD (1981-1982. Periode 1982-1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced Course (Fort Benning) Amerika Serikat. <br /><br />
Tahun 1983, ia belajar pada On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988). <br /><br />
Periode 1988-1989, ia belajar di Sekolah Komando Angkatan Darat dan melanjutkan ke US Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat pada tahun 1991. Periode (1989-1993), ia bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Lulusan Master of Art (MA) dari Management Webster University Missouri ini juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda. Pada tahun 1997, ia diangkat sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster) TNI dengan pangkat Letnan Jenderal. Ia pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri. </li>
<br />
<li><b>Karier politik</b><br />
Tampil sebagai juru bicara Fraksi ABRI menjelang Sidang Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Setahun kemudian, tepatnya 26 Oktober 1999, ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) sebagai konsekuensi penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid. <br /><br />
Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan. Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959. <br /><br />
Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya. <br /><br />
Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2002 menguatkan namanya untuk mencapai karier politik puncak. Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam pemilu presiden 2004. <br /><br />
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanye pemilu legislatif 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat. Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara. Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. <br /><br />
Pada Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang diadakan di Bali tanggal 30 Maret 2013, Susilo Bambang Yudhoyono ditetapkan sebagai ketua umum Partai Demokrat, menggantikan Anas Urbaningrum. </li>
<br />
<li><b>Ringkasan karier</b><br /><ol>
<li>
Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976) </li>
<li>
Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977) </li>
<li>
Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977) </li>
<li>
Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978) </li>
<li>
Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981) </li>
<li>
Paban Muda Sops SUAD (1981-1982) </li>
<li>
Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985) </li>
<li>
Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) </li>
<li>
Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988) </li>
<li>
Dosen Seskoad (1989-1992) </li>
<li>
Korspri Pangab (1993) </li>
<li>
Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994) </li>
<li>
Asops Kodam Jaya (1994-1995) </li>
<li>
Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) </li>
<li>
Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995) </li>
<li>
Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan) </li>
<li>
Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda</li>
<li>
Asospol Kassospol ABRI/wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998) </li>
<li>
Kassospol ABRI/ Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) </li>
<li>
Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999) </li>
<li>
Menteri Pertambangan dan Energi (sejak 26 Oktober 1999) </li>
<li>
Menteri Koordinator Politik Sosial Keamanan(Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) </li>
<li>
Menteri Koordinator Politik Dan Keamanan(Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri) mengundurkan diri 11 Maret 2004</li>
<li>
Presiden Republik Indonesia (2004-2014) </li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Penugasan : Operasi Timor Timur 1979-1980 dan 1986-1988</b><br />
Jenderal TNI (Purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah ditugaskan dalam sebuah operasi di Timor-Timur pada periode 1979-1980 dan 1986-1988 ini meraih gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 3 Oktober 2004. Pada 15 Desember 2005, ia menerima gelar doktor kehormatan di bidang ilmu politik dari Universitas Thammasat Bangkok (Thailand). Dalam pidato pemberian gelar, ia menegaskan bahwa politik merupakan seni untuk perubahan dan transformasi dalam sebuah negara demokrasi yang damai. Ia tidak yakin sepenuhnya kalau politik itu adalah ilmu. </li>
<br />
<li><b>Penghargaan</b><br /><ol>
<li>
Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973</li>
<li>
Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973) </li>
<li>
Satya Lencana Seroja, 1976</li>
<li>
Honor Graduate IOAC, USA, 1983</li>
<li>
Satya Lencana Dwija Sista, 1985</li>
<li>
Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989</li>
<li>
Dosen Terbaik Seskoad, 1989</li>
<li>
Satya Lencana Santi Dharma, 1996</li>
<li>
Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996</li>
<li>
Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996</li>
<li>
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998</li>
<li>
Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998</li>
<li>
Wing Penerbang TNI-AU, 1998</li>
<li>
Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998</li>
<li>
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999</li>
<li>
Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999</li>
<li>
Bintang Dharma, 1999</li>
<li>
Bintang Maha Putera Utama, 1999</li>
<li>
Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003</li>
<li>
Bintang Asia (Star of Asia), 2005, oleh BusinessWeek</li>
<li>
Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama, 2006, oleh Sultan Brunei</li>
<li>
Doktor Honoris Causa, 2006, oleh Universitas Keio</li>
<li>
Darjah Utama Seri Mahkota, 2008, oleh Yang DiPertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin</li>
<li>
100 tokoh Berpengaruh TIME</li>
<li>
Knight Dunia 2009 kategori Pemimpin & Revolusioner Majalah TIME, 2009, oleh Grand Cross in the Order of the Bath, 2012, oleh Ratu Elizabeth II. </li>
</ol>
</li>
<br />
Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah dicalonkan untuk menjadi penerima penghargaan Nobel perdamaian 2006 bersama dengan Gerakan Aceh Merdeka dan Martti Ahtisaari atas inisiatif mereka untuk perdamaian di Aceh. Selain itu, Susilo Bambang Yudhoyono telah menerima gelar Doktor Honoris Causa sebanyak 7 kali, yaitu: <br /><ol>
<li>
Doktor Honoris Causa Bidang Hukum dari Universitas Webster, Inggris. (2005) </li>
<li>
Doktor Honoris Causa Bidang Politik dari Universitas Thammasat, Thailand. (2005) </li>
<li>
Doktor Honoris Causa Bidang Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dari Universitas Andalas, Indonesia. (2006) </li>
<li>
Doktor Honoris Causa Bidang Pemerintahan dan Media dari Universitas Keio, Jepang. (2006) </li>
<li>
Doktor Honoris Causa Bidang Ekonomi dari Universitas Tsinghua, China. (2012) </li>
<li>Doktor Honoris Causa Bidang Perdamaian dari Universitas Utara Malaysia, Malaysia. (2012) </li>
<li>
Doktor Honoris Causa Bidang Kepemimpinan dan Pelayanan Publik dari Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. (2005) </li>
</ol>
<br />
<li><b>Masa kepresidenan</b><br />
MPR pada periode 1999–2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 sehingga memungkinkan presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden dua tahap kemudian dimenanginya dengan 60,9 persen suara pemilih dan terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama pilihan rakyat dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia unggul dari pasangan Presiden Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada pemilu 2004. <br /><br />
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat. <br /><br />
Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat. <br /><br />
Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP4R, sebuah lembaga kepresidenan yang saat ini diketuai oleh Kuntoro Mangkusubroto (Marsilam Simandjuntak pada saat pembentukan) pada 26 Oktober 2006. Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP4R untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah keterangan pers. </li>
<br />
<li><b>Layanan SMS Presiden</b><br />
Sekitar bulan Juni 2005, Presiden SBY memulai layanan pesan singkat (SMS) ke nomor telepon selulernya di 0811109949 namun esok harinya terjadi gangguan teknis karena banyaknya SMS yang masuk dan sekarang diganti cukup dengan SMS ke 9949 setelah itu SMS akan dipilih dan disampaikan ke presiden. Nomor 9949 adalah tanggal lahir beliau (9 September 1949). <br /><br />
Tanggal 28 Juni 2005, Presiden SBY mengirimkan SMS kepada masyarakat dengan nama pengirim Presiden RI yang berisi tentang pencegahan narkoba. Kebenaran SMS ini sudah dikonfirmasikan dan juru bicara Presiden menyatakan berbagai SMS akan menyusul. </li>
<br />
<li><b>Twitter Presiden</b><br />
Tanggal 13 April 2013, Presiden SBY mengirimkan twit pertamanya di akun twitter pribadinya @SBYudhoyono. Akun twitter ini dikelola oleh SBY sendiri dan juga stafnya. Tanda twit dari Presiden langsung adalah *SBY* tiap akhir twitnya. Twit pertama presiden SBY adalah "Halo indonesia saya bergabung ke dunia twitter untuk berbagi sapa pandangan dan inspirasi salam kenal *SBY*". Melalui twitter inilah, Presiden berharap dapat semakin mendengarkan keluh kesah masyarakat. Dirinya juga menyatakan siap dicibir di twitter oleh para pengguna twitter</li>
<br />
<li><b>Musik</b><br />
Susilo Bambang Yudhoyono adalah seorang musisi dan pada masa mudanya ia pernah menjadi anggota band Gaya Teruna. Pada tahun 2000-an, ia kembali merambah dunia musik dengan menulis tiga album pop. <br /><ol>
<li>
Tahun 2007, ia merilis album musik pertamanya yang berjudul Rinduku Padamu. Album ini adalah kumpulan lagu cinta dan religius. Album 10 lagu ini melibatkan beberapa penyanyi papan atas Indonesia. </li>
<li>
Tahun 2009, bersama Yockie Suryoprayogo, Yudhoyono merilis album Evolusi. </li>
<li>
Tahun 2010, ia merilis album ketiga berjudul Ku Yakin Sampai Di Sana</li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Karya tulis</b><br /><ol>
<li>
Yudhoyono, Susilo Bambang (2000). In Noeh, Munawar Fuad; Mustofa, Kurdi. Mengatasi Krisis, Menyelamatkan Reformasi (dalam bahasa Indonesian) (ed. 2nd). Jakarta: Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan. ISBN 979-9357-00-4. </li>
<li>
Yudhoyono, Susilo Bambang (2004). Taman Kehidupan: Kumpulan Puisi (dalam bahasa Indonesian) (ed. 2nd). Jakarta: Yayasan Nida Utama. ISBN 979-96431-8-X. </li>
<li>
Yudhoyono, Susilo Bambang (2004). Revitalizing Indonesian Economy: Business, Politics, and Good Governance. Bogor: Brighten Press. ISBN 979-96431-5-5. </li>
<li>
Yudhoyono, Susilo Bambang (2005). Transforming Indonesia: Selected International Speeches (ed. 2nd). Jakarta: Office of Special Staff of the President for International Affairs in co-operation with PT Buana Ilmu Populer. ISBN 979-694-876-1. </li>
</ol>
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Referensi</b></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>id.wikipedia.org/wiki/Susilo_Bambang_Yudhoyono. </li>
<li>twitter.com/SBYudhoyono</li>
<li>presidenri.go.id/index.php/statik/profil/.</li>
<li>kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=sby.</li>
<li>ghabo.com/gpedia/index.php/Susilo_Bambang_Yudhoyono.
</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-27958492802799579482014-07-20T18:08:00.002+07:002014-07-20T18:41:12.869+07:00Nama dan Biografi Megawati Soekarnoputri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-megawati-soekarno-putri.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Photo_Megawati" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB5kRXTOoar4TQRS8jAwAHqhAITo3Q2hfmC8OCzuxUHzuyMZY56lxaLRl3Yxa3zo3Xw-u6CaLQNuN6hDnyqdkb-sl4PBNaMTx9S4jMZGMggrdnvWG01x2ItmaB_vyAfOUiruJs2Kl7q5eB/s1600/Megawati_Sukarnoputri.jpg" height="200" title="Photo_Megawati" width="180" /></a></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li style="text-align: justify;"><b>Biodata</b><br />
<span id="goog_1580025347"></span><span id="goog_1580025348"></span><span id="goog_2140911514"></span><span id="goog_2140911515"></span>Nama Lengkap: Dyah Permata Megawati Setyawati Sukarnoputri. <br />
Nama populer: Megawati Sukarnoputri. <br />
Tempat dan tanggal lahir: Yogyakarta, 23 Januari 1947 (umur 67 tahun) <br />
Suami: <br /><ol>
<li>
Surindro (menikah tahun 1970 dan tewas di Irian Jaya pada kecelakaan pesawat terbang) </li>
<li>
Hasan Gamal Ahmad (1972) </li>
<li>
Taufik Kiemas (1973) </li>
</ol>
Anak: <br /><ol>
<li>
M Rizki Pratama</li>
<li>
M Pranada</li>
<li>
Karina</li>
<li>
Puan Maharani</li>
</ol>
Ayah: Sukarno (Presiden RI ke-1) <br />
Ibu: Fatmawati</li>
<br />
<li><b>Pendidikan</b>: <br /><ol>
<li>
SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959) </li>
<li>
SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962) </li>
<li>
SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965) </li>
<li>
Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai) </li>
<li>
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai) <a name='more'></a></li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Jabatan</b>: <br /><ol>
<li>
Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Bandung), (1965) </li>
<li>
Anggota DPR-RI, (1993) </li>
<li>
Anggota Fraksi PDI Komisi IV</li>
<li>
Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota Fraksi PDI DPR-RI, (1987-1997) </li>
<li>
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (April 2000-2005 dan 2005-2009) </li>
<li>
Wakil Presiden Republik Indonesia, (Oktober 1999-23 Juli 2001) </li>
<li>
Presiden Republik Indonesia ke-5, (23 Juli 2001-2004)</li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Biografi</b><br />
Dyah Permata Megawati Setyawati Sukarnoputri atau umumnya lebih dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri atau biasa disapa dengan panggilan "Mbak Mega" (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 67 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak dari presiden Indonesia pertama, Soekarno, yang kemudian mengikuti jejak ayahnya menjadi Presiden Indonesia. Pada 20 September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pemilu Presiden 2004 putaran yang kedua. <br /><br />
Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999–2001, ia menjabat Wakil Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). <br /><br />
Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999. <br /><br />
Megawati Soekarnoputri adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunda Megawati, Fatmawati, adalah seorang gadis kelahiran Bengkulu di mana Soekarno dahulu pernah diasingkan pada masa penjajahan Belanda. Ia dilahirkan pada masa Agresi Militer Belanda. Pada waktu Soekarno diasingkan ke pulau Bangka, Fatmawati melahirkan seorang bayi yang dinamai Megawati Soekarno Putri, pada tanggal 23 Januari 1947 di kampung Ledok Ratmakan, tepi barat Kali Code. Setelah kemerdekaan Indonesia, Megawati lalu dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka. <br /><br />
Dia pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (juga tidak sampai lulus). </li>
<br />
<li><b>Perjalanan rumah tangga</b><br />
Karier politik Megawati Soekarnoputri yang penuh lika-liku dan warna seakan searah dengan garis kisah kehidupan perjalanan bahtera rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. <br /><br />
Suami pertamanya adalah Letnan Satu (Penerbang) Surindro Supjarso, seorang pilot pesawat AURI dan perwira pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) Republik Indonesia. Surindro sosoknya tinggi jangkung, berwajah ganteng dengan model rambutnya berjambul, di kalangan rekan-rekannya ia kerap dipanggil dengan "Pacul". Surindro adalah sahabat karib Guntur Soekarnoputra, kakak Megawati. Konon kabarnya, Gunturlah yang menjodohkan Mega dengan Surindro. Mereka menikah pada hari Sabtu, tanggal 1 Juni 1968 bertempat di Jalan Sriwijaya Nomor 7, Kebayoran Baru, Jakarta. Setelah itu, Megawati lalu mengikuti suaminya, Surindro, tinggal di Madiun, Jawa Timur. Di sana ia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak pertamanya, Mohammad Rizki Pratama. Ketika Mega sedang mengandung anak keduanya (Mohammad Prananda), Surindro mengalami kecelakaan pesawat yang merenggut nyawanya. Pesawat Skyvan T-701 yang dikendalikannya terempas di laut sekitar perairan pulau Biak, Irian Jaya, pada tanggal 22 Januari 1970. "Letnan Satu (Penerbang)" itu, beserta tujuh orang awak pesawatnya, hilang tak diketahui rimbanya dan hanya tersisa serpihan puing-puing tubuh pesawat yang ditemukan tersebar berserakan di laut sekitar perairan tersebut. Mega dirundung duka yang mendalam, ia pun berkabung cukup lama. <br /><br />
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1972, waktu itu usia Megawati masih baru menginjak awal dua puluhan dengan mempunyai dua orang anak yang masih balita, ia lalu kembali merajut kasih asmara dengan seorang pria yang konon adalah pengusaha asal Mesir, yang juga seorang Diplomat Mesir yang kala itu sedang bertugas di Jakarta, yang bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan. Namun, pernikahan Mega yang kedua kali ini tak berlangsung lama, hanya bertahan tiga bulan, sebab pernikahan Megawati dengan Hassan (suami kedua Mega) menjadi sorotan Media Massa dengan alasan bahwa waktu itu Megawati masih terikat perkawinan yang sah dengan Surindro, suami pertamanya dan pada saat itu belum ada keputusan yang pasti dari pemerintah, dalam hal ini adalah Markas Besar (Mabes) TNI-AU, mengenai nasib suami pertamanya itu yang jenazahnya sampai sekarang tak berhasil ditemukan. Keluarga "Bung Karno" pun tak tinggal diam, mereka kemudian menyewa seorang pengacara, Sumadji namanya, guna membatalkan pernikahan Mega yang kedua yang kontroversial itu melalui penetapan keputusan oleh Pengadilan Tinggi Agama - Jakarta, akhirnya Hassan pun mengalah dan menyerah. Dari pernikahan dengan suami keduanya yang kandas ini, Megawati tidak dikaruniai anak. <br /><br />
Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangga Megawati Soekarnoputri baru benar-benar terjalin dan dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Suami ketiga Mega, Taufiq Kiemas, selain aktif di GMNI, ia juga bergabung dengan "Inti Pembina Jiwa Revolusi", yaitu suatu organisasi yang menegakkan ajaran "Soekarno". Taufiq Kiemas, yang oleh Guntur diberi julukan "si Bule", menikahi Mega pada akhir Maret 1973. Pesta pernikahan mereka ini berlangsung sederhana di "Panti Perwira", Jakarta Pusat. Dari pasangan ini, maka lahirlah Puan Maharani, yang merupakan anak ketiga dari Megawati Soekarnoputri dan adalah anak pertama Taufiq Kiemas satu-satunya. </li>
<br />
<li><b>Karier Politik</b><br />
Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada diri Megawati Soekarnoputri. Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun selalu aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
<br /><ol>
<li>
<b>1986 </b><br />Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Karier politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI.</li>
<li><b>1993</b><br />
Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. </li>
<br />
<li><b>1996</b><br />
Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. <br /><br />
Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro. <br /><br />
Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat beberapa aktivis mendekam di penjara.
Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega. </li>
<br />
<li><b>1997</b><br />
Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah "Mega Bintang". Mega sendiri memilih golput saat itu. </li>
<br />
<li><b>1999</b><br />
Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi.
Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara. </li>
<br />
<li><b>2001</b><br />
Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI. </li>
<br />
<li><b>2004</b><br />
Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40% - 60%) dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya. </li>
</ol>
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b>Referensi </b>: </div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati. </li>
<li>mega-hasyim.com. </li>
<li>id.wikipedia.org/Megawati_Soekarnoputri</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-22544881300489020012014-07-19T03:44:00.000+07:002014-07-19T03:44:32.536+07:00Nama Dan Biografi Kiyai Haji Abdurrahmaan Wahid<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Nama dan Identitas</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Kiyai-Haji-Abdur-Rahman-Wahid.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Photo Gus Dur" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg35EMIaKkuXg70Mog6-cCJRKj8BAUPnHumX0rNo9tLpz7Xt0TqSZzP3DRSDOZwESE8r9CBK3xu60KqcTn5j_GH9A5AlAa4mhFa0WK33f3HQzUwPixhYuKvAZT1bROUqEOSq0yl3hHiwvuE/s1600/President_4_Indonesia_Abdurrahman_Wahid.jpg" height="200" title="Photo Gus Dur" width="161" /></a></div>
Nama Lengkap: Kiai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur. <br />
Nama Asli: Abdur Rahman Addakhil. <br />
Tempat dan Tanggal Lahir: Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. <br />
Agama: Islam. <br />
Warga Negara Indonesia. <br />
Nama Ibu: Solichah (pen.: Shalihah). <br />
Nama Ayah: Abdul Wahid Hasyim (lebih dikenal dengan nama Wahid Hasyim), seorang Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia, dan Menteri Agama Republik Indonesia yang pertama. <br />
Nama Kakek: Hasyim Asy’ari seorang Pahlawan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia dan Pendiri Nahdlatul ‘Ulama (NU) sebuah organisasi kemasyarakatan di Indonesia. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b><br />
Abdurrahman Wahid lahir pada hari Rabu bulan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban bertepatan dengan 7 September 1940. <a name='more'></a><br /><br />
Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati <i>"abang"</i> atau <i>"mas"</i>.<br /><br />
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang menggunakan sistem kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah. <br /><br />
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. <br /><br />
Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan. <br /><br />
Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir perang tahun 1949, Wahid pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. <br /><br />
Pendidikan Gus Dur berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambak Beras di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah seperti <i>Horizon</i> dan <i>Majalah Budaya Jaya.</i></li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pendidikan di luar negeri</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Kiyai-Haji-Abdur-Rahman-Wahid.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Photo Gus Dur Muda" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF7d2Wh7Dh2W6SE_eUBq6paS2U3KTNVtqWOYPmK7Hy14Tcdnpp6Ft6tNFPPWQ_bIRhrWWng8avhvVrQ9VEblNKkrSmb-PigQzU8miKkqdcNpg7oXHYfl_K9AUIgD2EMR2K4a4Z1ZruSvNO/s1600/Pemuda_Abdurrahman_Wahid.jpg" height="200" title="Photo Gus Dur Muda" width="123" /></a></div>
Pada tahun 1963, Gus Dur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial. Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; ia suka menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton pertandingan sepak bola. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa; ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas Di Mesir, Wahid dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa Gerakan 30 September (G30S) terjadi. Mayor Jendral Suharto menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Wahid, yang ditugaskan menulis laporan. <br /><br />
Wahid mengalami kegagalan di Mesir. Ia tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G30S sangat mengganggu dirinya. Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa ia harus mengulang belajar. Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa di Universitas Baghdad. Wahid pindah ke Irak dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun ia lalai pada awalnya, Wahid dengan cepat belajar. Wahid juga meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah asosiasi tersebut.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Abdurrahman Wahid pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Wahid ingin belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui. Dari Belanda, Wahid pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Awal karier</b><br />
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang disebut "Prisma" dan Gusdur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES,Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu,pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah. Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gusdur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah, pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Gusdur memilih batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren. <br /><br />
Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis,menulis untuk majalah dan surat kabar Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu,ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Gusdur tinggal bersama keluarganya. <br /><br />
Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gusdur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Pada tahun 1974 Gusdur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun kemudian Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam. <br /><br />
Pada tahun 1977, Gusdur bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktek dan Kepercayaan Islam dan Universitas ingin agar Gusdur mengajar subyek tambahan seperti syariat Islam dan misiologi. Namun kelebihannya menyebabkan beberapa ketidaksenangan dari sebagian kalangan universitas. </li>
<br />
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Nahdlatul Ulama</b></div>
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Awal keterlibatan</b><br />
Latar belakang keluarga Wahid segera berarti. Ia akan diminta untuk memainkan peran aktif dalam menjalankan NU. Permintaan ini berlawanan dengan aspirasi Gus Dur dalam menjadi intelektual publik dan ia dua kali menolak tawaran bergabung dengan Dewan Penasehat Agama NU. Namun, Wahid akhirnya bergabung dengan Dewan tersebut setelah kakeknya, Bisri Syansuri, memberinya tawaran ketiga. Karena mengambil pekerjaan ini, Wahid juga memilih untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana. Sebagai anggota Dewan Penasehat Agama, Wahid memimpin dirinya sebagai reforman NU. <br /><br />
Pada saat itu, Abdurrahman Wahid juga mendapat pengalaman politik pertamanya. Pada pemilihan umum legislatif 1982, Wahid berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil gabungan 4 partai Islam termasuk NU. Wahid menyebut bahwa Pemerintah mengganggu kampanye PPP dengan menangkap orang seperti dirinya. Namun, Wahid selalu berhasil lepas karena memiliki hubungan dengan orang penting seperti Jendral Benny Moerdani. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Mereformasi NU</b><br />
Pada saat itu, banyak orang yang memandang NU sebagai organisasi dalam keadaan stagnasi/terhenti. Setelah berdiskusi, Dewan Penasehat Agama akhirnya membentuk Tim Tujuh (yang termasuk Wahid) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Reformasi dalam organisasi termasuk perubahan kepemimpinan. Pada 2 Mei 1982, pejabat-pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan meminta agar ia mengundurkan diri. Idham, yang telah memandu NU pada era transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto awalnya melawan, tetapi akhirnya mundur karena tekanan. Pada 6 Mei 1982, Wahid mendengar pilihan Idham untuk mundur dan menemuinya, lalu ia berkata bahwa permintaan mundur tidak konstitusionil. Dengan himbauan Wahid, Idham membatalkan kemundurannya dan Wahid bersama dengan Tim Tujuh dapat menegosiasikan persetujuan antara Idham dan orang yang meminta kemundurannya. <br /><br />
Pada tahun 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ke-4 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan mulai mengambil langkah untuk menjadikan Pancasila sebagai Ideologi Negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Wahid menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu tersebut. Wahid berkonsultasi dengan bacaan seperti Quran dan Sunnah untuk pembenaran dan akhirnya, pada Oktober 1983, ia menyimpulkan bahwa NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, Wahid juga mengundurkan diri dari PPP dan partai politik. Hal ini dilakukan sehingga NU dapat fokus dalam masalah sosial daripada terhambat dengan terlibat dalam politik. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertama</b><br />
Reformasi Wahid membuatnya sangat populer di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU. Wahid menerima nominasi ini dengan syarat ia mendapatkan wewenang penuh untuk memilih para pengurus yang akan bekerja di bawahnya. Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut. Namun demikian, persyaratannya untuk dapat memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi. Pada hari terakhir Munas, daftar anggota Wahid sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat tinggi NU termasuk Ketua PBNU sebelumnya, Idham Chalid. Wahid sebelumnya telah memberikan sebuah daftar kepada Panitia Munas yang sedianya akan diumumkan hari itu. Namun demikian, Panitia Munas, yang bertentangan dengan Idham, mengumumkan sebuah daftar yang sama sekali berbeda kepada para peserta Munas. <br /><br />
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto dan rezim Orde Baru. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila. Pada tahun 1987, Abdurrahman Wahid menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar Suharto. Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar. Meskipun ia disukai oleh rezim, Wahid mengkritik pemerintah karena proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai oleh Bank Dunia. Hal ini merenggangkan hubungan Wahid dengan pemerintah, namun saat itu Suharto masih mendapat dukungan politik dari NU. <br /><br />
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular. Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar di Probolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim. Gus Dur pernah pula menghadapi kritik bahwa ia mengharapkan mengubah salam Muslim "assalamualaikum" menjadi salam sekular "selamat pagi"</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru</b><br />
Wahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual. Organisasi ini didukung oleh Soeharto, diketuai oleh Baharuddin Jusuf Habibie dan di dalamnya terdapat intelektual Muslim seperti Amien Rais dan Nurcholish Madjid sebagai anggota. Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus Dur menolak karena ia mengira ICMI mendukung sektarianisme dan akan membuat Soeharto tetap kuat. Pada tahun 1991, Wahid melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang pemilihan umum legislatif 1992. <br /><br />
Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU, ide liberal Gus Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Sebagai ketua, Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan bahkan menerima undangan mengunjungi Israel pada Oktober 1994. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Masa jabatan ketiga dan menuju reformasi</b><br />
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto. Wahid menasehati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDInya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi. <br /><br />
Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur berpikir bahwa pilihan terbaiknya sekarang adalah mundur secara politik dengan mendukung pemerintah. Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur. Pada saat yang sama, Gus Dur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan pada Desember 1996 bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. <br /><br />
Juli 1997 merupakan awal dari Krisis Finansial Asia. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun ia terkena stroke pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti. Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya. Hal tersebut tidak disukai Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto. </li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Reformasi</b><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur</b><br />
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalah Partai Amanat Nasional (PAN) bentukan Amien dan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) bentukan Megawati. Pada Juni 1998, banyak orang dari komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Juli 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasehat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan bahwa partai tersebut terbuka untuk semua orang. <br /><br />
Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan Hamengkubuwono X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR</b><br />
Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki kursi mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah. <br /><br />
Pada 7 Oktober 1999, Amien dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara. <br /><br />
Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
</li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Kepresidenan</b><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>1999</b><br />
Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup. <br /><br />
Pada November 1999, Wahid mengunjungi negara-negara anggota ASEAN, Jepang, Amerika Serikat, Qatar, Kuwait, dan Yordania. Setelah itu, pada bulan Desember, ia mengunjungi Republik Rakyat Tiongkok. <br /><br />
Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat. Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan Israel. <br /><br />
Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>2000</b><br />
Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke Swiss untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia dan mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Gus Dur juga mengunjungi India, Korea Selatan, Thailand, dan Brunei Darussalam. Pada bulan Maret, Gus Dur mengunjungi Timor Leste. Di bulan April, Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan G-77, sebelum kembali melewati Kota Meksiko dan Hong Kong. Pada bulan Juni, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Perancis dengan Iran, Pakistan, dan Mesir sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya. <br /><br />
Ketika Gus Dur berkelana ke Eropa pada bulan Februari, ia mulai meminta Jendral Wiranto mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto. <br /><br />
Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat. Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P. <br /><br />
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.[41] Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut. <br /><br />
Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia. Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina tahun 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan Shimon Peres. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya Alwi Shihab menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti. <br /><br />
Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, yaitu Agus Wirahadikusumah, yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret. Pada Juli 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan. <br /><br />
Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI. <br /><br />
Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, Badan Urusan Logistik (BULOG) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate. <br /><br />
Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas. Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur. <br /><br />
Pada September, Gus Dur menyatakan darurat militer di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia. Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia. <br /><br />
Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 anggota DPR menandatangani petisi yang meminta pemakzulan Gus Dur. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>2001 dan akhir kekuasaan</b><br />
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji. Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia. <br /><br />
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi. Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan. <br /><br />
Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur. Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inaugurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus. <br /><br />
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001. Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekret yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri. Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan. </li>
</ol>
</li>
<br />
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Aktivitas setelah kepresidenan</b></div>
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Perpecahan pada tubuh PKB</b><br />
Sebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun, Matori Abdul Djalil, ketua PKB, bersikeras hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Syuro, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktivitas partai sebelum mencabut keanggotaan Matori pada bulan November. Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB. Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasehat dan Alwi Shihab sebagai Ketua PKB. PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pemilihan umum 2004</b><br />
Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, memperoleh 10.6% suara. Untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, dimana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehingga Komisi Pemilihan Umum menolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan dari Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Untuk pemilihan kedua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur menyatakan golput. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Oposisi terhadap pemerintahan SBY</b><br />
Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama mengenai pencabutan subsidi BBM yang akan menyebabkan naiknya harga BBM.
</li>
</ol>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Kehidupan pribadi</b><br />
Abdurrahman Wahid menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Yenny juga aktif berpolitik di Partai Kebangkitan Bangsa dan saat ini adalah direktur The Wahid Institute. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Wafat</b><br />
Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Beberapa kali ia mengalami serangan stroke. Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya. Ia meninggal dunia pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Menurut Salahuddin Wahid adiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan pada arteri. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.</li>
<br />
<li><b>Testimonial</b><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) </b><br />
<i>“Menurut saya, Gus Dur itu diutus Tuhan, untuk mengajarkan Indonesia agar pandai berbeda dengan yang lain. Karena itu, Gus Dur sangat kontroversial, setiap sikap dan ucapannya menimbulkan kontoroversi. Dengan begitu, orang Indonesia akan belajar bagaimana berbeda dengan orang lain. Itu sebetulnya hakikat kehadiran Gus Dur di Indonesia”. </i><br />
<i>Kemudian, kita akan menjadi Negara yang betul-betul demokratis, karena saling menghargai pendapat orang lain. Kita Negara yang sangat plural, sangat majemuk. Kita mempunyai slogan Bhinneka Tunggal Ika, dan itu akhir-akhir ini seperti sedang mendapatkan tantangan orang-orang yang tidak bisa berbeda dengan saudara-saudaranya. Gus Dur sangat berperan, sangat berjasa dan banyak. Mungkin nanti, pengikut-pengikutnya yang bertanggung jawab untuk meneruskan perjuangan beliau”</i>.</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Guruh Soekarnoputra</b><br />
<i>“Saya rasa beliau patut menjadi pahlawan nasional. Banyak hal-hal dari beliau yang perlu diteladani dan harus diturun-temurunkan kepada generasi muda. Misalnya apa dibuat buku tentang pemikiran-pemikiran beliau, biografi beliau dan sebagainya.”</i></li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Viryanadi Mahatera</b><br />
<i>“Gus Dur itu salah satu tokoh yang benar-benar universal. Selama ini Gus Dur seringkali hadir di tengah-tengah kami. Setiap kali ada even-even besar, seperti seminar, talkshow dalam konteks pluralisme, dan lain-lain. Dan apa yang disampaikan; pesan, petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, ini membawa kemajuan bagi khususnya umat budha. Gus Dur adalah penasehat kami”</i>.</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Soesilo Bambang Yudhoyono</b> (Petikan pidato dalam penutupan upacara kenegaraan di Ponpes Tebuireng) <br />
<i>“Sebagai pejuang reformasi, almarhum telah mengajari kita kepada gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya kita sebagai bangsa yang beragam ini menghormati dan menghargai keadilan. Melalui ucapan, sifat, dan perbuatan beliau, Gus Dur mengobarkan sekaligus melembagakan penghormatan kita kepada kemajemukan dan identitas yang tercampur dari perbedaan agama, kepercayaan, etnis, dan kedaerahan. Disadari atau tidak, sesungguhnya beliau adalah bapak pluralisme dari multikularisme di Indonesia”</i>.
</li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Penghargaan</b><br /><ol>
<li style="text-align: justify;">Ramon Magsaysay Award
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori <i>Community Leadership</i>.
Wahid dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004. <br /><br />
Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru. Wahid juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study. Pada 21 Juli 2010, meskipun telah meninggal, ia memperoleh Lifetime Achievement Award dalam Liputan 6 Awards 2010. Penghargaan ini diserahkan langsung kepada Sinta Nuriyah, istri Gus Dur. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Tasrif Award-AJI</b><br />
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawan Butet Kertaradjasa, pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy Bayuni, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra Kirana. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu. Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawan The Jakarta Post membantah dan mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU APP dengan kebebasan pers. </li>
</ol>
</li>
<br />
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Doktor kehormatan</b><br />
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan: </div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">
Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000) </li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000) </li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Perancis (2000) </li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000) </li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000) <br />
</li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000) <br />
</li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002) <br />
</li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003) <br />
</li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003) <br />
</li>
<li style="text-align: justify;">Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)
</li>
</ol>
</li>
</ol>
<b>Sumber: </b><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">http://bio.or.id/biografi-kyai-haji-abdurrahman-wahid. </li>
<li style="text-align: justify;">http://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid.
</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-91752944458525725872014-07-19T02:47:00.000+07:002014-07-19T02:54:01.274+07:00Nama dan Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie<ol style="text-align: justify;">
<li><b>Nama dan Identitas</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-bcharudin-jusuf-habibie.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Photo_Habibie" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguVgGSaC2Lknz9HcdSx8v7vP-EYN8v5yI_bedELod-vtrigm6avU1FV9ULzfFFIfttJzmER9T7gWWGaeN9aFwgiaRbuquUer7LNPbxWwVKz0grTJdedNfbABEOSH3XIpjpLYYg7wB7PLCU/s1600/Bacharuddin_Jusuf_Habibie.jpg" height="200" title="Phhoto Habibie" width="173" /></a></div>
Nama Lengkap: Bacharuddin Jusuf Habibie<br />
Tempat dan Tanggal Lahir: Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 (umur 78 tahun). <br />
Nama Ibu: RA. Tuti Marini Puspowardojo. <br />
Nama Ayah: Alwi Abdul Jalil Habibie. <br />
<b>Jabatan:</b> <br /><ol>
<li>
Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman (1965-1969); </li>
<li>
Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973); </li>
<li>
Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB (1973-1978); </li>
<li>
Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ); </li>
<li>
Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978 sampai dengan Maret 1998); </li>
<li>
Wakil Presiden Republik Indonesia (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998); </li>
<li>
Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999)</li>
</ol>
</li>
<br />
<li><b>Biografi</b><br />
<ol>
<li><b>Keluarga dan pendidikan</b><br />
Prof. DR. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 78 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ke tiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan tersingkat. <a name='more'></a><br /><br />
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman. <br /><br />
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude. <br /><br />
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.</li>
<br />
<li><b>Pekerjaan dan karier</b><br />
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini. <br /><br />
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.<br /><br />
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB. <br /><br />
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya. <br /><br />
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang pertanian. Namun, Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie yakni : <br /><br />
<i>“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have enough.” </i>(Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.) <br /><br />
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras. <br /><br />
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.</li>
<br />
<li><b>Masa Kepresidenan</b><br />
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. <br /><br />
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. <br /><br />
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".<br /><br />
Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:</li>
</ol>
</li>
<br />
<ol>
<li>Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik</li>
<li>Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)</li>
<li>Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen</li>
<li>Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu:</li>
<li>UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik</li>
<li>UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu</li>
<li>UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR</li>
</ol>
<ol>
</ol>
<br />
<li>Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :</li>
<li>Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum</li>
<li>Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
</li>
<li>Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
</li>
<li>Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode. </li>
<li>Ketetapan MPR antara lain :<br />
<ol>
<li>Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara</li>
<li>Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme</li>
<li>Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia</li>
<li>Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah</li>
<li>Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi</li>
<li>Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
</li>
<li>Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR</li>
<li>Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum</li>
<li>Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum</li>
<li>Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN</li>
<li>Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila</li>
<li>Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut : </li>
</ol>
</li>
<bf>
</bf><ol>
<li><bf>Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
</bf></li>
<li><bf>Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
</bf></li>
<li><bf>Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
</bf></li>
<li><bf>Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
</bf></li>
<li><bf>Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
</bf></li>
<li><bf>Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
</bf></li>
</ol>
<bf><ol>
<li>Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen</li>
</ol>
Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur. <br /><br />
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR. <br /><br />
Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden. <br /><br />
”<i>Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.</i></bf><br />
”
<br />
<br />
<li><b>Masa Pascakepresidenan</b><br />
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center. </li>
<br />
<li><b>Karya Habibie</b><br />
• <ol>
<li>Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986</li>
<li>Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
</li>
<li>
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965</li>
<li>Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
• Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968</li>
<li>Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970 </li>
<li>Entwicklung eines Berechnungsverfahrens</li>
<li>zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969 </li>
<li>Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)</li>
<li>Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie) </li>
</ol>
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sumber:</b></div>
<ol>
<li>BJ Habibie.2006. Detik-Detik yang Menentukan. THC Mandiri : Jakarta
BJ Habibie.2006. Detik-Detik yang Menentukan. THC Mandiri : Jakarta </li>
<li>A. Makmur Makka. A True Life of Habibie. Pustaka Iman : Bandung</li>
<li>http://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie.
</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-90070928115010815432014-07-16T00:55:00.001+07:002014-07-16T03:41:50.830+07:00Nama dan Biografi Soeharto (Presiden R.I. Kedua)<ol>
<li><b>Nama dan Identitas</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Soeharto-presiden-republik-indonesia-tahun-1967-1998.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Soeharto_1995" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZjzS4r1NY2mwJgPPkqZ0Jc9v3T8oM3c_ZRKO-goS10J-hP1qmdg1NPJnaXm78tQCOtRUNy6-y6WZU24a5q3fYkqEzL_b8irEv1-lV4RQQUCbhC2pB7QpyfeYiBOqrbf2F9NjujUfHWzVB/s1600/President_Suharto,_1993.jpg" height="200" title="Soeharto_1995" width="156" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama: Soeharto<br />
Tempat dan Tanggal Lahir: Kemusuk (Yogyakarta), 8 Juni 1921<br />
Agama: Islam<br />
Nama ibu: Sukirah<br />
Nama ayah: Kertodisuro<br />
Warga Negara: Indonesia<br />
Jabatan: <br />
Pejabat Presiden Republik Indonesia (Maret 1967) <br />
Presiden Republik Indonesia (Maret 1968 s.d. 21 Mei 1998)</div>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b><br />
Pada 8 Juni 1921, Sukirah melahirkan bayi laki-laki di rumahnya yang sederhana di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Kelahiran itu dibantu dukun bersalin bernama Mbah Kromodiryo yang juga adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono. Oleh ayahnya, Kertoredjo alias Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro bayi laki-laki itu diberi nama Soeharto. Dia adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya setelah lama menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang menjadi petugas pengatur air desa atau ulu-ulu, dikaruniai dua anak. Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama. Keduanya bercerai tidak lama setelah Soeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan Pramono dan dikaruniai tujuh anak, termasuk putra kedua, Probosutedjo<a name='more'></a>. <br /><br />
Belum genap 40 hari, bayi Soeharto dibawa ke rumah Mbah Kromo karena ibunya sakit dan tidak bisa menyusui. Mbah Kromo kemudian mengajari Soeharto kecil untuk berdiri dan berjalan. Soeharto juga sering diajak ke sawah. Sering, Mbah Kromo menggendong Soeharto kecil di punggung ketika sedang membajak sawah. Kenangan itu tidak pernah dilupakan Soeharto. Terlebih ketika kakeknya memberi komando pada kerbau saat membajak sawah. Karena dari situlah, Soeharto belajar menjadi pemimpin. Soeharto juga suka bermain air, mandi lumpur atau mencari belut. <br /><br />
Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya. Soeharto sekolah ketika berusia delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di Sekolah Dasar (SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran ibu dan ayah tirinya, Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro kemudian memindahkan Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto kemudian disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga mendapat pendidikan agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya. <br /><br />
Kegemaran bertani tumbuh selama Soeharto menetap di Wuryantoro. Di bawah bimbingan pamannya yang mantri tani, Soeharto menjadi paham dan menekuni pertanian. Sepulang sekolah, Soeharto belajar mengaji di sanggar bersama teman-temannya. Belajar mengaji bahkan dilakukan sampai semalam suntuk. Ia juga aktif di kepanduan Hizbul Wathan dan mulai mengenal para pahlawan seperti Raden Ajeng Kartini dan Pangeran Diponegoro dari sebuah koran yang sampai ke desa. Setamat Sekolah Rendah (SR) empat tahun, Soeharto disekolahkan oleh orang tuanya ke sekolah lanjutan rendah di Wonogiri. Setelah berusia 14 tahun, Soeharto tinggal di rumah Hardjowijono. Pak Hardjowijono adalah teman ayahnya yang pensiunan pegawai kereta api. Hardjowijono juga seorang pengikut setia Kiai Darjatmo, tokoh agama terkemuka di Wonogiri waktu itu. <br /><br />
Karena sering diajak, Soeharto sering membantu Kiai Darjatmo membuat resep obat tradisional untuk mengobati orang sakit. Soeharto kembali ke kampung asalnya, Kemusuk untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta. Itu dilakukannya karena di sekolah itu siswanya boleh mengenakan sarung dan tanpa memakai alas kaki (sepatu). <br /><br />
Setamat SMP, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu membiayai karena kondisi ekonomi. Soeharto pun berusaha mencari pekerjaan ke sana ke mari, namun gagal. Ia kembali ke rumah bibinya di Wuryantoro. Di sana, ia diterima sebagai pembantu klerek pada sebuah Bank Desa (Volk-bank). Tidak lama kemudian, dia minta berhenti. <br /><br />
Suatu hari pada tahun 1942, Soeharto membaca pengumuman penerimaan anggota Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL). KNIL adalah tentara kerajaan Belanda. Ia mendaftarkan diri dan diterima menjadi tentara. Waktu itu, ia hanya sempat bertugas tujuh hari dengan pangkat sersan, karena Belanda menyerah kepada Jepang. Sersan Soeharto kemudian pulang ke Dusun Kemusuk. Justru di sinilah, karier militernya dimulai. <br /><br />
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegara.Pernikahan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Karir Militer</b><br />
Pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. <br /><br />
Dia bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL. Saat Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu. Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel. <br /><br />
Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL. <br /><br />
Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yangberhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia (RI) masih ada. <br /><br />
Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953). Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel. <br /><br />
Pada tahun 1959 dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat. Pada usia 38 tahun, ia mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di Bandung dan pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada 1 Januari 1960. Kemudian, dia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat di usia 39 tahun. <br /><br />
Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), dan Bonn (Jerman). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal (1 Januari 1962) dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar. Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965. <br /><br />
Sekitar setahun kemudian, tepatnya, 2 Januari 1962, Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya. Setelah diangkat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1 Mei 1963, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965. Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI. <br /><br />
Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. <br /><br />
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Wafat</b><br />Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.<br /><br />Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.<br /><br />Kemudian sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.<br /><br />Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekira pukul 14.55, Minggu (27/1).<br /><br />Seementara itu, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto. </li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-18156228549449591732014-07-14T22:54:00.002+07:002014-07-14T23:47:19.161+07:00Nama Dan Biografi Ir. Soekarno<ol>
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Nama dan Identitas</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Soekarno-Presiden-RI-Pertama.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Photo Soekarno" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU5G6ofup2SreQfMxJsktQr20tifM1WU_RxGWGM1ZUnD7sOHcE0K9iJ4OISMGLbvuTYud4-QH6Z8zhFO6k1b8PD2NghpNS5NRXBQZ7B_rMmaD8Mx3i8UULKU_qF2sMgxOJ9nKEWmxetyHJ/s1600/soekarno.jpg" height="200" title="Ir. Soekarno" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Lengkap : Dr.(HC) Ir. Soekarno (EYD: Sukarno)<br />
Nama Kecil: Koesno Sosrodihardjo<br />
Nama Panggilan: Bung Karno | Pak Karno<br />
Agama : Islam<br />
Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur<br />
Tanggal Lahir : Kamis, 6 Juni 1901<br />
Warga Negara : Indonesia<br />
Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo<br />
Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai<br />
Istri : Oetari, Inggit Garnasih,Fatmawati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Hartini, Yurike Sanger, Heldy Djafar,</div>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Biografi</b> <br />
Ir. Soekarno atau yang biasa dipanggil Bung Karno yang lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayah Soekarno adalah seorang guru. Raden Soekemi bertemu dengan Ida Ayu ketika dia mengajar di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja, Bali. Soekarno hanya menghabiskan sedikit masa kecilnya dengan orangtuanya hingga akhirnya dia tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.<a name='more'></a><br /><br />
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung hingga akhirnya dia ikut kedua orangtuanya pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School. Di tahun 1911, Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). <br /><br />
Setelah lulus pada tahun 1915, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam, organisasi yang kala itu dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang juga memberi tumpangan ketika Soekarno tinggal di Surabaya. <br /><br />
Dari sinilah, rasa nasionalisme dari dalam diri Soekarno terus menggelora. Di tahun berikutnya, Soekarno mulai aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian Soekarno ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. <br /><br />
Di tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoge School (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung dan mengambil jurusan teknik sipil. Pada waktu bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. <br /><br />
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang diinspirasi dari Indonesische Studie Club (dipimpin oleh Dr Soetomo). Algemene Studie Club merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. <br /><br />
Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara inilah, Soekarno membuat pledoi yang fenomenal, Indonesia Menggugat. Soekarno dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. <br /><br />
Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Karena jauhnya tempat pengasingan, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional lainnya.Namun semangat Soekarno tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru benar-benar bebas setelah masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. <br /><br />
Di awal kependudukannya, Jepang tidak terlalu memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia hingga akhirnya sekitar tahun 1943 Jepang menyadari betapa pentingnya para tokoh ini. Jepang mulai memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia dimana salah satunya adalah Soekarno untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang. <br /><br />
Akhirnya tokoh-tokoh nasional ini mulai bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang tetap melakukan gerakan perlawanan seperti Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya. <br /><br />
Soekarno sendiri mulai aktif mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdekan dan segala urusan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri. <br /><br />
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh pemuda dari PETA menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena pada saat itu di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Hal ini dikarenakan Jepang telah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lainnya menolak tuntutan ini dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. <br /><br />
Pada akhirnya,Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berdasarkan sidang yang diadakan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) panitia kecil untuk upacara proklamasi yang terdiri dari delapan orang resmi dibentuk. <br /><br />
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya. Teks proklamasi secara langsung dibacakan oleh Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi halaman rumahnya di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. <br /><br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh KNIP. <br /><br />
Kemerdekaan yang telah didapatkan ini tidak langsung bisa dinikmati karena di tahun-tahun berikutnya masih ada sekutu yang secara terang-terangan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan bahkan berusaha untuk kembali menjajah Indonesia. <br /><br />
Gencaran senjata dari pihak sekutu tak membuat rakyat Indonesia menyerah, seperti yang terjadi di Surabaya ketika pasukan Belanda yang dipimpin oleh Brigadir Jendral A.W.S Mallaby berusaha untuk kembali menyerang Indonesia. Rakyat Indonesia di Surabaya dengan gigihnya terus berjuang untuk tetap mempertahankan kemerdekaan hingga akhirnya Brigadir Jendral AWS Mallaby tewas dan pemerintah Belanda menarik pasukannya kembali. Perang seperti ini tidak hanya terjadi di Surabaya tapi juga hampir di setiap kota. <br /><br />
Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB karena agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu Persetujuan Linggajati. Walaupun telah dilaporkan ke PBB, Belanda tetap saja melakukan agresinya. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda rapat Dewan Keamanan PBB, di mana kemudian dikeluarkan Resolusi No 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan. <br /><br />
Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947, Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran. <br /><br />
Pada 17 Agustus 1947, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. <br /><br />
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno kembali diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. <br /><br />
Karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali diubah menjadi Republik Indonesia dimana Ir Soekarno menjadi Presiden dan Mohammad Hatta menjadi wakilnya. <br /><br />
Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat di Indonesia. Massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. <br /><br />
Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).
Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh Soekarno dimana isinya merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. <br /><br />
Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat bisa menjadi presiden apabila presiden sebelumnya berhalangan. <br /><br />
Pada 22 Juni 1966, Soekarno membacakan pidato pertanggungjawabannya mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">
<b>Riwayat Pendidikan</b></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>
Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto</li>
<li>
Pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Mojokerto (1911) </li>
<li>
Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911-1915) </li>
<li>
Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) (1920) </li>
</ol>
</li>
<br />
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Penghargaan</b></div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">
Gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri antara lain dari Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Agama Islam Negeri Jakarta, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir). </li>
<li style="text-align: justify;">
Penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas dari Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, atas jasa Soekarno dalam mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari politik apartheid. Penyerahan penghargaan dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria (April 2005). </li>
</ol>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Akhir Hayatnya</b><br />
Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Presiden Soekarno disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdekatan dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-37986422888108780682014-07-06T21:44:00.001+07:002014-07-08T23:45:41.963+07:00Nama Dan biografi Ki Hajar Dewantara<ol>
<li align="justify"><b>Nama dan Identitas</b><br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Ki-Hajar-Dewantara.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw5jX4tPEa5OpdSFYiapfWGWjUEtLA8d38sbLz-3_JWT7NvBSB8yP3klptuktsMpB_YvzcgGH0s2OhzG8jT9ScZ6vwhkOk7R3RbJlbmQ20Zlp2m1EkYMUB0FB8B7XH_bB_mlbmiDhxDqaS/s1600/Ki_Hadjar_Dewantara.jpg" /></a>Nama asli: Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Raden Mas Suwardi Suryaningrat)<br />
Sejak tahun 1922 berganti: Ki Hadjar Dewantara (EYD: Ki Hajar Dewantara) <br />
Tempat dan tanggal lahir: Yogyakarta, 2 Mei 1889<br />
Wafat di Yogyakarta, 26 April 1959 pada usia 69 tahun</div>
<div style="text-align: justify;">
Jabatan: Aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, Pendiri Perguruan Taman Siswa. </div>
</li>
<br />
<li align="justify" style="text-align: justify;"><b>Biografi</b> <br />
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dari keluarga Keraton Yogyakarta dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Pada saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Saka, Beliau mengganti namanya tanpa gelar bangsawan agar dapat lebih dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. <br /><br />
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di ELS (Sekolah Dasar Belanda) , beliau belajar di STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tetapi tidak menamatkannya karena sakit. BeIiau kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain De Express, Utusan Hindia,dan Kaum Muda. Sebagai penulis yang handal, tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi rakyat Indonesia. </li>
<a name='more'></a><br />
<li style="text-align: justify;"><b>Kegiatan Perjuangan</b><br />
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
<br /><br />
Bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Dan berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
<br /><br />
Setelah pendaftaran status badan hukum Indische Partij ditolak, ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
<br /><br />
Ki Hajar Dewantara juga aktif di bidang politik dengan bergabung ke dalam Budi
Utomo, lalu mendirikan Indische Partij sebagai partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia pada tanggai 25 Desember 1912 bersama kedua rekannya, Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo . Ki Hajar Dewantara juga ikut berperan dalam pembentukan Komite Bumiputra di tahun 1913 sebagai bentuk protes terhadap rencana Belanda yang akan merayakan 100 tahun kemerdekaannya dari penjajahan Prancis. Beliau kemudian menulis sebuah kritikian pedas lewat tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
<br /><br />
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh Si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu ! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”
<br /><br />
Akibat tulisannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
<br /><br />
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Sehingga keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
<br /><br />
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada di daerah terpencil. Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
<br /><br />
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
<br /><br />
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
<br /><br />
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu dicabut.
<br /><br />
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
<br /><br />
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pengabdian pada masa Indonesia merdeka</b><br />
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara, dalam kabinet pertama Republik Indonesia, diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
<br /><br />
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Taman Siswa dan peranannya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
<br /><br />
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan), menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.
<br /><br />
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959). </li>
</ol>
<b>Referensi</b><br />
id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara.RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-51458771387699224512014-07-06T15:18:00.000+07:002014-07-06T15:18:26.689+07:00Nama dan Biografi Pangeran Dipanegara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biograi-Pangeran-Dipanegara.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVRkdFPf5-ngBirQuc_lf8mxkpqjF-Ng8Vvhxm0dgon2HYVfpdFOQuVmU0iem15P8OuMi6c2aCXJUiUamGfk5TwLUUc1d4GS5lpC7tUfrsMymVOqm80NE95Sy0gF2Sb1-sSS2mttpo6VU9/s1600/Dipo+Negoro.jpg" height="200" width="184" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama asli: Mustahar</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama waktu kecil: Raden Mas Antawirya</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama (populer) gelar: Pangeran Dipanegara</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama ibu: R. A. Mangkarawati</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama ayah: Raden Mas Surojo (Sultan Hamengkubuwono III) Bin Hamengkubuwana II</div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat dan tanggal lahir: Yogyakarta, 11 November 1785</div>
<div style="text-align: justify;">
Wafat: di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada usia 69 tahun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Karena itu Dipanegara diakui sebagai seorang pahlawan nasional Republik Indonesia.
</div>
<ol>
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Biografi Dipanegara</b><br />
Dipanegara adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta, dari salah seorang istri bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang yang berasal dari Pacitan. Pangeran Dipanegara bernama kecil Raden Mas Antawirya. Menyadari dirinya bukan putra seorang ibu permaisuri, maka Dipanegara menolak keinginan ayahnya, untuk mengangkatnya menjadi raja. <br />
<a name='more'></a>Dalam hidupnya Dipanegara menikah dengan tidak kurang dari 9 wanita, yaitu:</div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">
B.R.A. Retno Madubrongto puteri kedua Kyai Gedhe Dhadhapan; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.A. Supadmi yang kemudian diberi nama R.A. Retnakusuma, putri Raden Tumenggung Natawijaya III, Bupati Panolan, Jipang; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.A. Retnodewati seorang putri Kyai di wilayah Selatan Jogjakarta; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.Ay. Citrowati, puteri Raden Tumenggung Ronggo Parwirosentiko dengan salah satu isteri selir; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretno (putri HB II), jadi R.A. Maduretno saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.Ay. Ratnaningsih putri Raden Tumenggung Sumoprawiro, bupati Jipang Kepadhangan; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.A. Retnakumala putri Kyahi Guru Kasongan; </li>
<li style="text-align: justify;">
R.Ay. Ratnaningrum putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II. </li>
<li style="text-align: justify;">
Syarifah Fathimah Wajo putri Datuk Husain (Wanita dari Wajo, Makasar), makamnya ada di Makasar. Syarifah Fathimah ini nasab lengkapnya adalah Syarifah Fathimah Wajo binti Datuk Husain bin Datuk Ahmad bin Datuk Abdullah bin Datuk Thahir bin Datuk Thayyib bin Datuk Ibrahim bin Datuk Qashim bin Datuk Muhammad bin Datuk Nakhoda Ali bin Husain Jamaluddin Asghar bin Husain Jamaluddin Akbar. </li>
<br />
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dipanegara lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari Hamengku Buwana I, Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Dipanegara menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Dipanegara. <br />
<br />
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Dipanegara di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. <br />
<br />
Sikap Dipanegara yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Dipanegara menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Dipanegara menyatakan perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Dipanegara membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Dipanegara di Goa Selarong.Perjuangan Pangeran Dipanegara ini didukung oleh S.I.S.K.S. Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan. <br />
<br />
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Dipanegara. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Dipanegara. Sampai akhirnya Dipanegara ditangkap pada 1830. </div>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Perang Diponegoro</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biograi-Pangeran-Dipanegara.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOSFQVaSeBxauU5VnA_v0PeNA6UXOTnSa7dgcnG5_W9GLGtiE_51k8sABA51IBLkpTAzgJhumO-wdTKwPpJfxigyPVEong-fWilJ09-_7SIv6O22EsGzgCskC7lCBJ8OHHdHbHjoghGfYo/s1600/diponegoro_meminpin_pertempuran.jpg" height="200" width="159" /></a></div>
Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan artileri —yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal— di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara peperangan berkencamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun stategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama, karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi. <br /><br />
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai “senjata” tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha usaha untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan “musuh yang tak tampak” melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengkonsolidasikan pasukan dan menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut, memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando pangeran Dipanegara. Namun pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda. <br /><br />
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu dimana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metoda perang gerilya (geurilia warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan. ini bukan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan. perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya. <br /><br />
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Dipanegara dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Dipanegara terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Dipanegara di Magelang. Di sana, Pangeran Dipanegara menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855. <br /><br />
Perang melawan penjajah lalu dilanjutkan oleh para putera Pangeran Diponegoro. Pangeran Alip atau Ki Sadewa atau bagus Singlon, Dipaningrat, Dipanegara Anom, Pangeran Joned terus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat Putera Pangeran Dipanegara dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sadewa. <br /><br />
Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Dipanegara dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan Hamengku Buwana IX memberi amnesti bagi keturunan Dipanegara, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Dipanegara kala itu. Kini anak cucu Dipanegara dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus Silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Penangkapan dan pengasingan</b><br />
Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock tanggal 28 Maret 1830 yang mengakhiri Perang Diponegoro (1825-1830), karya Nicolaas Pieneman. <br /><ol>
<li>
20 Februari 1830 Pangeran Dipanegara dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia. </li>
<li>
28 Maret 1830 Dipanegara menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Dipanegara agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Dipanegara. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April. </li>
<li>
11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. </li>
<li>
30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Dipanegara, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Dipasana dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertaleksana, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruna akan dibuang ke Manado. </li>
<li>
3 Mei 1830 Dipanegara dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. </li>
<li>
1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. </li>
<li>
8 Januari 1855 Dipanegara wafat dan dimakamkan di Makassar, tepatnya di Jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, sekitar empat kilometer sebelah utara pusat Kota Makassar</li>
</ol>
Dalam perjuangannya, Pangeran Dipanegara dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen. <br /><br />
Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran Dipanegara dengan Raden Ayu Citrawati . Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon atau Ki Sadewa sendiri telah masuk dalam daftar silsilah yang dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta. <br /><br />
Perjuangan Ki Sadewa untuk mendampingi ayahnya dilandasi rasa dendam pada kematian eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika Raden Ronggo dipaksa menyerah karena memberontak kepada Belanda. Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat ditaklukkan. Ki Sodewo kecil dan Sentot bersama keluarga bupati Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti suksesnya penyerbuan. <br /><br />
Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran Dipanegara lalu dititipkan pada sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-pindah tempat agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada saat itu sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu terkenal sebagai penentang Belanda. Atas kehendak Pangeran Dipanegara, bayi tersebut diberi nama Singlon yang artinya penyamaran. <br /><br />
Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung-kantung perjuangan Ki Sodewo pada saat itu dengan bermacam macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan dimotori oleh keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni Sodewo, Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban dengan nama Paguyuban Trah Sodewo. Sedangkan untuk mengumpulkan Keluarga Pangeran Diponegoro, Roni Sodewo bersama Hasan Budianto membuat facebook grup bernama Klan Diponegoro. Upaya ini berhasil mengumpulkan silsilah anak cucu Pangeran Diponegoro dari 8 putera Pangeran Diponegoro dari seluruh dunia<br /><br />
Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 12 putra dan 10 orang putri, yang keturunannya semuanya kini hidup tersebar di seluruh Dunia, termasuk Jawa, Sulawesi, dan Maluku bahkan di Australia, Serbia, Jerman, Belanda dan Arab Saudi. </li>
<br />
<li><div style="text-align: justify;">
<b>Penghargaan sebagai Pahlawan</b><br />
Sebagai penghargaan atas jasa Diponegoro dalam melawan penjajahan. Di beberapa kota besar Indonesia terdapat jalan Diponegoro. Kota Semarang sendiri juga memberikan apresiasi agar nama Pangeran Diponegoro akan senantiasa hidup. Nama nama tempat yang menggunakan nama beliau antara lain Stadion Diponegoro, Jalan Diponegoro, Universitas Diponegoro, Kodam IV Diponegoro. Juga ada beberapa patung yang dibuat, patung Diponegoro di Undip Pleburan, patung Diponegoro di Kodam IV Dipanegara serta di pintu masuk Undip Tembalang. </div>
<br /><ol>
<li>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biograi-Pangeran-Dipanegara.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTdTem9fkh0ZSDJh4fDmt3SjfdREoO_dkhxeJwq7hRh6K1uuyXL4SOIDa5NC6WZvM1CpF6pXZqyyvAkzoE3AOOn4QGwfWOdIBRu6kejZeC6_JsI0PQTOv4NKJNqmO27y1pELI-xizusgDC/s1600/Uang+Indonesia+1952+100.jpg" height="121" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai penghargaan juga pada tahun 1952 diterbitkan Mata uang kertas IDR 100 bergambar Dipanegara. </div>
</li>
<li>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biograi-Pangeran-Dipanegara.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHd9FMatqNv_z3JarTSh8OQirYjgGJa0l5lu3BC_xL7A9Afzahi_oN2RbPSjWht9SOjvy9qg-JHjy_KxjL2grU33NmEt6w7VC2Gkoqf7z85qi-4a_IM7JPYHaCwIeaoZTBiD2ezU4TMCLw/s1600/Uang-Indonesia-1975-1000.jpg" height="100" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pada tahun 1975 juga diterbitkan Mata uang kertas IDR 1000 bergambar Dipanegara. </div>
</li>
</ol>
<br /><div style="text-align: justify;">
Pemerintah Republik Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tanggal 8 Januari tahun 1955 pernah menyelenggarakan Haul Nasional memperingati 100 tahun wafatnya Pangeran Diponegoro, sedangkan pengakuan sebagai Pahlawan Nasional diperoleh Pangeran Diponegoro pada tanggal 6 November 1973 melalui Keppres No.87/TK/1973. <br />
<br />
Penghargaan tertinggi justru diberikan oleh Dunia, pada 21 Juni 2013 Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO) menetapkan Babad Diponegoro sebagai Warisan Ingatan Dunia (Memory of the World). Babad Diponegoro merupakan naskah klasik yang dibuat sendiri oleh Pangeran Diponegoro ketika diasingkan di Manado, Sulawesi Utara, pada 1832-1833. Babad ini bercerita mengenai kisah hidup Pangeran Diponegoro yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo. </div>
</li>
</ol>
<b>Referensi:</b><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Carey, P.B.R. Babad Dipanagara : an account of the outbreak of the Java War (1825-30) : the Surakarta court version of the Babad Dipanagara. Kuala Lumpur: Printed for the Council of the M.B.R.A.S. by Art Printing Works, 1981. </li>
<li style="text-align: justify;">Monograph (Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. Malaysian Branch); no.9Sagimun M. D. Pangeran Diponegoro : Pahlawan nasional. Jakarta: Proyek Biografi Pahlawan Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976. </li>
<li style="text-align: justify;">Yamin, M. Sedjarah peperangan Diponegoro : pahlawan kemerdekaan Indonesia. Jakarta : Pembangunan, 1950. </li>
<li style="text-align: justify;">id.wikipedia.org/wiki/Dipanegara.</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-422040556318468012014-07-04T05:30:00.000+07:002014-07-05T09:26:04.743+07:00Nama dan Biografi Laksamana Cheng Ho1. <b>Nama dan Biografi</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Laksamana-Cheng-Ho.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuwcSEEIRJsCzEgYifwymzfHc164ncNf2Gvkt-rfDLFHLdeEFb7WoVZ6MBCDWOwJm8Gtw8v9sJN8GBjFisjpbkCFBtmcenu9NRed0AtsxfeHnAoVmv1zBx7eezRsznCYLYYus84cTgLEO3/s1600/image+of+cheng+ho.jpg" height="148" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama: Sam Po Kong, nama alias Zheng He, Cheng Ho, Sam Po Toa Lang, Sam Po Thay Jien, Sam Po Thay Kam, dan lain-lain. Laksamana Sam Po Kong berasal dari bangsa Hui, salah satu bangsa minoritas Tionghoa. Laksamana Cheng Ho adalah sosok bahariawan muslim Tionghoa yang tangguh dan berjasa besar terhadap pembauran, penyebaran, serta perkembangan Islam di Nusantara. Cheng Ho (1371 – 1435) adalah pria muslim keturunan Tionghoa, berasal dari propinsi Yunnan di Asia Barat Daya. Ia lahir dari keluarga muslim taat dan telah menjalankan ibadah haji yang dikenal dengan haji Ma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konon, pada usia sekitar 10 tahun Cheng Ho ditangkap oleh tentara Ming di Yunnan. Pangeran dari Yen, Chung Ti, tertarik melihat Cheng Ho kecil yang pintar, tampan, dan taat beribadah. Kemudian ia dijadikan anak asuh. Cheng Ho tumbuh menjadi pemuda pemberani dan brilian. Di kemudian hari ia memegang posisi penting sebagai Admiral Utama dalam angkatan perang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat kaisar Cheung Tsu berkuasa, Cheng Ho diangkat menjadi admiral utama armada laut untuk memimpin ekspedisi pertama ke laut selatan pada tahun 1406. Sebagai admiral, Cheng Ho telah tujuh kali melakukan ekspedisi ke Asia Barat Daya dan Asia Tenggara. Selama 28 tahun (1405 – 1433 M) Cheng Ho telah melakukan pelayaran muhibah ke berbagai penjuru dunia dengan memimpin kurang lebih 208 kapal berukuran besar, menengah, dan kecil yang disertai dengan kurang lebih 27.800 awak kapal. Misi muhibah pelayaran yang dilaksanakan oleh Laksamana Cheng Ho bukan untuk melaksanakan ekspansi, melainkan melaksanakan misi perdagangan, diplomatik, perdamaian, dan persahabatan. Ini merupakan pelayaran yang menakjubkan, berbeda dengan pengembaraan yang dilakukan oleh pelaut Barat seperti Cristopherus Colombus, Vasco da Gamma, atau pun Magelhaes. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Sebagai bahariawan besar sepanjang sejarah pelayaran dunia, kurang lebih selama 28 tahun telah tercipta 24 peta navigasi yang berisi peta mengenai geografi lautan. Selain itu, Cheng Ho sebagai muslim Tiong Hoa, berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara dan kawasan Asia Tenggara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada perjalanan pelayaran muhibah ke-7, Cheng Ho telah berhasil menjalankan misi kaisar Ming Ta’i-Teu (berkuasa tahun 1368 – 1398), yaitu misi melaksanakan ibadah haji bagi keluarga istana Ming pada tahun 1432 – 1433. Misi ibadah haji ini sengaja dirahasiakan karena pada saat itu, bagi keluarga istana Ming menjalankan ibadah haji secara terbuka sama halnya dengan membuka selubung latar belakang kesukuan dan agama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengesankan bahwa pelayaran haji ini tidak ada hubungannya dengan keluarga istana, sengaja diutus Hung Pao sebagai pimpinan rombongan. Rombongan haji itu tidak diikuti oleh semua armada dalam rombongan ekspedisi ke-7. Rombongan haji ini berangkat dari Calleut (kuli, kota kuno) di India menuju Mekkah (Tien Fang). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah misi perjuangan dan misi rahasia menunaikan ibadah haji yang dijalankan Cheng Ho, dan misi tersebut berhasil. Akan tetapi Cheng Ho merasa sedih karena tidak bisa bebas berlayar menuju tanah leluhurnya, Mekkah, untuk beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, pada ekspedisi ke-5, armada Cheng Ho telah berhasil mencapai pantai timur Afrika dalam waktu tiga tahun. Dalam kesempatan tersebut, armada Cheng Ho berkunjung ke kerajaan di Semenanjung Arabiah dan menunaikan panggilan Allah ke Mekkah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah tentang perjalanan muhibah Cheng Ho, hingga saat ini masih tetap diminati oleh berbagai kalangan, baik kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya, maupun masyarakat keturunan Tionghoa. Chneg Ho telah menjadi duta pembauran negeri Tiongkok untuk Indonesia yang diutus oleh kaisar Dinasti Ming pada tahun Yong Le ke-3 (1405). Dalam tujuh kali perjalanan muhibahnya ke Indonesia, Laksamana Cheng Ho berkunjung ke Sumatera dan Pulau Jawa sebanyak enam kali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kunjungan pertama adalah ke Jawa, Samudera Pasai, Lamrbi (Aceh Raya), dan Palembang. Sebagian besar daerah yang pernah dikunjungi Cheng Ho menjadi pusat dagang dan dakwah, diantaranya Palembang, Aceh, Batak, Pulau Gresik, Semarang (di sekitar Gedong Batu), Surabaya, Mojokerto, Sunda Kelapa, Ancol, dan lain-lain. Gerakan dakwah pada masa itu telah mendorong kemajuan usaha perdagangan dan perekonomian di Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan muhibahnya, setiap kali singgah di suatu daerah ia banyak menciptakan pembauran melalui bidang perdagangan, pertanian, dan peternakan. Misi muhibah yang dilakukan Cheng Ho memberikan mamfaat yang besar bagi negeri yang dikunjunginya. </div>
<br />
2. <b>Penemu Benua Amerika?</b> <br />
<div style="text-align: justify;">
Sebuah salinan peta berusia 600 tahun yang ditemukan di sebuah toko buku loak mengecam status Columbus sebagai penemu Amerika. Juga menjadi kunci untuk membuktikan bahwa orang dari Negeri China yang pertama menemukan benua itu. Dokumen tersebut konon berasal dari suatu ketika di Abad ke-18, yang merupakan salinan peta 1418 yang dibuat Laksamana Cheng Ho, yang menunjukkan detil 'dunia baru' dalam beberapa sisi. Salinan peta buatan Cheng Ho tersebut sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Laksamana-Cheng-Ho.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqD1wQL13eL7QxOcg4URf3Fd3-bGdS5it3PEn6OIVI4NKJlaBBtKAIdvEP_ap6ns3fm31rzxXfD4LDo2oaCPsii6zd9l10ZO02BHc9LNQ2C8eCgWOO1RbN0xK52FIPuXSO0RT_j3C4h3gQ/s1600/peta+buatan+Cheng+Ho.jpg" height="295" width="535" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Klaim bukti bahwa laksamana China memetakan Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lebih dari 70 tahun sebelum Columbus, adalah salah satu klaim yang dimuat penulis Gavin Menzies dalam buku barunya, 'Who Discovered America?', yang diluncurkan jelang Hari Columbus tahun 2013 lalu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kisah tradisional bahwa Columbus menemukan 'dunia baru' adalah fantasi belaka," kata dia seperti dimuat Daily Mail, 8 Oktober 2013. Ia bahkan yakin, Columbus memiliki salinan peta Cheng Ho saat mengarungi samudera menuju Amerika. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menzies juga mengatakan, armada megah kapal China yang dipimpin Cheng Ho berlayar di sekitar daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan -- orang pertama yang berlayar dari Eropa ke Asia, orang Eropa pertama yang melayari Samudra Pasifik, dan orang pertama yang memimpin ekspedisi yang bertujuan mengelilingi bola dunia.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih jauh lagi, Menzies mengklaim, pemukim pertama Belahan Bumi Barat tidak berasal dari 'Jembatan Selat Bering', tapi pelaut China yang pertama melintasi Samudera Pasifik sekitar 40 ribu tahun lalu. Ia juga menulis, penanda DNA membuktikan Indian Amerika dan pribumi lainnya adalah keturunan para pemukim dari Asia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Klaim bahwa Cheng Ho menemukan Amerika, bukan kali ini saja diungkap Menzies. Ia pernah mempublikasikannya tahun 2002 lalu. Bedanya, di buku terbarunya, ia menyertakan salinan peta yang ditemukan seorang pengacara di Beijing, Liu Gang di buku loak -- yang ia klaim memperkuat teorinya. Ia bersikukuh, peta itu jelas-jelas menunjukkan sungai dan perairan di Amerika Utara, demikian juga dengan daratan Amerika Selatan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelumnya, si penemu peta, Liu mendapatkan pengakuan dari balai lelang Christie's bahwa dokumennya kuno -- dari Abad ke-18, bukan palsu. Dari peta itu, Menzies juga berkonsultasi dengan tim sejarawan yang menganalisa tulisan yang tertera di sana. Lalu, ia menyimpulkan, peta itu aslinya dibuat pada masa Dinasti Ming -- periode pemerintahan di China yang berlangsung tahun 1368-1644. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu wilayah dari peta, diyakini Menzies mengacu pada Peru. "Di sini orang-orang mempraktekkan agama Paracas. Di sini juga orang-orang mempraktekkan pengorbanan manusia," demikian ujar dia dalam bukunya. Menzies menambahkan, apalagi ada banyak istilah China yang digunakan di sejumlah kota dan wilayah di Peru. Dalam peta kuno Peru, misalnya, ada istilah 'Chawan' -- tanah yang disiapkan untuk disemaikan dan 'Chulin' yang artinya kayu atau hutan. </div>
<br />
3. <b>Pendapat Komunitas Akademik</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Menzies tak diakui sebagai sejarawan dan bukan lulusan universitas ternama. Dia adalah bekas serdadu di kapal perang milik Angkatan Laut Inggris. Tapi, ia bukan amatiran. 'Who Discovered America?' adalah buku keempatnya di mana ia berusaha menulis kembali sejarah dalam kaca mata Timur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun teori-teorinya yang 'pro-Asia' tidak diterima oleh komunitas akademik. Pada 2008, profesor sejarah University of London, Felipe Fernandez-Armesto mengatakan, buku Menzies sekelas buku kisah hidup Elvis Presley yang dijual di supermarket atau kisah hamster alien. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Debut Menzies dimulai pada 2002 lalu dalam bukunya, '1421: The Year China Discovered the World' -- yang menyebut Laksamana Ceng Ho mencapai Eropa dan Afrika, juga melintasi Samudera Pasifik, ke Belahan Bumi Barat. Dia mengklaim Cheng Ho tak hanya menemukan dunia baru pada 1421, tapi meninggalkan koloni di sana. Armadanya juga berlayar di sekitar ujung Amerika Selatan - melalui Selat Megellan sekitar Teluk Meksiko dan sampai Mississippi .
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara dalam buku barunya, Menzies fokus pada teori tentang orang Asia yang berhasil sampai ke Amerika Utara dan Selatan jauh sebelum Cheng Ho. "Setidaknya 40 ribu tahun lalu," tulis dia. Dari laut. Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa manusia pertama menghuni Belahan Bumi Barat sekitar 13.000 sampai 16.500 tahun yang lalu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teori universal di kalangan para akademisi adalah, manusia tiba di 'dunia baru' dengan menyeberangi 'Jembatan Selat Bering' -- lewat tanah menghubungkan antara Asia dan Amerika Utara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Semakin saya berpikir tentang teori Bering Straight, makin terasa konyol," kata Menzies. Menzies mengatakan ide bahwa manusia mampu menyeberangi Samudra Pasifik di masa sekitar 40 ribu SM tak sedramatis kedengarannya. </div>
<br />
4. <b>Keturunan Raulullah SAW</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Pelaut dan penjelajah Negeri Tiongkok, Laksamana Cheng Ho, ternyata merupakan keturunan ke-37 Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini diungkapkan oleh beberapa sarjana, antara lain Li Shihou dari Tiongkok dan Usman Effendy dari Indonesia.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usman Effendy menulis dalam buku berjudul 'Laksamana Haji Cheng Ho Berlayar ke Indonesia sebagai Niagawan dan Mubaligh,' pada sub judul 'Keturunan ke-37 Nabi Muhammad SAW,' sebagai berikut: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahli sejarah itu bernama Prof Haji Lie Shihou, yang dalam literaturnya menemukan bukti bahwa moyang yang ke 11 (sebelas) dari Cheng Ho adalah utusan (duta besar) negeri Bokhari (Arab Saudi) yang bernama Sayidina Syafii, dan Syafii ini adalah keturunan Rasulullah SAW. Dengan demikian Sayidina Syafii adalah cucu ke-26 dari Nabi Muhammad SAW," tulis Usman.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini diterbitkan oleh Angkatan Bersenjata pada 18 Juli 1987 dan dikutip kembali oleh Kong Yuanzhi dalam buku berjudul 'Muslim Tinghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara' yang diterbitkan oleh Pustaka Populer Obor.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usman Effendy mengutip pendapat Lie Shihou dalam bukunya yang bertajuk 'Bukti-bukti Baru dari Mukadimah Silsilah Marga Cheng dan Silsilah Sayid Ajall'. Shihou berpendapat bahwa Cheng Ho adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Bila Nabi Muhammad adalah angkatan pertama, maka Cheng Ho merupakan angkatan ke - 37.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Shihou berargumen bahwa dalam Mukadimah Silsilah Marga Cheng, tercatat bahwa Suo-Fei-Er/ Sayidina Syafii adalah Kaisar Kerajaan Bokhari. Pada tahun Xi Ning ke-3 Dinasti Song (1070 M), Sayidina Syafii menyerahkan diri kepada Kaisar Song Tiongkok akibat negerinya diserang oleh negara tetangganya.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan Sayidina Syafii beserta keturunannya dianugerahi Kaisar Tiongkok jabatan tinggi berkat jasa-jasanya. Ternyata Cheng Ho adalah keturunan dari Sayidina Syafii," tulis Shihou.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dari mukadimah Silsilah marga Cheng dapat kita ketahui keturunan Sayidina Syafii sebagai berikut: Sayidina Syafii --> Sa-Yan/Sai Yan --> Su-Zu-Zha/Su-Sha-Lu-Gu-Cong-Yue --> Kan-Ma-Ding --> Ma-Ha-Mu --> Sayid Ajall/Sayidina Syamsuddin (yang dianugerahi sebagai Raja Han Yang) --> Na-Su-La-Ding --> Bai-Yan-Mi-Li-Jin/Ma Haji --> Ma San --> Bao/Ma He/Chen Ho," tambah Shihou dalam bukunya 'Bukti-Bukti Baru dari Mukadimah Silsilah Marga Cheng dan Silsilah Sayid Ajall'. </div>
<br />
5. <b>Silsilah</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Dari silsilah marga Cheng dan Silsilah Sayyid Ajall, dapat disimpulkan dengan bagan sebagai berikut: </div>
<ol>
<li>Muhammad SAW</li>
<li>Ali KWH</li>
<li>Hou-Sai-Ni</li>
<li>Yi-Bu-Lai-Xi-Mo</li>
<li>Yi-Si-Ma-Ai-le</li>
<li>Xie-Xin</li>
<li>E-Le-Hou-Sai-Ni</li>
<li>Ye-Ha-Ya</li>
<li>E-Ha-Mo-De</li>
<li>Li-Sha-Shi (Kaisar Kerajaan Mi-Si-Le) </li>
<li>She-Li-Ma</li>
<li>Mu-Lu-Ye-Mi</li>
<li>Ya-Xin</li>
<li>Lu-Er-Ding</li>
<li>Mu-Ba-er-Sha</li>
<li>Yi-Si-Ma-Xin</li>
<li>Ha-San</li>
<li>Gu-Bu-Ding</li>
<li>Mu-Xie</li>
<li>Hu-Fu-Ding</li>
<li>Wu-Ma-Nai-Ding</li>
<li>Wu-Ma-Er</li>
<li>Cha-Fa-Er</li>
<li>Zhe-Ma-Nai-Ding</li>
<li>An-Du-Er-Yi</li>
<li>Suo-Fei-Er/ Sayidina Syafii</li>
<li>Sai-Yan-Su-Lai-Gong-Na</li>
<li>Su-Sha-Lu-Gu-Chong Yue/ Su-Zu-Sha</li>
<li>Kan-Ma-Ding-Yu-Su-Pu</li>
<li>Ma-Ha-Mu-Ke-Ma-Nai-Ding</li>
<li>Sai-Dian-Chi/ Sayid Ajall/ sayidina Syamsuddin</li>
<li>Na-Su-La-Ding</li>
<li>Bai-Yan</li>
<li>Mi-Di-Na/ Haji</li>
<li>Mi-Li-Jin/ Ma Haji</li>
<li>Ma He/ Cheng Ho</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kebanyakan nama moyang Cheng Ho yang terdapat di Mukadimah itu asalnya dari bahasa Arab Persia. Maka bentuk tulisan yang dipakai seperti Su-Zu-Sha atau Kan-Ma-Ding merupakan terjemahan bahasa Mandarin menurut bunyi aslinya, kecuali nama Sayid Ajall yang diturunkan dari keterangan bahasa Inggris, dan nama Sayidina Syamsudin yang diturunkan dari Usman Effendy. </div>
<br />
<b>Referensi</b><br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163.ISBN 978-979-8451-16-4</li>
<li>Majalah Percikan Iman No. 9 Tahun II September 2001</li>
<li>Maritime Silk Road 五洲传播出版社. ISBN 7-5085-0932-3</li>
<li>id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho</li>
<li>news.liputan6.com</li>
<li>republika.co.id</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-12089704919083308012014-07-04T05:25:00.002+07:002014-07-04T05:27:04.494+07:00Nama dan Biografi Saudah binti Zam`ah r.a. (wafat 19 H)<div style="text-align: justify;">
Saudah binti Zam’ah tidak terlalu populer dibandingkan dengan istri Rasulullah lainnya, dia tetap termasuk wanita yang memiliki martabat yang mulia dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya. Dia telah ikut berjihad di jalan Allah dan termasuk wanita yang pertama kali hijrah ke Madinah. Perjalanan hidupnya penuh dengan teladan yang baik, terutama bagi wanita-wanita sesudahnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menikahinya bukan semata-mata karena harta dan kecantikannya, karena memang dia tidak tergolong wanita cantik dan kaya. Yang dilihat Rasulullah adalah semangat jihadnya di jalan Allah, kecerdasan otaknya, perjalanan hidupnya yang senantiasa baik, keimanan, serta keikhlasannya kepada Allah dan Rasul-Nya.</div>
<ol>
<li><b>Dia adalah Seorang Janda</b><br /><div style="text-align: justify;">
Telah kita ketahui bahwa pada tahun-tahun kesedihan karena ditinggal wafat oleh Abu Thalib dan Khadijah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tengah mengalami masa sulit. Kondisi seperti itu dimanfaatkan olah orang-orang Quraisy untuk menyiksa Rasulullah dan kaum muslimin. Pada tahun-tahun ini, terasa cobaan dan kesedihan datang sangat besar dan silih berganti. <br /><br />
Ketika itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpikir untuk kembali ke Tsaqif atau Thaif, dengan harapan agar orang-orang di Thaif memperoleh hidayah untuk masuk Islam dan membantu beliau. Akan tetapi, masyarakat Tsaqif menolak mentah-mentah kehadiran beliau, bahkan mereka memerintahkan anak-anak mereka melempari beliau dengan batu, hingga kedua tumit beliau luka dan berdarah. Walaupun begitu, beliau tetap sabar, bahkan tetap mendoakan mereka agar memperoleh hidayah. <br /><a name='more'></a><br />
Dalam keadaan kesepian sesudah kematian Khadijah, terjadilah peristiwa Isra’ Mi’raj. Malaikat Jibril membawa Rasulullah ke Baitul Maqdis dengan kendaraan Buraq, kemudian menuju langit ke tujuh, dan di sana beliau menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah. Ketika kembali ke Mekah, beliau menuju Ka’bah dan mengumpulkan orang-orang untuk mendengarkan kisah perjalanan beliau yang sangat menakjubkan itu. Kaum musyrikin yang mendengar kisah itu tidak memercayainya, bahkan mengolok-olok beliau, Bertambahlah hambatan dan rintangan yang harus beliau hadapi. Dalam kondisi seperti itu, tampillah Saudah binti Zam’ah yang ikut berjuang dan senantiasa mendukung Rasulullah, kemudian dia menjadi istri Rasulullah yang kedua setelah Khadijah. <br /><br />
Terdapat beberapa kisah yang menyertai pernikahan Rasulullah dengan Saudah binti Zum’ah. Tersebutlah Khaulah binti Hakim, salah seorang mujahid wanita yang pertama masuk Islam. Khaulah adalah istri Ustman bin Madh’um. Dia yang dikenal sebagai wanita yang berpendirian kuat, berani, dan cerdas, sehingga dia memiliki nilai tersendiri bagi Rasulullah. Melalui kehalusan perasaan dan kelembutan fitrahnya, Khaulah sangat memahami kondisi Rasulullah yang sangat membutuhkan pendamping, yang nantinya akan menjaga dan mengawasi urusan beliau serta mengasuh Ummu Kultsum dan Fathimah setelah Zainab dan Ruqayah menikah. Pada mulanya, Utsman bin Madh’um kurang sepakat dengan pemikiran Khaulah, karena khawatir hal itu akan menambah beban Rasulullah, namun dia tetap pada pendiriannya. <br /><br />
Kemudian Khaulah menemui Rasulullah dan bertanya langsung tentang orang yang akan mengurus rumah tangga beliau. Dengan saksama, beliau mendengarkan seluruh pernyataan Khaulah karena baru pertama kali ini ada orang yang memperhatikan masalah rumah tangganya dalam kondisi beliau yang sangat sibuk dalam menyebarkan agama Allah. Beliau melihat bahwa apa yang diungkapkan Khaulah mengandung kebenaran, sehingga beliau pun bertanya, “Siapakah yang kau pilih untukku?” Dia menjawab, “Jika engkau menginginkan seorang gadis, dia adalah Aisyah binti Abu Bakar, dan jika yang engkau inginkan adalah seorang janda, dia adalah Saudah binti Zam’ah.” Rasulullah mengingat nama Saudah binti Zam’ah, yang sejak keislamannya begitu banyak memikul beban perjuangan menyebarkan Islam, sehingga pilihan beliau jatuh pada Saudah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memilih janda yang namanya hanya dikenal oleh beberapa orang. Pernikahan beliau dengannya tidak didorong oleh keinginan untuk memenuhi nafsu duniawi, tetapi lebih karena Rasulullah yakin bahwa Saudah dapat ikut serta menjaga keluarga dan rumah tangga beliau setelah Khadijah wafat. <br /><br />
Jika kita rajin menyimak beberapa catatan sejarah tentang kehidupan Rasulullah yang berkaitan dengan Saudah binti Zam’ah, kita akan menemukan beberapa keterangan tentang sosok Saudah. Saudah adalah seorang wanita yang tinggi besar, berbadan gemuk, tidak cantik, juga tidak kaya. Dia adalah janda yang ditinggal mati suaminya. Rasulullah memilihnya sebagai istri karena kadar keimanannya yang kokoh. Dia termasuk wanita pertama yang masuk Islam dan sabar menanggung kesulitan hidup. </div>
</li>
<li style="text-align: justify;"><b>Nasab dan Keislamannya</b><br />
Saudah binti Zam’ah yang bernama lengkap Saudah binti Zam’ah bin Abdi Syamsin bin Abdud dari Suku Quraisy Amiriyah. Nasabnya ini bertemu dengan Rasulullah pada Luay bin Ghalib. Di antara keluarganya, dia dikenal memiliki otak cemerlang dan berpandangan luas. Pertama kali dia menikah dengan anak pamannya, Syukran bin Amr, dan menjadi istri yang setia dan tulus. Ketika Rasulullah menyebarkan Islam dengan terang-terangan, suaminya, Syukran, termasuk orang yang pertama kali menerima hidayah Allah. Dia memeluk Islam bersama kelompok orang dari Bani Qais bin Abdu Syamsin. Setelah berbai’at di hadapan Nabi, dia segera menemui istrinya, Saudah, dan memberitakan tentang keislaman serta agama baru yang dianutnya. Kecemerlangan pikiran dan hatinya menyebabkan Saudah cepat memahami ajaran Islam untuk selanjutnya mengikuti suami menjadi seorang muslimah. </li>
<br />
<li><b>Hijrah ke Habbasyah</b><br /><div style="text-align: justify;">
Keislaman Syukran, Saudah, dan beberapa orang yang mengikuti jejak mereka berakibat cemoohan, penganiayaan, dan pengasingan dari keluarga terdekat mereka. Karena itu, Syukran menemui Rasulullah beserta beberapa keluarganya yang sudah memeluk Islam, seperti saudaranya (Saud dan Hatib), keponakannya (Abdullah bin Sahil bin Amr), ditambah saudara kandung Saudah (Malik bin Zum’ah). Rasulullah menasihati agar mereka tetap kokoh berpegang pada akidah dan menyarankan agar mereka hijrah ke Habasyah, mengikuti saudara-saudara seiman yang telah terlebih dahulu hijrah, seperti Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayah binti Muhammad. Akhirnya, kaum muslimin memutuskan untuk hijrah. Di antara kaum muslimin yang hijrah ke dua ke Habasyah, terdapat Saudah yang turut merasakan pedihnya meninggalkan kampung halaman serta sulitnya menempuh perjalanan dan cuaca buruk demi menegakkan agama yang diyakininya.<br /><br />
Di Habasyah mereka disambut dan diperlakukan baik oleh Raja Habasyah walaupun keyakinan mereka berbeda, sehingga beberapa hari lamanya mereka menjadi tamu raja. Akan tetapi, rasa rindu mereka dan keinginan untuk melihat wajah Rasulullah mendera mereka. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk kembali ke Mekah, mereka mengisi waktu dengan mengenang kehangatan berkumpul dengan Rasulullah dan saudara-saudara seiman di Mekah. Ketika mendengar keislaman Umar bin Khaththab, mereka menyambut dengan suka cita. Betapa tidak, Umar bin Khaththab adalah pemuka Quraisy yang disegani. Karena itu, mereka memutuskan untuk kembali ke Mekah dengan harapan Umar dapat menjamin keselamatan mereka dan gangguan kaum Quraisy. Di antara mereka yang ikut kembali adalah Syukran bin Amr. Akan tetapi, dalam perjalanan, Syukran jatuh sakit karena kelaparan sejak kakinya menginjak tanah Habasyah. Akhirnya dia meninggal di tengah perjalanan menuju Mekah. <br /><br />
Betapa sedih perasaan Saudah binti Zum’ah ketika mendengar suaminya meninggal dunia. Baru saja dia mengalami betapa sedihnya meninggalkan kampung halaman, sulitnya perjalanan ke Habasyah, cemoohan, dan penganiayaan orang-orang Quraisy, sekarang dia harus merasakan sedihnya ditinggal suami. Dia merasa kehilangan orang yang senantiasa bersamanya dalam jihad di jalan Allah. </div>
</li>
<br />
<li><b>Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala</b><br /><div style="text-align: justify;">
Saudah binti Zam’ah menanggung semua derita itu dengan kepasrahan dan ketabahan, serta menyerahkan semuanya kepada Allah dengan senantiasa mengharapkan keridhaan-Nya. Dia kembali ke Mekah sebagai satu-satunya janda, dengan perkiraan bahwa keadaan kaum muslimin di Mekah sudah membaik setelah beberapa pemuka Quraisy menyatakan memeluk Islam. Akan tetapi, ternyata kezaliman orang-orang Quraisy tetap merajalela. Dalam kondisi seperti itu, tidak ada pilihan lain baginya selain kembali ke rumah ayahnya, Zam’ah bin Qais yang masih memeluk agama nenek moyang. Akan tetapi, Zam’ah bin Qais tetap menerima dan menghormati putrinya. Tidak sedikit pun dia berusaha membujuk agar putrinya meninggalkan Islam dan kembali menganut kepercayaan nenek moyang. <br /><br />
Ketika Khaulah binti Hakim berusaha mencarikan istri untuk Rasulullah, dia menyebut nama Saudah. Dalam diri Saudah, Rasulullah tidak meihat kecantikannya, tetapi lebih melihat bahwa Saudah adalah sosok wanita yang sabar, mujahidah yang hijrah bersama kaum muslimin, dan mampu menjadi pemimpin di rumah ayahnya yang masih musyrik. Karena itulah, Rasulullah tergerak menikahinya dan menjadikannya sebagai istri yang akan meringankan beban hidupnya. Khaulah menemui Saudah dan menyampaikan kabar gembira bahwa tidak semua wanita dianugerahi Allah menjadi istri Rasulullah serta menjadi istri manusia yang paling mulia dan hamba pilihan-Nya. Ketika bertemu dengan Saudah, Khaulah berteriak, “Apa gerangan yang telah engkau perbuat sehingga Allah memberkahimu dengan nikmat yahg sebesar ini? <br /><br />
Rasulullah mengutusku untuk meminang engkau baginya.” Sungguh, hal itu merupakan berita besar. Saudah tidak pernah memimpikan kehormatan sebesar itu, terutama setelah orang-orang mencampakkannya karena kematian suaminya. Rasulullah yang mulia benar-benar akan menjadikannya sebagai istri. Dengan perasaan terharu dia menyetujui permintaan itu dan meminta Khaulah menemui ayahnya. Setelah Zam’ah bin Qais mengetahui siapa yang akan meminang putrinya, dan Saudah pun sudah setuju, lamaran itu langsung diterimanya, kemudian meminta Rasulullah Muhammad datang ke rumahnya. Rasulullah memenuhi undangan tersebut bersama Khaulah, dan perkawinan itu terlaksana dengan baik. </div>
</li>
<br />
<li><b>Berada di Rumah Rasulullah</b><br /><div style="text-align: justify;">
Saudah mulai memasuki rumah tangga Rasulullah, dan di dalamnya dia merasakan kehormatan yang sangat besar sebagai wanita. Dia merawat Ummu Kultsum dan Fathimah seperti merawat anaknya sendiri. Ummu Kultsum dan Fathimah pun menghargai dan memperlakukan Saudah dengan baik. <br /><br />
Saudah memiliki kelembutan dan kesabaran yang dapat menghibur hati Rasulullah, sekaligus memberi semangat. Dia tidak terlalu berharap dirinya dapat sejajar dengan Khadijah di hati Rasulullah. Dia cukup puas dengan posisinya sebagai istri Rasulullah dan Ummul-Mukminin. Kelembutan dan kemanisan tutur katanya dapat menggantikan wajahnya yang tidak begitu cantik, tubuhnya yang gemuk, dan umurnya yang sudah tua. Apa pun yang dia lakukan semata-mata untuk menghilangkan kesedihan Rasulullah. Sewaktu-waktu dia meriwayatkan hadits-hadits beliau untuk menunjukkan suka citanya di hadapan Nabi. <br /><br />
Beberapa bulan lamanya Saudah berada di tengah-tengah keluarga Rasulullah. Keakraban dan keharmonisan mulai terjalin antara dirinya dan Rasulullah. Dia tidak pernah melakukan apa pun yang dapat menyakitkan Rasulullah. Akan tetapi, pada dasarnya, dia belum mampu mengisi kekosongan hati Rasulullah, walaupun dia telah memperoleh limpahan kasih dari beliau, sehingga beberapa saat kemudian turun wahyu Allah yang memerintahkan Rasulullah menikahi Aisyah binti Abu Bakar yang masih sangat belia. Rasulullah menemui Abu Bakar dan menjelaskan makna wahyu Allah kepadanya. Dengan kerelaan hati, Abu Bakar menerima putrinya menikah dengan Rasulullah, dan disuruhnya Aisyah menemui beliau. Setelah melihat Aisyah, beliau mengumumkan pinangan terhadap Aisyah. <br /><br />
Lantas, sikap apa yang dilakukan Saudah ketika mengetahui pertunangan tersebut? Dia rela dan tidak sedikit pun memiliki perasaan cemburu. Dia merelakan madunya berada di tengah keluarga Rasulullah. Dia merasa cukup bangga menyandang gelar Ummul-Mukminin, dapat menyayangi Rasulullah, dan dapat meyakini ajarannya, sehingga dia tidak terpengaruh oleh kepentingan duniawi. </div>
</li>
<li style="text-align: justify;"><b>Hijrahnya ke Madinah</b><br />
Pertama kali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah tanpa keluarga. Setelah menetap di sebuah rumah, beliau mengutus seseorang membawa keluarganya, termasuk Saudah binti Zam’ah. Bersama Ummu Kultsum dan Fathimah, Saudah menuju Madinah, dan itu merupakan hijrahnya yang kedua setelah ke Habasyah. Bedanya, sekarang ini dia hijrah menuju negeri muslim yang masyarakatnya sudah berbai’at setia kepada Rasulullah. <br /><br />
Setelah masjid Nabawi di Yatsrib selesai dibangun, dibangunlah rumah Rasulullah di samping masjid tersebut. Di rumah itulah Saudah dan putri-putri Nabi tinggal, hingga Ummu Kultsum dan Fathimah menyayangi Saudah seperti kepada ibu kandung sendiri. Setelah masyarakat Islam di Yatsrib terbentuk dan sarana ibadah selesai dibangun, Abu Bakar mengingatkan Rasulullah agar segera menikahi putrinya, “Bukankah engkau hendak membangun keluargamu, ya Rasul?” Ketika itu kehidupan Rasulullah tersibukkan oleh dakwah dan jihad di jalan Allah, sehingga kepentingan pribadinya tidak sempat terpikirkan. Ketika Abu Bakar mengingatkannya, barulah beliau sadar dan segera menikahi Aisyah. Kemudian beliau membangun kamar untuk Aisyah yang bersebelahan dengan kamar Saudah. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Sikap Hidupnya</b><br />
Sejarah banyak mencatat sikap Saudah terhadap Aisyah binti Abu Bakar. Wajahnya senantiasa ceria dan tutur katanya selalu lembut, bahkan dia sering membantu menyelesaikan urusan-urusan Aisyah, sehingga Aisyah sangat mencintai Saudah. Begitulah kecintaannya kepada Rasulullah sangat melekat erat di dasar hati. Segala sesuatunya dia niatkan untuk memperoleh kerelaan Rasulullah melalui pengabdian yang tulus terhadap keluarga beliau, tanpa keluh kesah. Baginya, kenikmatan yang paling besar di dunia ini adalah melihat Rasulullah senang dan tertawa. Aisyah berkata, “Tidak ada wanita yang lebih aku cintai untuk berkumpul bersamanya selain Saudah binti Zam’ah, karena dia memiliki keistimewaan yang tidak dimiiki wanita lain.” Itu merupakan pengakuan Aisyah, wanita yang pikirannya cerdas dan senantiasa jernih, yang selalu ingin bersama Saudah dalam jihad, keyakinan, kesabaran, dan keteguhannya. Saudah merelakan malam-malam gilirannya untuk Aisyah semata-mata untuk memperoleh keridhaan Rasulullah. Aisyah mengisahkan, ketika usia Saudah semakin uzur dan Rasulullah ingin menceraikannya, Saudah berkata, “Aku mohon jangan ceraikan diriku. Aku ingin selalu berkumpul dengan istri-istrimu. Aku rela menyerahkan malam-malamku untuk Aisyah. Aku sudah tidak menginginkan lagi apa pun yang biasa diinginkan kaum wanita.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengurungkan niatnya. Sebenarnya Rasulullah ingin menceraikan Saudah dengan baik-baik agar Saudah tidak bermasalah dengan istri-istri beliau yang lainnya. Akan tetapi, Saudah menginginkan Rasulullah tetap mengikatnya hingga akhir hayatnya agar dia dapat berkumpul dengan istri-istri Rasulullah. Alasan itulah yang menyebabkan Rasulullah tetap mempertahankan pernikahannya dengan Saudah. <br /><br />
Saudah mendampingi Rasulullah dalam Perang Khaibar. Biasanya, sebelum berangkat berperang, Rasulullah mengundi dahulu istri yang akan menyertai beliau. Dalam Perang Khaibar, undian jatuh pada diri Saudah, dan kali ini Rasulullah disertai pendamping yang sabar. Dalam perang ini banyak sekali kesulitan yang dialami Saudah, karena banyak juga kaum muslimin yang syahid sebelum Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Dalam kemenangannya, kaum muslimin memperoleh banyak rampasan perang yang belum pernah mereka alami pada peperangan lainnya. Saudah pun mendapatkan bagian rampasan perang ini. Pada peperangan ini pula Rasulullah menikahi Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab. Mendengar hal itu pun Saudah tetap rela dan menerima kehadiran Shafiyyah karena hatinya bersih dari sifat iri dan cemburu. <br /><br />
Saudah menunaikan haji wada’ bersama istri-istri Rasul lainnya. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalm. meninggal, Saudah tidak pernah lagi menunaikan ibadah haji karena khawatir melanggar ketentuan beliau. Beberapa saat setelah haji wada’, Shallallahu ‘alaihi wasallam sakit keras. Beliau meminta persetujuan istri-istri beliau yang lain untuk tinggal di rumah Aisyah. Ketika Nabi sakit, Saudah tidak pernah putus-putusnya menjenguk beliau dan membantu Aisyah sampai beliau wafat. Setelah beliau wafat, dia memutuskan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Harta bagiannya dan BaitulMal sebagian besar dia salurkan di jalan Allah dengan semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya. Dia tidak pemah meninggalkan kamarnya kecuali untuk kebutuhan yang mendesak. Pada saat-saat seperti itu Abu Bakar selalu menjenguknya karena dia tahu bahwa Saudah sangat mencintai putrinya. <br /><br />
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab, Saudah tetap menyendiri untuk beribadah hingga ajal menjemputnya. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa dia meninggal pada tahun ke-19 Hijrah, sementara itu ada juga riwayat yang mengatakan bahwa dia meninggal pada tahun ke-54 Hijrah. Yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat pertama, karena pada masa Rasulullah pun Saudah sudah termasuk tua. </li>
<br />
<li><b>Sifat dan Keutamaannya</b><br /><div style="text-align: justify;">
Hal istimewa yang dimiliki Saudah adalah kekuatannya dan keteguhannya dalam menanggung derita, seperti pengusiran, penganiayian, dan bentuk kezaliman lainnya, baik yang datangnya dari kaum Quraisy maupun dan keluarganya sendiri. Hal seperti itu tidak mudah dia lakukan, karena perjalanan yang harus ditempuhnya itu sangat sulit serta perasaan yang berat ketika harus meninggalkan keluarga dan kampung halaman. <br /><br />
Sifat mulia yang juga menonjol darinya adalah kesabaran dan keridhaannya menerima takdir Allah ketika suaminya meninggal, harus kembali ke rumah orang tua yang masih musyrik, hingga Rasulullah memilihnya menjadi istri. Selama berada di tengah-tengah Rasulullah, keimanan dan ketakwaannya bertambah. Dia pun bertambah rajin beribadah. Jelasnya, kadar keimanannya berada di atas manusia rata-rata. Di dalam hatinya tidak pernah ada perasaan cemburu terhadap istri-istri Rasulullah lainnya. <br /><br />
Saudah pun dikenal dengan kemurahan hatinya dan suka bersedekah. Pada sebagian riwayat dikatakan bahwa Saudah paling gemar bersedekah di jalan Allah, baik ketika Rasulullah masih hidup maupun pada masa berikutnya, yaitu pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar. <br /><br />
Pembawaan yang ceria dan menyenangkan dia curahkan untuk menghibur Rasulullah. Karakter seperti itu merupakan teladan yang baik bagi setiap istri hingga saat ini. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Saudah binti Zam’ah.<br /><br />
Dia adalah wanita pertama yang dinikahi oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sepeninggal khadijah, kemudian menjadi istri satu-satunya bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai Rasulullah Shalllallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk berumah tangga dengan Aisyah. <br /><br />
Sebelum menikah dengan Rasulullloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Saudah telah menikah dengan Sakran bin Amr Al-Amiry, mereka berdua masuk islam dan kemudian berhijrah ke Habasyah bersama dengan rombongan shahabat yang lain. <br /><br />
Ketika Sakran dan istrinya Saudah tiba di Habasyah maka Sakran jatuh sakit dan meninggal. Maka jadilah Saudah menjanda. Kemudian datanglah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminang saudah dan diterima oleh saudah dan menikahlah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Saudah pada bulan Ramadhan. <br /><br />
Saudah adalah tipe seorang istri yang menyenangkan suaminya dengan kesegaran candanya, sebagaimana kisah yang diriwayatkan oleh Ibrahim an-Nakha’i bahwasannya saudah berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Wahai Rasulullah, tadi malam aku shalat di belakangmu, ketika ruku’ punggungmu menyentuh hidungku dengan keras, maka aku pegang hidungku karena aku takut keluar darah, Maka tertawalah Rasulullah. Ibrahim berkata: Saudah biasa membuat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tertawa dengan candanya. (Thabaqoh Kubra 8/54). <br /><br />
Ketika Saudah sudah tua Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berniat hendak mencerainya, maka saudah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wahai Rasulullah janganlah engkau menceraikanku, bukanlah aku masih menghendaki laki-laki, tetapi karena aku ingin dibangkitkan dalam keadaan menjadi istrimu, maka tetapkanlah aku menjadi istrimu dan aku berikan hari giliranku kepada Aisyah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabulkan permohonannya dan tetap menjadikannya menjadi salah satu dari seorang istrinya sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggal. Dalam hal ini turunlah ayat Al-Qur’an, yang artinya: “Dan jika seorang wanita kuatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik..” (QS. An-Nisa’:128). (Sunan Tirmidzi 8/320 dengan sanad yang dihasankan Ibnu Hajar dalam Al-Ishabah 7/720). <br /><br />
Aisyah berkata: Saudah meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada waktu malam Muzdalifah untuk berangkat ke Mina sebelum berdesak-desakkannya manusia, adalah dia perempuan yang berat jika berjalan, sungguh kalau aku meminta izin kepadanya sungguh lebih aku sukai daripada orang yang dilapangkan. (Thabaqah Qubra 8/54). <br /><br />
Aisyah berkata: Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang paling aku ingin sekali menjadi dia daripada Saudah binti Zam’ah, ketika dia tua dia berikan gilirannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Aisyah. ( Shahih Muslim 2/1085). <br /><br />
Di antara keutamaan Saudah adalah ketaatan dan kesetiaannya yang sangat kepada Rasulullah. Ketika haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada para istri-istrinya: Ini adalah saat haji bagi kalian kemudian setelah ini hendaknya kalian menahan diri di rumah-rumah kalian, maka sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, Saudah selalu di rumahnya dan tidak berangkat haji lagi sampai dia meninggal. (Sunan Abu Dawud 2/140). <br /><br />
Aisyah berkata: Sesudah turun ayat tentang hijab, keluarlah saudah di waktu malam untuk menunaikan hajatnya, dia adalah wanita yang perawakannya tinggi besar sehingga mudah sekali dibedakan dari wanita lainnya pada saat itu. Saat itu umar melihatnya dan berkata :wahai saudah demi Allah kami tetap bisa mengenalimu, maka lihatlah bagaimana engkau keluar, maka Saudah segera kembali dan menuju kepada Rasulullah yang pada waktu itu di rumah Aisyah, ketika itu Rasulullah sedang makan malam, di tangannya ada sepotong daging, maka masuklah Saudah seraya berkata kepadanya: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku keluar untuk sebagai keperluanku dalam keadaan berhijab tetapi Umar mengatakan ini dan itu, maka saat itu turunlah wahyu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian para wanita untuk keluar menunaikan hajatmu.. (Shahih Bukhari dan Muslim). <br /><br />
Saudah terkenal juga dengan kezuhudannya, ketika umar mengirin kepadanya satu wadah berisi dirham, ketika sampai kepadanya maka dibagi-bagikannya (Thabaqah kubra 8/56 dan dishahihkan sanadnya oleh Ibnu Hajar dalam al-Ishobah 7/721). <br /><br />
Saudah termasuk deretan istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjaga dan menyamapaikan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh para imam yang terkemuka seperti Imam Ahmad, Imam Bukhari, Abu Dawud dan Nasa’i. <br /><br />
Saudah meninggal di akhir kekhalifahan Umar di Madinah pada tahun 54 Hijriyah. Sebelum dia meninggal dia mewariskan rumahnya kepada Aisyah. Semoga Allah meridhainya dan membalasnya dengan kebaikan yang melimpah. </div>
</li>
</ol>
<b>Sumber</b> : <br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Hisyam, Sirah nabawiyah. </li>
<li style="text-align: justify;">Adz-Dzahabi, Siyar a’lamin Nubala. </li>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Hajar, Al-Ishabah. </li>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Abdil barr, Al-Isti’ab. </li>
<li style="text-align: justify;">Ibnu Sa’ad, Thabaqah Qubra. </li>
<li style="text-align: justify;">Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Dzaujatur-Rasulullah, Riyadh. </li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-41493003367787321392014-07-04T05:11:00.002+07:002014-07-04T05:26:34.778+07:00Nama dan Biografi Khadijah binti Khuwailid r.a. (wafat 3H)<div style="text-align: justify;">
Khadijah binti Khuwailid adalah sebaik-baik wanita ahli surga. Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik wanita ahli surga adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang menerima keimanan Islam dan dikhususkan Allah untuk memberikan keturunan bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam., menjadi wanita pertama yang menjadi Ummahatul Mukminin, serta turut merasakan berbagai kesusahan pada fase awal jihad pcnyebaran agarna Allah kepada seluruh umat manusia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khadijah r.a. adalah wanita yang hidup dan besar di lingkungan Suku Quraisy dan lahir dari keluarga terhormat pada lima belas tahun sebelum Tahun Gajah, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin mempersuntingnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah r.a. pernah dua kali menikah. Suami pertama Khadijah r.a. adalah Abu Halah at-Tamimi, yang wafat dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin Makhzum, yang juga wafat dengan meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, Khadijah menjadi orang terkaya di kalangan suku Quraisy. </div>
<br />
<a name='more'></a><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><b>Wanita Suci</b><br />
Sayyidah Khadijah r.a. dikenal dengan julukan wanita suci sejak perkawinannya dengan Abu Halah dan Atiq bin Aidz karena keutamaan ãkhlak dan sifat terpujinya. Karena itu, tidak heran jika kalangan Quraisy memberikan penghargaan dan berupa penghormatan yang tinggi kepadanya. <br /><br />
Kekayaan yang berlimpahlah yang menjadikan Khadijah r.a. tetap berdagang. Akan tetapi, Khadijah merasa tidak mungkin jika sernua dilakukan tanpa bantuan orang lain. Tidak mungkin jika dia harus terjun langsung dalam berniaga dan bepergian membawa barang dagangan ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas. Kondisi itulah yang menyebabkan Khadijah mulai mempekerjakan beberapa karyawan yang dapat menjaga amanah atas harta dan dagangannya. Untuk itu, para karyawannya menerima upah dan bagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Walaupun pekerjaan itu cukup sulit, bermodalkan kemampuan intelektual dan kecemer1angan pikiran yang didukung oleh pengetahuan dasar tentang bisnis dan bekerja sama, Khadijah mampu menyeleksi orang-orang yang dapat diajak berbisnis. Itulah yang mengantarkan Khadilah menuju kesuksesan yang gemilang. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Perkenalannya Dengan Muhammad bin Abdullah</b><br />
Khadijah r.a. memiliki seorang pegawai yang dapat dipercaya dan dikenal dengan nama Maisarah. Dia dikenal sebagai pemuda yang ikhlas dan berani, sehingga Khadijah pun berani melimpahkan tanggung jawab untuk pengangkatan pegawai baru yang akan mengiring dan menyiapkan kafilah, menentukan harga, dan memilih barang dagangan. Sebenarnya itu adalah pekerjaan berat, namun penugasan kepada Maisarah tidaklah sia-sia. <br /><br />
Kaum Quraisy tidak mengenal pemuda mana pun yang wara, takwa, dan jujur selain Muhammad bin Abdullah, yang sejak usia lima belas tahun telah diajak oleh Maisarah untuk menyertainya berdagang. <br /><br />
Seperti biasanya, Maisarah menyertai Muhammad ke Syam untuk membawa dagangan Khadijah, karena memang keduanya telah sepakat untuk bekerja sama. Perniagaan mereka ketika itu memberikan keuntungan yang sangat banyak sehingga Maisarah kembali membawa keuntungan yang berlipat ganda. Maisarah mengatakan bahwa keuntungan yang mereka peroleh itu berkat Muhammad yang berniaga dengan penuh kejujuran. Maisarah menceritakan kejadian aneh selama melakukan perjalanan ke Syam dengan Muhammad. Selama perjalanan, dia melihat gulungan awan tebal yang senantiasa mengiringi Muhammad yang seolah-olah melindungi beliau dari sengatan matahari. Dia pun mendengar seorang rahib yang bernama Buhairah, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah laki-laki yang akan menjadi nabi yang ditunggu-tunggu oleh orang Arab sebgaimana telah tertulis di dalam Taurat dan Injil. <br /><br />
Cerita-cerita tentang Muhammad itu meresap ke dalam jiwa Khadijah, dan pada dasarnya Khadijah pun telah merasakan adanya kejujuran, amanah, dan cahaya yang senantiasa menerangi wajah Muhammad. Perasaan Khadijah itu menimbulkan kecenderungan terhadap Muhammad di dalam hati dan pikirannya, sehingga dia menemui anak pamannya, Waraqah bin Naufal, yang dikenal dengan pengetahuannya tentang orang- orang terdahulu. Waraqah mengatakan bahwa akan muncul nabi besar yang dinanti-nantikan manusia dan akan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Allah. Penuturan Waraqah itu menjadikan niat dan kecenderungan Khadijah terhadap Muhammad semakin bertambah, sehingga dia ingin menikah dengan Muhammad. Setelah itu dia mengutus Nafisah, saudara perempuan Ya’la bin Umayyah untuk meneliti lebih jauh tentang Muhammad, sehingga akhirnya Muhammad diminta menikahi dirinya. <br /><br />
Ketika itu Khadijah berusia empat puluh tahun, namun dia adalah wanita dari golongan keluarga terhormat dan kaya raya, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin menikahinya. Muhammad pun menyetujui permohonan Khadijah tersebut. Maka, dengan salah seorang pamannya, Muhammad pergi menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin As’ad untuk meminang Khadijah. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Istri Pertama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam</b><br />
Allah menghendaki pernikahan hamba pilihan-Nya itu dengan Khadijah. Ketika itu, usia Muhammad baru menginjak dua puluh lima tahun, sementara Khadijah empat puluh tahun. Walaupun usia mereka terpaut sangat jauh dan harta kekayaan mereka pun tidak sepadan, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang aneh, karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka. <br /><br />
Khadijah adalah istri Nabi yang pertama dan menjadi istri satu-satunya sebelum dia rneninggal. Allah menganugerahi Nabi Shallallahu alaihi wassalam. melalui rahirn Khadijah beberapa orang anak ketika dibutuhkan persatuan dan banyaknya keturunan. Dia telah mernberikan cinta dan kasih sayang kepada Rasuluflah Shallallahu alaihi wassalam. pada saat-saat yang sulit dan tindak kekerasan dan kekejaman datang dari kerabat dekat. Bersama Khadijah, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. mernperoleh per1akuan yang baik serta rumah tangga yang tenteram damai, dan penuh cinta kasih, setelah sekian lama beliau merasakan pahitnya menjadi anak yatirn piatu dan miskin. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Putra-putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam</b><br />
Khadijah melahirkan dua orang anak laki-laki, yaitu Qasim dan Abdullah serta empat orang anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Seluruh putra dan putrinya lahir sebelum masa kenabian, kecuali Abdullah. Karena itulah, Abdullah kemudian dijuluki ath-Thayyib (yang balk) dan ath-Thahir (yang suci). <br /><br />
Zainab banyak rnenyerupai ibunya. Setelah besar, Zainab dinikahkan dengan anak bibinya, Abul Ash ibnur Rabi’. Pernikahan Zainab ini merupakan peristiwa pertama Rasulullah rnenikahkan putrinya, dan yang terakhir beliau menikahkan Ummu Kultsum dan Ruqayah dengan dua putra Abu Lahab, yaitu Atabah dan Utaibah. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wassalam. diutus menjadi Rasul, Fathimah az-Zahra, putri bungsu beliau rnasih kecil. <br /><br />
Selain mereka ada juga Zaid bin Haritsah yang sering disebut putra Muhammad. Semula, Zaid dibeli oleh Khadijah dari pasar Mekah yang kemudian dijadikan budaknya. Ketika Khadijah menikah dengan Muhammad, Khadijah memberikan Zaid kepada Muhammad sebagai hadiah. Rasulullah sangat mencintai Zaid karena dia memiliki sifat-sifat yang terpuji. Zaid pun sangat mencintai Rasulullah. Akan tetapi di tempat lain, ayah kandung Zaid selalu mencari anaknya dan akhirnya dia mendapat kabar bahwa Zaid berada di tempat Muhammad dan Khadijah. Dia mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk memohon agar beliau mengembalikan Zaid kepadanya walaupun dia harus membayar mahal. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam memberikan kebebasan penuh kepada Zaid untuk memilih antara tetáp tinggal bersamanya dan ikut bersama ayahnya. Zaid tetap memilih hidup bersama Rasulullah, schingga dan sinilah kita dapat mengetahuisifat mulia Zaid. <br /><br />
Agar pada kemudian hari nanti tidak menjadi masalah yang akan memberatkan ayahnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dan Zaid bin Haritsah menuju halaman Ka’bah untuk mengummkan kebebasan Zaid dan pengangkatan Zaid sebagai anak. Setelah itu, ayahnya merelakan anaknya dan merasa tenang. Dari situlah mengapa banyak yang menjuluki Zaid dengan sebutan Zaid bin Muhammad. Akan tetapi, hukum pengangkatan anak itu gugur setelah turun ayat yang membatalkannya, karena hal itu merupakan adat jahiliah, sebagaimana firman Allah berikut ini: <br /><br />
” … jika kamu mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah merela sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.… ” (QS. At-Taubah:5) </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pada Masa Kenabian Muhammad Shallallahu alaihi wasallam</b>. <br />
Muhammad bin Abdullah hidup berumah tangga dengan Khadijah binti Khuwailid dengan tenterarn di bawah naungan akhlak mulia dan jiwa suci sang suami. Ketika itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. menjadi tempat mengadu orang-orang Quraisy dalam menyelesaikan perselisihan dan pertentangan yang terjadi di antara mereka. Hal itu menunjukkan betapa tinggi kedudukan Rasulullah di hadapan mereka pada masa prakenabian. Beliau menyendiri di Gua Hira, menghambakan din kepada Allah yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim a.s. <br /><br />
Khadijah sangat ik.hlas dengan segala sesuatu yang dilakukan suaminya dan tidak khawatir selama ditinggal suaminya. Bahkan dia menjenguk serta menyiapkan makanan dan minuman selama beliau di dalam gua, karena dia yakin bahwa apa pun yang dilakukan suaminya merupakan masalah penting yang akan mengubah dunia. Ketika itu, Nabi Muhammad berusia empat puluh tahun. <br /><br />
Suatu ketika, seperti biasanya beliau menyendiri di Gua Hira –waktu itu bulan Ramadhan–. Beliau sangat gemetar ketika mendengar suara gaib Malaikat Jibril memanggil beliau. Malaikat Jibril menyuruh beliau membaca, namun beliau hanya menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Akhirnya, Malaikat Jibril mendekati dan mendekap beliau ke dadanya, seraya berkata, “Bacalah, wahai Muhammad!” Ketika itu Muhammad sangat bingung dan ketakutan, seraya menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Mendengar itu, Malaikat Jibril mempererat dekapannya, dan berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Dia mengajari manusia dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan segala sesuatu yang belum mereka ketahui.” Rasulullah Muhammad mengikuti bacaan tersebut. Keringat deras mengucur dari seluruh tubuhnya sehingga beliau kepayahan dan tidak menemukan jalan menuju rumah. Khadijah melihat beliau dalam keadaan terguncang seperti itu, kemudian memapahnya ke rumah, serta berusaha menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran yang memenuhi dadanya. “Berilah aku selimut, Khadijah!” Beberapa kali beliau meminta istrinya menyelimuti tubuhnya. Khadijah memberikan ketenteraman kepada Rasulullah dengan segala kelembutan dan kasih sayang sehingga beliau merasa tenteram dan aman. Beliau ridak langsung menceritakan kejadian yang menimpa dirinya kepada Khadijah karena khawatir Khadijah menganggapnya sebagai ilusi atau khayalan beliau belaka. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pribadi yang Agung</b><br />
Setelah rasa takut beliau hilang, Khadilah berupaya agar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. mengutarakan apa yang telah dialaminya, dan akhirnya beliau pun menceritakan peristiwa yang baru dialaminya. Khadijah mendengarkan cerita suaminya dengan penuh minat dan mempercayai semuanya, sehingga Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. merasa bahwa istrinya pun menduga akan terjadinya hal-hal seperti itu. <br /><br />
Sejak semula Khadijah telah yakin bahwa suaminya akan menerima amanat Allah Yang Maha Besar untuk seluruh alam semesta. Kejadian tersebut merupakan awal kenabian dan tugas Muhammad menyampaikan amanat Allah kepada manusia. Hal itu pun merupakan babak baru dalam kehidupan Khadijah yang dengannya dia harus mempercayai dan meyakini ajaran Rasulullah Muhammad, sehingga Rasulullah SAW mengatakan, “Aku rnengharapkannya menjadi benteng yang kuat bagi diriku”. <br /><br />
Di sinilah tampak kebesaran pribadi serta kematangan dan kebijaksanaan pemikiran Khadijah. Khadijah telah mencapai derajat yang tinggi dan sempurna, yang belum pernah dicapai oleh wanita mana pun. Dia telah berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, “Demi Allah, Allah tidak akan menyia nyiakanrnu Engkau selalu menghubungkan silaturahim, berbicara benar, memikul beban orang lain, menolong orang papa, menghorrnati tamu, dan membantu meringankan derita dan musibah orang lain”. <br /><br />
Setelah Rasulullah merasa tenteram dan dapat tidur dengan tenang, Khadijah mendatangi anak pamannya, Waraqah bin Naufal, yang tidak terpengaruhi tradisi jahiliah. Khadijah menceritakan kejadian yang dialami suaminya. Mendengar cerita mengenai Rasulullah, Waraqah berseru, “Maha Mulia…Maha Mulia…. Demi yang jiwa Waraqah dalam genggaman-Nya, kalau kau percaya pada ucapanku, maka apa yang diihat Muhammad di Gua Hira itu merupakan suratan yang turun kepada Musa dan Isa sebelumnya, dan Muhammad adalah nabi akhir zaman, dan namanya tertulis dalam Taurat dan Injil.” Mendengar kabar itu, Khadijah segera menemui suaminya (Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam) dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh Waraqah. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Awal Masa Jihad di Jalan Allah</b><br />
Khadijah meyakini seruan suaminya dan menganut agarna yang dibawanya sebelum diumumkan kepada rnasyarakat. Itulah langkah awal Khadijah dalam menyertai suaminya berjihad di jalan Allah dan turut menanggung pahit getirnya gangguan dalam menyebarkan agama Allah. <br /><br />
Beberapa waktu kemudian Jibril kembali mendatangi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. untuk membawa wahyu kedua dari Allah: <br />
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlab kamu memberi (dengan maksud) memperoleb (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” (QS. Al-Muddatstir:1-7) <br /><br />
Ayat di atas merupakan perintah bagi Rasulullah untuk mulai berdakwah kepada kalangan kerabat dekat dan ahlulbait beliau. Khadijah adalah orang pertama yang menyatap kan beriman pada risalah Rasulullah Muhammad dan menyatakan kesediaannya menjadi pembela setia Nabi. Kemudian menyusul Ali bin Abi Thalib, anak paman Rasulullah yang sejak kecil diasuh dalam rumah tangga beliau. Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, kemudian Zaid bin Haritsah, hamba sahaya Rasulullah yang ketika itu dijuluki Zaid bin Muhammad. Dari kalangan laki-laki dewasa, mulailah Abu Bakar masuk Islam, diikuti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, az-Zubair ibnu Awam, Thalhah bin Ubaidilah, dan sahabat-sahat lainnya. Mereka masuk menyatakan Islam secara sembunyi-sembunyi sehingga harus melaksanakan shalat di pinggiran kota Mekah. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Masa Berdakwah Terang-terangan</b><br />
Setelah berdakwah secara sembunyi- sembunyi, turunlah perintah Allah kepada Rasulullah untuk memulai dakwah secara terang-terangan. Karena itu, datanglah beliau ke tengah-tengah umat seraya berseru lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar… Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia tidak melahirkan, juga tidak dilahirkan.” Seruan beliau sangat aneh terdengar di telinga orang-orang Quraisy. Rasulullah Muhammad memanggil manusia untuk beribadah kepada Tuhan yang satu, bukan Laata, Uzza, Hubal, Manat, serta tuhan-tuhan lain yang mernenuhi pelataran Ka’bah. Tentu saja mereka menolak, mencaci maki, bahkan tidak segan-segan menyiksa Rasulullah. Setiap jalan yang beliau lalui ditaburi kotoran hewan dan duri. <br /><br />
Khadijah tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. Bersama Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan kesedihan, sehingga tidak jarang dia harus mengendapkan perasaan agar tidak terekspresikan pada muka dan mengganggu perasaan suaminya. Yang keluar adalab tutur kata yang lemah lembut sebagai penyejuk dan penawar hati. <br /><br />
Orang yang paling keras menyakiti Rasulullah adalah paman beliau sendiri, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab, beserta istrinya, Ummu Jamil. Mereka memerintah anak-anaknya untuk memutuskan pertunangan dengan kedua putri Rasulullah, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Walaupun begitu, Allah telah menyediakan pengganti yang lebih mulia, yaitu Utsman bin Affan bagi Ruqayah. Allah mengutuk Abu Lahab lewat firman-Nya : <br />
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dan sabut. “ (QS. Al-Lahab:1-5) <br /><br />
Khadijah r.a. adalah tempat berlindung bagi Rasulullah. Dari Khadijah, beliau memperoleh keteduhan hati dan keceriaan wajah istrinya yang senantiasa menambah semangat dan kesabaran untuk terus berjuang menyebarluaskan agama Allah ke seluruh penjuru. Khadijah pun tidak memperhitungkan harta bendanya yang habis digunakan dalam perjuangan ini. Sementara itu, Abu Thalib, parnan Rasulullah, menjadi benteng pertahanan beliau dan menjaga beliau dari siksaan orang-orang Quraisy, sebab Abu Thalib adalah figur yang sangat disegani dan diperhitungkan oleh kaum Quraisy. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pemboikotan Kaum Quraisy terhadap Kaum Muslimin</b><br />
Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, baik itu berupa rayuan, intimidasi, dan penyiksaan, kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot dan mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang kemudian digantung di pintu Ka’bah agar orang-orang Quraisy memboikot kaum muslimin, termasuk Rasulullah, istrinya, dan juga pamannya. Mereka terisolasi di pinggiran kota Mekah dan diboikot oleh kaum Quraisy dalam bentuk embargo atas transportasi, komunikasi, dan keperluan sehari-hari lainnya. <br /><br />
Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah dan istrinya dapat bertahan, walaupun kondisi fisiknya sudah tua dan lemah. Ketika itu kehidupan Khadijah sangat jauh dan kehidupan sebelumnya yang bergelimang dengan kekayaan, kemakmuran, dan ketinggian derajat. Khadijah rela didera rasa haus dan lapar dalam mendampingi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dan kaum muslimin. Dia sangat yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Keluarga mereka yang lain, sekali-kali dan secara sembunyi-sembunyi, mengirimkan makanan dan minuman untuk mempertahankan hidup. Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun, tetapi tidak sedikit pun menggoyahkan akidah mereka, bahkan yang mereka rasakan adalah bertambah kokohnya keimanan dalam hati. Dengan demikian, usaha kaum Quraisy telah gagal, sehingga mereka mengakhiri pemboikotan dan membiarkan kaum muslimin kembali ke Mekah. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. pun kembali menyeru nama Allah Yang Mulia dan melanjutkan jihad beliau. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Wafatnya Khadijah</b><br />
Beberapa hari setelah pemboikotan, Abu Thalib jatuh sakit, dan semua orang meyakini bahwa sakit kali mi merupakan akhir dan hidupnva. Dalam keadaan seperti itu, Abu Sufjan dan Abu Jahal membujuk Abu Thalib untuk menasehati Muhammad agar menghentikan dakwahnya, dan sebagai gantinya adalah harta dan pangkat. Akan tetapi, Abu Thalib tidak bersedia, dan dia mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam tidak akan bersedia menukar dakwahnya dengan pangkat dan harta sepenuh dunia. <br /><br />
Abu Thalib meninggal pada tahun itu pula, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Sebaliknya, orang-orang Quraisy sangat gembira atas kematian Abu Thalib itu, karena mereka akan lebih leluasa mengintimidasi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dan pengikutnya. Pada saat kritis menjelang kematian pamannya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. membisikkan sesuatu, Secepat ini aku kehilangan engkau? <br /><br />
Pada tahun yang sama, Sayyidah Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. Semakin hari, kondisi badannya semakin menurun, sehingga Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. semakin sedih. Bersama Khadijahlah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh lima tahun, Khadijah meninggal, menyusul Abu Thalib. Khadijah dikuburkan di dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sendiri yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid”. <br /><br />
Khadijah meninggal setelah mendapatkan kemuliaan yang tidak pernah dimiliki oleh wanita lain, Dia adalah Ummul Mukminin istri Rasulullah yang pertama, wanita pertama yang mernpercayai risalah Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putra-putri Rasulullah. Dia merelakan harta benda yang dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah orang pertama yang mendapat kabar gembira bahwa dirinya adalah ahli surga. Kenangan terhadap Khadijah senantiasa lekat dalam hati Rasulullah sampai beliau wafat. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Khadijah binti Khuwailid dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin. </li>
</ol>
<b>Sumber:</b>
<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Amru Yusuf, Dzaujatur-Rasulullah, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh. </li>
<li>ahlulhadiits.wordpress.com</li>
</ol>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-47128005466019956762014-07-03T04:03:00.002+07:002014-07-03T04:11:49.766+07:00Nama Dan Biografi Yasser Arafat<div style="text-align: center;">
Nama panggilan Yasser Arafat (ياسر عرفات)</div>
<div style="text-align: center;">
Nama Julukan Abu `Ammar (أبو عمّار) </div>
<div style="text-align: center;">
Nama Lengkap: Mohammed Yasser Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini </div>
<div style="text-align: center;">
(محمد ياسر عبد الرحمن عبد الرؤوف عرفات القدوة الحسيني)</div>
<div style="text-align: center;">
Lahir : Kairo, 24 Agustus 1929</div>
<div style="text-align: center;">
JabataPresiden Palestina</div>
<div style="text-align: center;">
Pemimpin PLO (Palestine Liberation Organisation) </div>
<div style="text-align: center;">
Pendiri dan Pemimpin Al-Fatah</div>
<div style="text-align: center;">
Penghargaan : Nobel Perdamaian 1993</div>
<ol>
<li><b>Simbol Perjuangan Panjang Palestina</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Yasser-Arafat.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/07/nama-dan-biografi-Yasser-Arafat.html" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimImsRPWTLnFibAEql3IEknmPEs9fVDUdidVf9nhhBUhWdk0nN9EAZet5JSDkYZ0JDESZb1NMAtlZT-E-TWaMXnmShCnpyNxaF5lb4j32iEdFvIrZTHmjmENVb_k40TZMdn17irwkV2B06/s1600/Yasir+Arafat.gif" height="200" width="138" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Presiden Palestina Yasser Arafat telah menjadi simbol dan personifikasi perjalanan panjang perjuangan Palestina untuk merdeka di negeri sendiri. Sejak masa remaja, Yasser, nama panggilannya semasa kecil, sudah berjuang untuk bangsa dan negerinya. Berulangkali nyawanya terancam tapi ia tak pernah surut melawan Israel yang mencaplok negerinya. Bahkan terakhir, ia diancam usir paksa oleh Zionis Israel dari markasnya di Yerusa-lem. Tapi ia tak gentar. <br />
<br />
Mohammed Abdel-Raouf Arafat bin Qudwa al-Hussaeini lahir 24 Agustus 1929 di Kairo. Ayahnya adalah seorang pedagang tekstil keturunan Palestina dan Mesir, ibunya berasal dari keluarga Palestina di Yerusalem. Ibunya mening-gal ketika Yasser, begitu ia biasa dipanggil, berumur lima tahun, lalu ia dikirim untuk tinggal bersama pa-man dari pihak ibu di Yeru-salem, ibukota Palestina. <br />
<br />
Ia menceritakan sedikit sekali tentang masa kecilnya, tetapi salah satu kenangan yang tak dilupakannya adalah ketika tentara Inggris menyerbu masuk ke rumah pamannya lepas tengah malam, memukuli anggota keluarganya dan memporak-porandakan perabotan.
Setelah empat tahun di Yerusalem, ayahnya memba-wanya kembali ke Kairo, di mana kakaknya yang lebih tua menjaganya termasuk saudara-saudara kandung-nya. Arafat tidak pernah menyebut-nyebut ayahnya, yang tidak terlalu dekat dengan anak-anaknya. Arafat bahkan tidak menghadiri penguburan ayahnya tahun 1952. <br />
<br />
Di Kairo, sebelum berumur 17 tahun, Arafat menyelundupkan senjata bagi warga Palestina untuk digunakan melawan Inggris dan Yahudi. Usia 19 tahun, selama perang antara Yahudi dan negara-negara Arab, Arafat meninggalkan studinya di Universitas Faud (sekarang Universitas Kairo) untuk berjuang melawan Yahudi di daerah Gaza. <br />
<br />
Kekalahan negara Arab dan berdirinya negara Israel membuatnya putus asa lalu mengurus visa untuk belajar di Universitas Texas. Setelah semangatnya pulih dan keinginan untuk terus mengejar mimpinya akan tanah Palestina yang merdeka, ia kembali ke Universitas Faud mengambil jurusan teknik sipil tetapi malah menghabiskan banyak waktunya sebagai pemimpin mahasiswa-mahasiswa Palestina. <br />
<br />
Ia berhasil mengambil gelarnya tahun 1956, sempat bekerja di Mesir lalu ditempatkan kembali di Kuwait, pertama kali bekerja di departemen pekerjaan umum, lalu kemudian berhasil menjalankan usaha sendiri, perusahaan kontraktor. Tapi ia menghabiskan sebagian waktu luangnya dalam kegiatan politik, di mana ia menggunakan sebagian besar keuntungan usahanya untuk kepentingan itu. <br />
<br />
Pada 1958, dia dan teman-temannya mendirikan Al-Fatah, jaringan rahasia gerakan bawah tanah, dimana pada 1959 mulai menerbitkan majalah yang menganjur-kan perang melawan Israel dengan senjata. Akhir 1964, Arafat meninggalkan Kuwait untuk menjadi seo-rang revolusioner sepenuh waktu, mengorganisasikan serangan Fatah ke Israel dari Yordania. <br />
<br />
Pada tahun yang sama pula, berdirilah Palestine Liberation Organisation (PLO), yang disponsori oleh Liga Arab, mengumpulkan semua kelompok agar bersatu membawa Palestina menjadi negara merdeka. Sikap Arab lebih bersifat kebijakan mendamaikan dibandingkan kebijakan Fatah, tetapi setelah kekalahan mereka melawan Israel tahun 1967 dalam perang selama enam hari, Fatah bangkit dari bawah tanah sebagai kelompok paling kuat dan terstruktur dengan baik dibandingkan kelompok-kelompok lainnya yang membentuk PLO. <br />
<br />
Fatah mengambil alih organisasi itu pada 1969 ketika Arafat menjadi ketua komite eksekutif PLO. PLO tidak lagi menjadi organisasi boneka negara-negara Arab, yang menginginkan agar warga Palestina tetap diam, melainkan menjadi organisasi nasionalis independen yang berpusat di Yordania. <br />
<br />
Arafat membangun PLO menjadi sebuah ‘negara’ yang memiliki kekuatan militer sendiri dalam negara Yordania. Raja Hussein dari Yordania, sangat terganggu dengan serangan-serangan gerilya dan metode kekerasan lainnya yang mereka lakukan terhadap Israel, hingga pada akhirnya ia memaksa PLO keluar dari negaranya. Arafat mencari jalan membangun organisasi yang sama di Lebanon, tetapi tersingkir oleh pendudukan militer Israel. Ia berjuang mempertahankan organisasi itu tetap hidup, dengan memindahkan markas besarnya ke Tunisia. Ia berulang kali bertahan hidup, lolos dari kecelakaan pesawat, lolos dari pencobaan pembunuhan oleh agen rahasia Israel, dan pulih dari penyakit stroke yang serius. <br />
<br />
Hidupnya adalah perjalanan, berpindah dari negara yang satu ke negara yang lain untuk mempromosikan Palestina. Selalu menjaga agar gerakannya tetap bersifat rahasia, sama seperti yang dia lakukan terhadap kehidupan pribadinya. Bahkan pernikahannya dengan Suha Tawil, seorang perempuan Palestina yang berusia separuh dari usianya, tetap dirahasiakan selama lima belas bulan. Isterinya pada waktu itu sudah aktif dalam kegiatan sosial khususnya bagi anak-anak cacat di rumahnya, tetapi penampilannya yang mencolok dalam pertemuan di Oslo menjadi kejutan bagi banyak pemerhati Arafat. Sejak itu, putri mereka, Zahwa, yang diberi nama sesuai nama ibu Arafat, lahir. <br />
<br />
Periode setelah pengusiran dari Lebanon merupakan masa sulit bagi Arafat dan PLO. Lalu gerakan protes Intifada mendorong Arafat untuk menarik perhatian dunia terhadap kesulitan yang dihadapi Palestina.
<br />
<br />
Pada 1988 terjadi perubahan kebijakan. Dalam pidatonya di PBB di Jenewa, Swiss, Arafat menyatakan bahwa PLO menolak aksi terorisme dan mendukung ‘hak semua kelompok yang bertikai di Timur Tengah untuk hidup damai dan aman, termasuk negara Palestina, Israel dan negara-negara tetangga”. <br />
<br />
Prospek ke arah perjanjian damai dengan Israel mulai cerah. Setelah kemunduran akibat keputusan PLO mendukung Irak dalam Perang Teluk tahun 1991, proses perdamaian mulai serius dilakukan, dimulai dari Perjanjian Oslo tahun 1993. Perjanjian ini akhirnya membawa Arafat, Yitzak Rabin, dan Shimon Peres memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian tahun 1994.
</div>
</li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Pemimpin Nasional Paling Senior</b><br />
Selama lebih dari tiga tahun terakhir, gerak Yasser Arafat terbatas di markasnya di Muqata, Ramallah (wilayah Tepi Barat). Hal itu terjadi setelah lebih dari 50 tahun aktivitas politiknya, yang dimulai sejak dia ditunjuk menjadi anggota Komite Mahasiswa Palestina di Universitas Kairo. <br /><br />
Beberapa tahun terakhir telah menjadi masa paling sulit dalam kariernya. Dia menghadapi serangkaian krisis pribadi dan politik. <br /><br />
Arafat adalah salah seorang pemimpin nasional paling senior di dunia. Dia terpilih sebagai Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 1968 ketika Lyndon Johnson menjadi presiden AS dan Levi Eshkol menjabat sebagai PM Israel. <br /><br />
Arafat lahir di Kairo, walau biografi resminya menyatakan dia lahir di Jerusalem. Sebab, dia khawatir bahwa pemimpin gerakan nasional Palestina tidak boleh berasal dari orang yang lahir di luar negeri. <br /><br />
Ayahnya, Abed a-Rauf al-Qadwa, berasal dari Gaza, dan ibunya, Zahava Abu Saud, berasal dari keluarga Jerusalem. Keduanya menikah pada 1920-an dan pindah ke Kairo karena ayahnya berharap memperoleh warisan sebidang tanah di pusat kota itu. Yasser Arafat lahir di Kota Kairo tersebut pada Agustus 1929. <br /><br />
Ketika dia berusia tiga tahun, ibunya meninggal. Dia kemudian diasuh oleh keluarga ibunya, Abu Sauds, yang tinggal di dekat Gerbang Dung, Kota Tua Jerusalem. Dia tinggal di kota itu dan bersama keluarganya di Gaza sampai ayahnya menikah lagi. Dia kemudian kembali ke Kairo, tempat dia melanjutkan sekolah. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Terlibat Politik</b><br />
Pada 1946, Arafat mulai terlibat kegiatan politik Palestina ketika Haji Amin al-Husseini, seorang mufti dari Jerusalem yang selama bertahun-tahun ikut berperang di Berlin, tiba di Kairo. Al-Husseini kemudian mengorganisasikan para aktivis untuk melakukan perjuangan melawan Yahudi di Palestina. <br /><br />
Di Kairo, Arafat bersahabat dengan Abdel Khader al-Husseini, yang pada 1948 memimpin unit-unit Palestina di daerah Jerusalem. <br /><br />
Pada tahun 1948 itu, Arafat mulai kuliah di Universitas Kairo. Namun ketika dia mendengar kematian al-Husseini dalam pertempuran di Castel, April 1948, dia meninggalkan kuliahnya dan berjuang di Palestina. <br /><br />
Dia bergabung dengan organisasi Ikhwanul Muslimin, yang berjuang di Jalur Gaza dan bertempur di Kfar Darom. Namun dia dan teman-temannya disuruh pergi ketika AD Mesir terlibat dalam kerusuhan 15 Mei 1948. <br /><br />
Itu merupakan pengalaman masa mudanya. Dan dia selalu menuduh negara-negara Arab sebagai pengkhianat. Sebab mereka tidak membantu rakyat Palestina untuk memenangi pertempuran tersebut dan tidak mengizinkan mereka untuk berjuang. <br /><br />
Setelah menyelesaikan kuliah tekniknya di Kairo, Arafat bekerja sebagai seorang teknisi di Kuwait. Di negara itu, bersama empat temannya, dia mendirikan sebuah gerakan kecil yang disebut Fatah. <br /><br />
Rekan-rekannya sesama pendiri Fatah tersebut adalah Abu Jihad, yang dibunuh oleh pasukan elite Israel di Tunis pada 1988. Kemudian Abu Iyad, yang tewas di tangan seorang pembunuh pada 1991 di Tunis. <br /><br />
Temannya yang lain adalah Abu Said, yang meninggal karena sakit pada 1994 di Maroko. Ada pula Farouk Kaddoumi, yang memimpin Departemen Diplomasi PLO, tetapi dia dinonaktifkan karena menentang perundingan damai. <br /><br />
Pada 1 Januari 1965, Arafat dan teman-temannya memulai serangan militer pertama Fatah terhadap Israel. Serangan tersebut gagal meledakkan tempat persediaan air nasional di dataran rendah Galilee. <br /><br />
Pada 1966, dia berselisih dengan rezim Partai Baath Suriah. Sampai saat ini, perselisihan tersebut belum terselesaikan. <br /><br />
Menyusul kekalahan Arab dalam Perang Enam Hari, Fatah merupakan satu-satunya pasukan Arab yang terus melakukan perang gerilya terhadap pendudukan Israel. Perang gerilya Fatah tersebut meraih simpati massa di dunia Arab. <br /><br />
Ribuan orang bergabung dalam barisan Fatah pada 1968, yang menggusur para aktivis kawakan pimpinan Ahmed Shukri. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Semboyan Arafat</b><br />
Sejak awal, semboyan Arafat adalah, rakyat Palestina hanya dapat mengandalkan diri mereka sendiri. <br /><br />
Dia dipenjara hampir di setiap negara Arab. Di Mesir, Rezim Nasser menuduhnya menjadi anggota Ikhwanul Muslimin. Di Lebanon, dia ditangkap karena merencanakan serangan terhadap Israel. <br /><br />
Suriah memenjarakannya karena dia menggerakkan unit-unit yang melawan Israel tanpa berkoordinasi dengan AD Suriah. <br /><br />
Di Yordania, dia diburu oleh pihak-pihak berwenang karena dituduh membentuk ''negara di dalam negara'' pada 1970 selama peristiwa September Kelabu. <br /><br />
Itulah sebabnya dia selalu menyerukan ''keputusan merdeka'' oleh rakyat Palestina tanpa campur tangan dari negara-negara Arab. <br /><br />
Setelah peristiwa September Kelabu, Arafat memindahkan markasnya ke Beirut. Di kota itu, dia mengoordinasikan berbagai aktivitas untuk melawan Israel. Namun aktivitas tersebut terhenti ketika Israel menginvasi Lebanon pada 1982. <br /><br />
Pada saat itu, dia bergerak di antara berbagai kamp politik dan menjadi salah seorang pemimpin Arab paling terkemuka di dunia. Dia menentang kesepakatan perdamaian yang dibuat Mesir dan Israel. Dia kemudian membentuk koalisi untuk menentang kesepakatan tersebut. <br /><br />
Setelah Perang Lebanon, dia memindahkan markasnya ke Tunis. Itulah saat pertama intifada pecah, pada Desember 1987. Pecahnya intifada memaksa Raja Yordania, Hussein, memutuskan hubungan dengan Tepi Barat, dan Arafat terpaksa mengubah sikapnya untuk mulai berunding dengan Israel. <br /><br />
Pada 1988, Dewan Nasional Palestina bertemu di Aljazair untuk menerima Resolusi PBB No 242 dan secara de facto mengakui Israel dan hak kedua negara untuk hidup berdampingan. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Kesepakatan Oslo</b><br />
Langkah tersebut dilanjutkan dalam Konferensi Madrid pada 1991 ketika wakil-wakil Israel, Palestina, dan negara-negara Arab lainnya bertemu. <br /><br />
Atas mandat Arafat, perundingan-perundingan tertutup dilakukan dengan wakil-wakil Israel di Oslo. Perundingan tersebut berbuntut dengan penandatanganan kesepakatan sementara antara PLO dan Israel, yang mencakup pengakuan kedua belah pihak. <br /><br />
Menyusul kesepakatan Oslo tersebut, Arafat bertemu dengan Yitzhak Rabin di halaman Gedung Putih. Pada saat itu, mereka bersalaman di depan Presiden AS Bill Clinton. <br /><br />
Itu merupakan proses politik, yang memungkinkan Arafat kembali ke wilayah-wilayah yang telah bertahun-tahun melarang kehadirannya. <br /><br />
Dia kembali dari Mesir ke Gaza pada 1994. Dia diterima dan disambut sebagai pemimpin nasional rakyat Palestina. <br /><br />
Dia berulang kali bertemu dengan para pemimpin Israel, dan bergerak dengan bebas ke berbagai belahan dunia untuk menggalang dukungan bagi Otoritas Palestina. <br /><br />
Aktivitas Arafat dalam 10 tahun terakhir memang kontroversial. Ada yang mengklaim bahwa dia tidak pernah berhenti mengobarkan ''perlawanan bersenjata'', yang merupakan jalan pilihannya selama bertahun-tahun sebelumnya. <br /><br />
Sebagian lainnya yakin, dia mencoba untuk melanjutkan proses politik. Namun rakyatnya memilih cara lain. Selama tiga tahun terakhir, geraknya dibatasi hanya di Muqata oleh pasukan Israel. <br /><br />
Arafat menikah secara diam-diam dengan Suha, yang kala itu menjadi humas PLO, di Tunis pada 1990. Pasangan itu dikaruniai seorang putri, Zahwa, pada 1995. Namun sejak itu rumah tangga mereka berantakan dan secara de facto keduanya telah bercerai. </li>
<br />
<li style="text-align: justify;"><b>Kematian Yasser Arafat Akan Diselidiki </b><br />
Yayasan Yasser Arafat akan membuka kembali penyelidikan atas kematian pemimpin PLO itu. Sampai saat ini, kematian Arafat pada tanggal 11 November 2004 masih menjadi teka-teki, apakah memang karena sakit yang dideritanya atau ada konspirasi jahat yang sengaja membunuhnya. <br /><br />
"Komite penyelidik baru ini terdiri dari sejumlah politisi dan para dokter Arab yang bertanggung jawab merawat Arafat sebelum Arafat diterbangkan ke Paris untuk mendapatkan perawatan medis," kata Nasser al-Qidwa, keponakan lelaki Arafat yang juga ketua Yayasan yang didirikan untuk mengenang Yaser Arafat. <br /><br />
Yasser Arafat yang pernah memenangkan hadian nobel perdamaian atas perjuangannya untuk bangsa Palestina, meninggal dunia di rumah sakit militer di Paris, Perancis. Ia diterbangkan ke Paris dari markas besar PLO di Ramallah, untuk mendapatkan perawatan medis akibat sakit yang dideritanya. Menurut laporan medis, Arafat meninggal dunia karena mengalami pendarahan hebat di otaknya. <br /><br />
Tapi dalam laporan itu juga disebutkan bahwa dari hasil pemeriksaan medis ditemukan gejala adanya infeksi dari semacam bakteri kuman yang meracuni darah. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang kemungkinan adanya racun atau virus yang menyebabkan kematian Arafat. <br /><br />
Penyelidikan baru ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengenang sosok Arafat sebagai salah satu tokoh perjuangan Palestina, terlepas dari pro dan kontra cara perjuangan yang dipilih Arafat semasa hidupnya. Oleh Israel, Arafat dianggap sebagai teroris dan penyebab munculnya gerakan Intifada tahun 2000. Selama tiga tahun terakhir hidupnya, Arafat hanya menjalani kehidupannya di markas besar PLO di Ramallah karena Israel mengenakan "hukuman tahanan rumah" pada Arafat.
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b>Referensi:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
id.wikipedia.org/wiki/Yasser_Arafat.
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8582830286573078239.post-84492536669488916742014-06-28T01:00:00.001+07:002014-06-28T01:00:30.478+07:00Nama Dan Biografi Hadji Oemar Said Tjokroaminoto<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/06/nama-dan-biografi-Hadji-Oemar-Said-Tjokroaminoto.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://namadanbiografi.blogspot.com/2014/06/nama-dan-biografi-Hadji-Oemar-Said-Tjokroaminoto.html" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbwUGq6EGv4vIBkRBk8EvYNzRLvE6N3KteshDjpoCZW2SykjTgAl2iBBbFd8YFw8N0u0Gl7zKr7KBABwWAmrS0nOJc-G9mBSIkmQajm7L25FA1U7UxuPCOfxw8Qx05AUE8ZDZ7xhz4Gamv/s1600/Tjkroaminoto.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Oemar Said Tjokroaminoto</b> bernama lengkap Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pahlawan nasional sekarang lebih dikenal dengan nama HOS Cokroaminoto, lahir di Desa Bukur Madiun, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 bertepatan dengan peristia gunung Krakatau meletus. Beliau merupakan seornag pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI). Beliau kemudian meninggal pada umur 52 tahun yaitu tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta. Atas jasanya, dianugerahi Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Keppres No. 590 Tahun 1961 tanggal 9 November 1961.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara ayahnya bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro juga pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo, demikian juga pamannya, R. M. Cokronegoro, pernah menjabat Bupati Ponorogo. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tamat sekolah rendah ia meneruskan pelajarannya ke OSVIA (Opleidings School voor Inlandsche Ambtenaren/Lembaga Pendidikan Pegawai Bumiputra) Magelang tamat pada tahun 1902 dan menjadi juru tulis Kepatihan sampai 1095. Antara tahun 1907 – 1910 bekerja pada Firma Coy & CO di Surabaya, sambil meneruskan pada Burgelijek Avondschool bagian mesin. Bekerja sebagai masinis pembantu, kemudian ditempatkan dibagian kimia pada pabrik gula di kota tersebut ( 1911 – 1912 ). Beliau wafat pada tahun 1934 dan dikebumikan di TMP Pekuncen, Yogyakarta. Hingga kini beliau dikenal sebagai tokoh dari Sarekat Islam. Selain itu, salah satu kata-kata mutiaranya yang masyhur adalah: “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat”.
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah bergulat di sektor swasta, Cokroaminoto giat dalam bidang politik, ia membuat carier politiknya di Sarekat Islam yang didirikan pada bulan Mei tahun 1912. Sarekat Islam ialah sebuah persatuan perdagangan di Jawa, Indonesia yang diasaskan pada tahun 1909 di Jakarta oleh RM Tirtoadisuryo, seorang peniaga dari Kota Surakarta. Pada asalnya dinamai Sarekat Dagang Islam (SDI), pertubuhan ini bertujuan untuk membantu peniaga-peniaga kaum bumiputera, khususnya dalam industri batik. Selain itu, juga untuk menghadapi persaingan daripada pedagang-pedagang Cina.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awal tahun 1912 terjadi sebuah kerusuhan anti-Cina, dan penguasa ketika itu mengharamkan SDI. Oleh itu, pada bulan September dalam tahun tersebut, SDI menggantikan namanya menjadi Sarekat Islam, dan melantik Umar Said Cokroaminoto sebagai ketua. Pada bulan Mei 1912.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kongres Sarekat Islam yang pertama diadakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini, Cokroaminoto menegaskan bahawa Sarekat Islam bukannya sebuah partai politik, tetapi bertujuan untuk: </div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>meningkatkan perdagangan di kalangan bangsa Indonesia; </li>
<li>membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi;</li>
<li>mengembangkan kehidupan keagamaan dalam masyarakat Indonesia. </li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kongres Sarekat Islam yang kedua diadakan pada bulan Oktober 1917, diikuti oleh Kongres ketiga antara 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ketiga ini, Cokroaminoto menyatakan bahawa jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial secara besar-besaran, maka Sarekat Islam akan melakukannya di luar parlemen. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kongres selama 1913–1916 tampaklah kemana S.I dibawa Cokroaminoto, dalam kongres Surabaya 1913 ia dipilih sebagai ketua Pedoman Besar, meskipun pada waktu itu belum ada organisasi pusatnya. Dalam kongres Bandung dinyatakan, bahwa untuk mencapai kemerdekaan ditempuh jalan revolusi, sementara kemudian dalam Kongres Batavia keluar dengan keputusan yang lebih tegas, jalan parlemen atau revolusioner. Sifat nasional-islam-revolusioner itu, lebih jelas lagi tampak, waktu Central Sarikat Islam 1916 menyatakan akan berjuang melawan kapitalisme, sebagai yang pada program perjuangan kongres nasional 1817.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan adanya Volksraad, terbentuk Comite Politik guna penyusunan calon-calon. Cokroaminoto menjadi anggota angkatan pemerintah, sementara Abdul Muis dipilih. Dalam Kongres Yogyakarta tahun 1921, terang-terangan S.I pecah dua, pihak Cokroaminoto dengan semi-nasional dan sosialis dan pihak Semaun , 100% revolusioner, yang sejak beberapa waktu beberapa waktu dengan cara celvorming memasuki S.I.
Dengan diadakannya kongres Al Islam Hindia pada tahun 1924, S.I direorganisasi dan menjadi Partai Serikat Islam Indonesia ( PSII ). Sebagai pemimpin lebih kuat H.A Salim tampil kemuka dari Cokroaminoto. Dalam tahun 1926 ia dan K.H.M Mansur diutus oleh kongres Al-Islam V ke kongres Alam Islami di Mekkah, Pada waktu inilah ia menunaikan rukun yang kelima. Pada tahun 1933 timbul perpecahan yang kedua, Dr Sukiman dan Suryopranoto dirojeer dan mendirikan Partai Islam Indonesia ( PARII ). Kemudian disusul pula dengan perpecahan dengan kartosuwiryo dan akhirnya dengan H.A Salim yang mendirikan Penyadar pada tanggal, 17 Desember 1934.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Haji Umar Said Cokroaminoto bukan hanya aktifis politik, melainkan juga pemikir. Pemimpin Sarekat Islam (SI) ini menulis buku Islam dan Sosialisme (1925), juga Tarich Islam (1931). Ia pun sering menyampaikan ceramah.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cokroaminoto bahkan layak disebut sebagai guru bangsa, guru para pimpinan politik di Indonesia, Seperti Sukarno dari kalangan nasionalis yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), Semaun dari kalangan sosialis yang mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Kartosuwiryo dari kalangan Islam yang mendirikan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Bung Karno bahkan pernah jadi menantunya. Karena perannya begitu penting, konon Cokroaminoto disebut sebagai “De Ongekroonde koning van Indie” (Raja Hindia tanpa Mahkota) atau “De aanstaande koning der Javanen” (Raja Jawa masa depan) oleh lawan-lawan politiknya.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku Islam dan Sosialisme, merupakan salah satu buku penting karya cendekiawan Indonesia dari awal abad ke 20. Cokroaminoto menulis buku ini dalam bahasa Indonesia pada 1924, sekitar empat tahun sebelum Sumpah Pemuda, antara lain berisi seruan untuk menggunakan bahasa Indonesia. Buku ini dicetak ulang pada tahun 1950 dan 1962. Dalam buku ini, Cokroaminoto menggali “anasir-anasir sosialisme” dari khazanah Islam, baik dari sumber teologis maupun dari pengalaman historis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada dasarnya ia menekankan bahwa sosialisme sudah terkandung dalam hakikat ajaran Islam, dan sosialisme yang ideal harus diarahkan oleh keyakinan agama (Islam). Itulah yang dia sebut “Sosialisme cara Islam” dan yang ia yakini cocok untuk Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cokroaminoto memeriksa konsep sosialisme dari khazanah pemikiran Eropa, tak terkecuali dari Karl Marx, termasuk bentuk tatanan sosial politik yang bertolak darinya. Setelah mengajukan kritik atas gagasan pemikir Eropa, ia membandingkan dengan pemikirannya sendiri mengenai dasar-dasar sosialisme dalam Islam, dengan memetik sejumlah ayat Alquran, juga mengutip hadits. Pendapatnya antara lain didasarkan pada Q.S. 2: 213 bahwa perikemanusiaan itu adalah satu kesatuan. Dalam hal pemerintahan pendapatnya mengarah ke tatanan pemerintahan Nabi Muhammad SAW, yang dilanjutkan oleh para khalifah, teristimewa Khalifah Umar. Ia tunjukkan bahwa pemerintahan Islam — yang dipandang bersifat sosialistis — berpijak pada nilai-nilai kedermawanan, persaudaraan, kemerdekaan, dan persamaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Bung Karno yang dikenal sebagai Putra Sang Fajar tidak bisa dilepaskan dari tokoh – tokoh Pergerakan Islam yang Istiqomah berjuang demi cita – cita besar Kemerdekaan Indonesia, pemuda Soekarno pernah mondok di rumah Haji Oemar Said Cokroaminoto, selain belajar filsafat dan pemikiran Islam pemuda soekarno juga belajar tentang pergerakan kepada orang yang tepat, bung karno sangat menikmati ceramah dan orasi cokroaminoto yang penuh energi perjuangan meski berada dalam pengawasan pihak Belanda, gaya orasi sang guru turut membentuk gaya kepemimpinan bung karno dengan ciri khas pidato – pidatonya yang lantang dan berapi – api, Islamisme Cokroaminoto yang dijuluki oleh Belanda sebagai “Raja jawa tanpa mahkota” sedikit banyak terserap oleh pemuda Soekarno, meski Bung Karno akhirnya memilih jalannya sendiri dengan hijrah ke Bandung dan kemudian mendirikan Partai Nasionalis Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala berada dalam pengasingan Belanda Bung Karno senantiasa - berkorespondesi - berhubungan melalui surat - dengan Kyai Haji Mas Mansur, tokoh pergerakan dan ulama berpengaruh asal Surabaya yang dekat dengan kalangan NU, yang kemudian K.H. Mas Mansur dipercaya menjadi Pengurus Besar Pesyarikatan Muhammadiyah dan pada masa pendudukan jepang mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) dan terlibat dalam perjuangan bersama Bung Karno dalam Empat Serangkai. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan Mas Mansur Bung Karno sering bertukar pikiran tentang Dinamika Islam dan langkah – langkah untuk me-mudakan pengertian Islam, beliau mengutarakan ketidaksetujuannya dengan sikap taklid bahkan secara tegas mengkritisi tentang “hijab” atau pembatas antara jamaah pria dan jamaah wanita, dan banyak kegelisahan – kegelisahan bung karno tentang permasalahan keislaman yang kesemuanya itu menunjukkan semangat dan harapan seorang soekarno agar Syiar Islam tidak jalan ditempat.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, Cokroaminoto mempunyai tiga orang murid yang kemudian mewarnai perpolitikan Indonesia. Mereka adalah Sukarno (nasionalis), Semaoen (sosialis), dan Kartosuwiryo (agamis). Di kemudian hari, ketiganya saling berseberangan. Semaoen dengan Alimin dan Muso terlibat pemberontakan PKI di Madiun 1947. Sedangkan Kartosuwiryo dikenal sebagai dedengkot Darul Islam (DI)/TII dan memproklamasikan Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1948. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di Indonesia dan sebagai guru para pemimpin besar di Indonesia, berangkat dari pemikirannya melahirkan berbagai macam ideologi bangsa indonesia pada saat itu, rumah ia sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu kepadanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru kepadanya, ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Cokroaminoto meninggal lahirlah berbagai pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaumsosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang Islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing, Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai Komunis Indonesia dengan memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso dan dengan terpaksa Presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan Muso pemimpin Partai Komunis pada saat itu tertembak mati 31 Oktober, dan dilanjutkan pemberontakan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya Kartosuwiryo pada 12 September 1962. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari semuai muridnya yang paling ia sukai adalah soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno.
Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator" perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya terbangung dan tertawa menyaksikannya, Muso, Alimin, Kartosuwiryo, Darsono, dan kawanan lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
</div>
RR96http://www.blogger.com/profile/00272103473359149838noreply@blogger.com0